16. Percaya Sumber Luka

105 28 11
                                    

Hallo chinguyaaaaa! Gimana kabarnya? Baik-baik aja kan? Aku harap kalian selalu baik yaa biar bisa selalu baca cerita ini🌷🌷

Hallo chinguyaaaaa! Gimana kabarnya? Baik-baik aja kan? Aku harap kalian selalu baik yaa biar bisa selalu baca cerita ini🌷🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa melepas sepatunya terlebih dahulu Naya berjalan memasuki rumah dengan langkah cepat. Ia melewati ruang tamu tanpa menyapa adiknya yang sedang duduk bersama beberapa orang temannya.

Mata Kara tak lepas menatap sosok sang kakak yang melengos begitu saja tanpa memperdulikannya. Remaja itu hanya mengernyit bingung. Tidak biasanya kakaknya berlaku seperti itu. Kara mengedikkan bahu singkat, dia tidak mau memikirkan soal itu. Mungkin kakaknya sedang datang bulan, begitu pikir Kara.

Dua netra kecoklatan itu saling bertubrukan saat Naya ingin naik ke kamarnya di lantai dua. Ia mendapati Gara yang baru saja keluar dari dapur dengan membawa segelas coffee latte yang dia buat sendiri. Mereka sempat saling pandang selama beberapa detik sebelum akhirnya Naya melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.

Dahi Gara berkerut dalam saat adik perempuannya itu hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya. Biasanya gadis itu akan menyapanya, mengucapkan salam atau hanya sekedar bertanya kenapa dia sudah ada di rumah sedangkan jam-jam segini dirinya masih ada kelas di kampus.

"Naya," panggil Gara pelan.

Langkah Naya berhenti tepat di ujung tangga atas. Ia menghela napas berat lalu berbalik menatap Gara yang memandangnya dengan ekspresi bingung.

"Udah pulang?"

"Menurut Kakak?" balas Naya sekenanya.

Lipatan di kening Gara semakin dalam melihat Naya yang ketus padanya. Wajah cantik yang biasanya selalu dihiasi senyuman itu berubah menjadi datar dan tidak bersahabat. Ada apa sebenarnya?

"Yaudah abis ganti baju langsung makan siang ya. Tadi Mbak Ning buatin makanan kesukaan kamu," titah Gara pada adik kecilnya.

"Nanti aja. Aku capek mau tidur," jawab Naya dengan wajah yang terlihat begitu lelah.

"Makan dulu baru tidur."

Naya berdecak kesal. Suasana hatinya sedang tidak baik sekarang kenapa Gara malah menambahnya? Naya malas merespon siapapun untuk sekarang. Ia hanya butuh diam dan beristirahat sejenak untuk mengusir rasa pusing yang menyerangnya dari tadi.

"Aku capek Kak mau tidur."

"Iya, tapi makan dulu nanti kamu sakit kalo telat makan."

"Aku gak mau." Naya menjawab dengan tegas. Gadis itu berbalik hendak melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar namun lagi-lagi kakinya terhenti ketika Gara memanggil namanya dengan nada yang lebih keras.

"Naya! Kakak gak pernah ngajarin kamu buat gak sopan ya!" seru Gara menatap Naya yang berdiri membelakanginya.

Naya menarik napas dalam-dalam, ia memilih berjalan dan masuk ke kamarnya tanpa memperdulikan ucapan Gara yang sudah marah kepadanya.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang