17. Dituduh Selingkuh

121 28 6
                                    

Halooo! Maaf yaa aku baru sempat update, maaf banget udah gantungin kalian hampir seminggu🥺 Seminggu ini mood buat update gak ada, rasanya males banget mau buka wattpad😭. Buat yang selalu nungguin cerita ini, aku mau bilang makasih banyak🌹 lope yu guyss, jangan bosen² baca geng janur, dkk ya!❤️

Sebelum baca part ini, aku mau ngucapin makasih banyaaakkk buat kalian, karena apa? Yapss! Bener banget, karena cerita ini udah sampe 1,15k views guysss😭 Huhuu seneng banget banget! Pokoknya makasih banyak yaaa, jangan bosen² baca cerita aku🌹🌹

Yaudah, mending langsung baca aja. Selamat membaca guyssss🌹🌹

"JENDRA OY JENDRA! AYO KE WARKOP TEJO!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"JENDRA OY JENDRA! AYO KE WARKOP TEJO!"

"Yang sopan dikit kenapa sih Cak!" tegur Arthur geram.

Cakra menyengir kuda, memamerkan deretan giginya yang rapi pada Arthur. Cakra berjalan lebih dulu lalu mengetuk pintu rumah Jendra. Hanya sekali ketukan saja membuat pintu itu langsung terbuka lebar. Menampilkan Mama Na dengan balutan dress selutut yang membuatnya terlihat begitu anggun.

"Assalamualaikum Tante," ucap Cakra memberi salam.

Senyum lebar tersungging di wajah ayu Mama Na, ia membalas ucapan salam dari ketiga anak laki-laki di depannya. "Waalaikumsalam, nyari Jendra ya?" Mama Na bertanya, sepertinya dia sudah mengetahui maksud dan tujuan Geng Janur kemari.

Cakra menutup mulutnya berpura-pura terkejut. "Hah?! Kok Tante bisa tau!?" Danish yang sudah tahu seluk-beluk seorang Cakrawala Haidar hanya menghela napas panjang. Ia muak dengan semua drama alay dan menjijikan salah satu sahabatnya.

Mama Na terkekeh pelan melihat tingkah Cakra yang lucu menurutnya. Sedangkan Arthur dan Danish saling melempar tatapan malas ke arah Cakra si ulat nangka. Keduanya sudah jengah dengan kelakuan Cakra yang suka melebih-lebihkan sesuatu. Laki-laki itu sok dramatis. Tidak heran jika hidupnya penuh drama.

"Tau dong. Soalnya Jendra yang bilang ke Tante tadi, kalo kalian ke sini, kalian disuruh duluan aja. Nanti dia nyusul," tutur Mama Na menyampaikan pesan Jendra sebelum anak semata wayangnya pergi keluar.

"Memangnya Jendra ke mana, Ma?" Giliran Arthur yang bertanya.

"Bilangnya sih mau ke rumah Naya sebentar. Abis dari rumah Naya baru dia nyusul ke warkop," jawab Mama Na menatap Arthur yang sudah berdiri di depannya.

Mereka kompak mengangguk-anggukkan kepala sembari membulatkan mulutnya. "Ohh gitu ...."

"Ma, kenapa tamunya gak diajak masuk?" Suara seorang pria yang berasal dari dalam rumah mengalihkan atensi Mama Na dan Geng Janur. Mereka kompak menengok ke belakang, sosok Papa Na yang terlihat sudah rapi dengan balutan kemeja klimis itu melangkah mendekati sang istri.

"Lho kalian toh?" Geng Janur tersenyum tipis sambil mengangguk.

"Iya Om, hehe."

"Cari Jendra?" tanya Papa Na memandang tiga remaja yang begitu ia kenal. Termasuk Arthur, anak dari kakak laki-lakinya.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang