Halo, masih ada nungguin cerita ini update nggak? Aku ucapin makasih banyak buat kalian yang masih setia nungguin geng janur, dkk update. Meskipun cerita ini masih sepi banget tapi its okey haha.
Btw jangan bosan-bosan ya nunggu aku update. Luv luv pokoknya❤️❤️
Waktu terasa berlalu begitu cepat. Satu bulan setelah kejadian telepon misterius yang diterima si bungsu kini tidak ada lagi Kara maupun Naya yang mendapat telepon itu lagi. Sebelumnya Kara juga sempat menceritakan kejadian itu pada Naya, hingga membuat kakak perempuannya itu sedikit kaget.
Bagaimana bisa adiknya juga mendapat telepon aneh dari orang tak dikenal? Naya semakin yakin kalau orang di balik telepon misterius itu memang punya niat jahat pada mereka. Tidak mungkin kan kalau itu hanya sekedar keisengan belaka? Tapi setelah satu bulan berlalu, mereka tak lagi diusik oleh telepon tanpa suara itu. Apa mungkin orang itu mencari target lain? Atau sedang menyusun rencana untuk meneror keluarganya? Entahlah, Naya hanya berharap jika semuanya akan baik-baik saja.
Di kediaman keluarga Huang terlihat Kara sedang sibuk membantu Mba Ning yang tengah menyiapkan makan siang. Sejak tadi remaja itu ikut berkutat bersama Mbak Ning di dapur. Ia terlihat begitu bersemangat membantu Mbak Ning yang merupakan art di rumahnya.
"Mbak Ning, sini biar Kara aja yang taro di meja," ucap Kara seraya mengambil alih beberapa piring yang ada di tangan Mbak Ning.
Mbak Ning tersenyum tipis, ia lantas memberikan piring-piring itu kepada Kara. Wanita berhijab itu lalu beralih menyiapkan yang lain dan disusunnya di atas meja makan. Sebentar lagi jam makan siang, untuk itu Mbak Ning harus tepat waktu menyiapkannya.
"Wahh wangi banget Mbak," ucap Gara yang baru tiba di dapur setelah hampir setengah harian ia berada di kamar menyelesaikan segala macam tugas-tugasnya.
Mbak Ning tersenyum simpul membalas ucapan Gara.
"Makan siang udah siap!" seru Kara senang. Ia berdiri di sisi meja makan seraya memperagakan diri ala-ala pelayan restoran.
Gara terkekeh pelan. Ia menghampiri sang adik dan mengacak rambutnya gemas. Gara lantas menarik salah satu kursi dan mendudukinya.
"Sini, makan," ajak Gara kepada Kara.
"Kak Naya mana?" tanya Gara setelahnya.
"Ada, masih di kamar. Kara panggil dulu—"
"Aku di sini," sela Naya memotong kalimat Kara. Kedua kakak-beradik itu lantas menoleh bersamaan ke sumber suara. Dilihatnya Naya sedang berjalan ke arah mereka berdua.
Naya segera bergabung bersama kakak dan adiknya. Ia sudah duduk manis di kursi makan, memandang menu masakan yang sudah terhidang di depannya.
"Mbak Ning, ayo sini makan," ajak Kara pada Mbak Ning yang mengeluarkan minuman dingin dari kulkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Kertas untuk Naya
Novela JuvenilKatanya, kalau kita berhasil membuat 1000 burung kertas, satu keinginan kita akan terwujud. Namun, apakah itu juga berlaku untuk Jendra? Jendra ingin membuat satu permohonan kepada Tuhan. Jendra ingin Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk membahag...