Allohaaa!! Selamat malam semua! Gimana kabarnya hari ini? Semoga always baik dan happy yaw❤️🤗
Selamat membaca, semoga suka🌹
Naya mengetuk pintu kamar yang terpasang gantungan kayu bertuliskan Shankara Lintang. Ia memanggil si pemilik kamar, tetapi tidak ada jawaban dari dalam. Naya bergeming sejenak sebelum memutuskan untuk membuka knop pintu kamar Kara. Kepala Naya menyembul dari balik pintu, ia menyapukan pandangannya ke sekeliling kamar bercat dominan abu-abu itu. Kara ke mana?
Ruangan yang cukup besar dan tertata rapi, jauh lebih rapi dari kamarnya sendiri. Naya melangkah masuk, ia mendapati banyak sekali lego yang tersusun di atas meja belajar, rak dan di dalam lemari kaca di dekat tempat tidur Kara. Kara memang sangat suka dengan lego, menyusun dan merangkai lego adalah hobinya. Tak heran jika hampir sebagian kamarnya diisi oleh berbagai jenis lego, mulai dari ukuran, bentuk dan warna.Naya mendapati kamar si bungsu dalam keadaan kosong. Akan tetapi, samar-samar ia mendengar suara percikan air dari dalam kamar mandi. Tak lama pintu kamar mandi pun terbuka bersama Kara yang berjalan keluar. Rambutnya setengah basah, sepertinya ia baru saja mandi. Tapi kenapa malam-malam begini? Aneh sekali. Remaja itu masih sibuk menyisir rambutnya dengan jari. Kara belum menyadari kehadiran sang kakak di kamarnya.
"Kamu mandi?" Suara tiba-tiba itu mengagetkan Kara. Ia terkejut bukan main melihat Naya yang sudah berdiri di dekat ranjang dan menatapnya.
"Sejak kapan Kakak di sini?" tanya Kara tak mengindahkan pertanyaan Naya sebelumnya.
"Sejak kamu di kamar mandi," jawab Naya. Matanya mengikuti setiap pergerakan Kara.
"Aku gak mandi, cuma pipis doang."
Kara menyusun kembali buku-buku yang berserakan di atas meja belajar. Ia juga menaruh kembali beberapa komik yang tergeletak di atas kasur ke rak buku.
Naya duduk di atas ranjang empuk milik Kara, kedua matanya tak lepas memandangi punggung lebar sang adik yang membelakanginya.
"Kamu bosen nggak?" Naya melontarkan kembali pertanyaan kepada si bungsu yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Lumayan," jawab Kara tanpa menoleh.
"Keluar yuk, mau nggak?" ajak Naya. Kara membalikkan tubuhnya menatap Naya yang juga menatapnya.
Kara terdiam sejenak, seolah menimang-nimang tawaran kakak perempuannya. "Ke mana?"
Naya mengedikkan bahunya sekilas. "Gak tau. Enaknya ke mana?"
"Hmm ...." Kara tampak berpikir keras. "Taman kota?" usulnya kemudian.
Naya tersenyum kecil. Ia setuju dengan usulan adiknya.
"Boleh, tapi muter-muter dulu ya liat city light."
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Kertas untuk Naya
Fiksi RemajaKatanya, kalau kita berhasil membuat 1000 burung kertas, satu keinginan kita akan terwujud. Namun, apakah itu juga berlaku untuk Jendra? Jendra ingin membuat satu permohonan kepada Tuhan. Jendra ingin Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk membahag...