36. Untuk Kedua Kalinya

110 8 0
                                    

Haiiii, ini update kedua aku di tahun 2024😆

Gimana nih hari ke 6/365 di tahun ini? Masih happy kan? Aku berharap kita semua selalu happy yaa❤️❤️

Selamat membaca, semoga suka🌹🌹

Gara menghembuskan napas panjang seraya meliukkan tubuhnya meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku setelah dipaksa duduk menghadap laptop selama seharian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gara menghembuskan napas panjang seraya meliukkan tubuhnya meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku setelah dipaksa duduk menghadap laptop selama seharian.

Bunyi tulang yang seakan patah membuat Gara menghela lega. Mengerjakan tugas dan menyelesaikan revisiannya benar-benar menguras tenaga dan pikiran.

Selama hampir tujuh jam dia berkutat dengan tugas yang diberikan dosennya, Gara menghabiskan begitu banyak makanan ringan dan kaleng minuman soda yang masih berserakan di atas meja dan lantai.

Perhatian Gara teralihkan saat suara langkah kaki mendekat dan langsung mengambil duduk di sofa tepat di sebelahnya. Dewa mengulurkan sebotol minuman dingin kepada Gara dan langsung diterima olehnya.

"Masih banyak?" Dewa melirik pada sang adik yang tampak begitu kelelahan. Wajahnya yang selalu kelihatan tegas dan datar itu tampak sangat kusut dan berantakan.

Gara menenggak minumannya hingga setengah. Ia lalu menjawab dengan nada malas, "Ya menurut lo aja," ketusnya sambil mengedikkan dagu ke arah tumpukan kertas dan buku cetak.

Dewa menghela napas. Ia manggut-manggut paham.

Hari ini Dewa bisa sedikit bernapas lebih lega dari biasanya. Sebab semua pekerjaan yang ia lakukan dari pagi hingga larut malam dan berulang setiap harinya sudah hampir selesai dan mendekati target. Dewa hanya berharap jika usahanya dan semua rekan-rekan kerjanya akan terbayar lunas dengan memenangkan tender.

"Jangan terlalu dipaksa, kalo capek istirahat dulu, dilanjut nanti setelah makan malam," tutur Dewa pengertian. Ia tidak tega melihat betapa menyedihkannya Gara yang hampir putus asa.

"Bisa gak sih gue lulus tapi gak usah ngerjain skripsi? Kalo disuruh bayar, gue bayar deh. Berapapun yang mereka mau gue bayar. Gue gak mau stres muda gara-gara ini," keluh Gara sudah tak sanggup dengan semua tugas kuliahnya yang semakin menumpuk.

Dewa mendengus mendengar adiknya yang melantur tak jelas. "Mau bayar pake apa? Lo aja masih minta duit ke gue sok-sokan mau bayar berapapun," sindirnya.

Gara menghembuskan napas berat. Ucapan sang kakak seketika membuatnya bungkam.

"Ngomong-ngomong gimana keadaan temen lo? Masih di rumah sakit atau udah pulang?" Dewa kembali membuka percakapan setelah keduanya saling diam dan bergelut dengan pikiran masing-masing.

Gara yang sedang menenggak minumannya kontan menolehkan kepala pada Dewa.

"Naka? Udah pulang dia, kemaren lusa," jawab Gara santai.

"Nggak ada luka yang serius kan?" tanya Dewa lagi. Dia cukup penasaran dengan kondisi Naka yang hanya dipicu perebutan seorang wanita.

"Gak ada. Cuma kemaren dia sempat batuk darah beberapa kali. Tapi kata dokter itu bukan luka serius, mungkin karena dadanya yang diinjak sama Alex," sahut Gara melirik sekilas.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang