43. Foto Terakhir

58 6 0
                                    

Halooo! Gimana nih hari2nya? Bahagia, kan? Semoga bahagia terus, ya. Kalo pun sedih, jangan lama2. Nanti cantiknya hilang hihi🙈

Maaf, baru bisa update lagi setelah 2 minggu. Mood mempengaruhi semuanya gaesss😢

Selamat membaca, semoga suka❤️❤️

Selamat membaca, semoga suka❤️❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini lagi?!"

"Mas jangan, Mas! Aku mohon ...."

"Kamu emang gak pernah denger omongan aku ya?!" Pria itu mendorong tubuh istrinya hingga terhuyung membentur meja yang terdapat beberapa pigura di atasnya.

Air matanya tiba-tiba merembes keluar. Mengalir membasahi kedua dinding pipinya. Si wanita terus mencoba meraih sebuah kertas yang sang suami rebut paksa dari tangannya.

"Aku udah sering bilang, jangan pernah ingat apa pun lagi tentang mereka! Kenapa batu sekali?!" bentak pria paruh baya itu pada istrinya.

Ia tidak berhenti menangis seraya terus berusaha mengambil foto usang yang ada di tangan pria itu. "Mas kembalikan! Aku mohon ...." Wanita tersebut bersimpuh di kaki suaminya. Dia terus memohon agar sang suami mau mengembalikan kertas lusuh berisi foto empat anak berbeda usia.

Pria itu berdecih sinis. Ia berkacak pinggang menatap istrinya yang memegang tangannya.

"Hidup bersamaku harus bisa melupakan masa lalu! Apa pun itu! Termasuk foto ini." Ia mengangkat foto lawas itu ke udara. Sungguh, ia membenci ini. Ia benci jika sang istri terus mengingat-ingat kembali tentang anak-anaknya.

"Maafkan aku, Mas. Aku hanya rindu mereka, nggak lebih," ungkap wanita, suaranya terdengar parau dan serak.

"Rindu?" Si pria tertawa remeh. "Kamu merindukan apa? Kamu rindu tangisan mereka saat kamu pergi dan memilih aku?" sarkasnya.

"Mas!" bentak wanita itu kencang. Perkataan sang suami membuat perasaan bersalah itu muncul kembali. Suara tangisan dan raungan yang keluar dari bibir anak-anaknya tiba-tiba memenuhi telinganya.

"Apa? Memang benar begitu, 'kan? Apa kamu lupa?"

Wanita itu mengusap wajahnya dengan kasar. Ia menatap sang suami yang tampak tak merasa bersalah setelah mengatakan hal itu yang membuat hatinya terluka. Bayang-bayang tangisan dan raungan anak-anaknya kembali berputar di pikiran dan itu mengusiknya lagi.

"Aku gak mau tau ya, ini terakhir kamu menyimpan foto tentang mereka. Setelah ini aku gak mau lihat kamu mengingat-ingat mereka lagi!" tegas sang suami. Ia serius mengatakan ini.

"Dan ini—" Pria itu menunjukkan foto lawas yang dia pegang. "—sebaiknya dihancurkan," lanjutnya seraya merobek kertas itu hingga menjadi sobekan-sobekan kecil yang berserakan di atas lantai marmer yang dingin.

"Jangan, Mas!" Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Foto tersebut sudah hancur menjadi kepingan puzzle tidak berbentuk.

Wanita itu memekik melihat sang suami merobek foto terakhir yang dia punya dan membuangnya begitu saja. Setelah ini bagaimana cara ia bisa mengobati kerinduannya terhadap anak-anak yang telah lama ia tinggalkan? Semenjak kepergiannya, ia tidak pernah lagi mendengar ataupun mengetahui kabar Dewa dan ketiga anaknya yang lain. Ia benar-benar putus komunikasi dengan mereka.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang