Lima hari setelah kejadian geng janur diangkut satpol PP, kini mereka berempat tengah berkumpul di depan kelas sembari cuci mata melihat adik kelas yang sedang olahraga di lapangan. Kelas 11 IPA 2 sedang tidak ada guru alias jam kosong. Biasanya meskipun jam kosong mereka tetap berada di dalam kelas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru piket. Namun, sepertinya kali ini nasib baik sedang berpihak kepada mereka.
"Adek kelas cantik-cantik ya, jadi pengen gue pacarin semua," celetuk Cakra yang tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari segerombolan siswa perempuan yang sedang melakukan pemanasan di tengah lapangan.
Danish melirik sinis pada Cakra seraya mencibir, "Tampang kek lo mana ada yang mau."
"Walah-walah, meragukan ketampanan gue ya lo?" balas Cakra tidak terima ketika Danish merendahkannya.
"Cewek cantik juga pasti bakal milih-milih kali. Ya kali mereka mau sama cowok tampang pas-pasan mana sinting lagi kek lo." Cakra yang geram dengan mulut licin sahabatnya akhirnya melayangkan pukulan tepat di kepala belakang Danish yang membuat si korban kontan mengaduh.
"ANJING!"
Selain kesabarannya yang setipis tisu dibelah sepuluh, Danish juga terkenal dengan mulutnya yang tajam. Perkataannya kadang sangat tidak enak didengar oleh orang yang belum dekat dan mengenalnya secara lebih dalam. Namun, bagi ketiga sahabatnya itu, ucapan Danish hanya sekedar candaan. Tidak sepenuhnya dari hati. Jadi mereka memaklumi. Lagipula mereka juga sering meledek satu sama lain.
"Jangan salah Dan, si gendut meskipun otaknya rada miring tapi gebetannya seabrek," ujar Jendra terkekeh. "Buktinya banyak cewek yang ngantri minta kepastian sama dia hahaha!"
"Tai! Orang kek dia kok disukain."
"Maneh iri ka aing?"
Danish mendengus sambil memutar bola matanya jengah. "Pala bapak kau iri!" desis Danish tajam.
"Seandainya waktu itu kita gak telat buat daftar lomba, mungkin sekarang kita lagi bertanding."
Arthur yang sedari tadi diam akhirnya buka suara. Ia duduk bersandar sambil menatap teman-temannya.
Jendra terdiam mendengar ucapan Arthur. Sama halnya dengan Danish dan Cakra. Tom and Jerry-nya geng janur itu menghentikan perkelahiannya dan memandang Arthur yang bermuka masam.
Jendra lantas menepuk pundak Arthur membuat laki-laki berwajah oval nan bermata sipit itu mendongak. "Gwenchana brader, kita coba lain kali. Kita cari info lagi," katanya sambil tersenyum tipis.
Arthur menghela napas panjang. Ia memalingkan wajah dengan hati yang masih kecewa lantaran keinginannya untuk mengikuti turnamen basket harus kandas.
"Santai aja Thur, masih banyak kok kesempatan yang lain. Nanti gue coba tanya mbak Cantika deh, siapa tau kan di kampus dia ngadain turnamen juga," imbuh Cakra yang paham jika sahabatnya itu sedang galau karena gagal mengikuti lomba basket yang diadakan di universitas tempat Sagara kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Kertas untuk Naya
Novela JuvenilKatanya, kalau kita berhasil membuat 1000 burung kertas, satu keinginan kita akan terwujud. Namun, apakah itu juga berlaku untuk Jendra? Jendra ingin membuat satu permohonan kepada Tuhan. Jendra ingin Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk membahag...