29. Tamu di Sore Hari

72 18 3
                                    

Halooo, selamat malam.

Masih nungguin aku update cerita ini gak sih? Semoga nungguin terus yaaa❤️

Selamat membaca, semoga suka❤️

Seseorang turun dari mobilnya setelah memarkirkan kendaraan itu di depan garasi rumah dewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seseorang turun dari mobilnya setelah memarkirkan kendaraan itu di depan garasi rumah dewa. Disusul sang adik yang ikut turun dari kursi penumpang. Dia Andrew—Nicholas Andrew—anak sulung keluarga Zhang, yang tak lain adalah kakak Danish.

Andrew dan Danish berjalan beriringan, sang kakak kemudian menekan bel yang bertengger di sebelah pintu utama. Butuh waktu sekitar lima menit untuk kedua kakak-beradik itu menunggu si pemilik rumah membukakan pintu. Hingga seorang wanita berhijab yang begitu mereka kenal muncul dari dalam rumah bersamaan dengan terbukanya pintu kayu itu.

"Oh ..., Danish, kirain Mbak Ning tadi siapa," ucap Mbak Ning saat melihat Danish berdiri di depan pintu.

Danish tersenyum sekilas, membalas ucapan Mbak Ning.

Tatapan Mbak Ning jatuh pada sosok laki-laki berwajah manis yang berdiri di samping Danish. Keningnya kontan berkerut tipis. Ekspresi yang tanpa sadar Mbak Ning tunjukkan membuat Danish melirik ke arah Gege-nya. Sementara Andrew hanya memandang kebingungan di wajah Mbak Ning tanpa bersuara.

Danish dengan santainya melambaikan tangan di depan wajah Mbak Ning membuat wanita itu seketika tersadar dan mengerjap beberapa kali.

"Kenapa Mbak? Muka Gege Danish jelek, ya?" Ucapan Danish tentu saja membuat Andrew mendengus tak suka. Ia menonyor kepala sang adik dari samping hingga mendapat tatapan tajam dari si korban.

"Eh—enggak! Enggak! Gak gitu—"

Kekehan pelan dari Andrew menghentikan kalimat Mbak Ning. "Gak papa, Mbak. Mbak pasti terpesona, 'kan, sama ketampanan muka saya?" potong Andrew dengan pedenya.

Danish yang mendengar itu sontak berlagak ingin muntah atas perkataan sang kakak.

Mbak Ning tersenyum kecil usai mendengarnya. Dasar anak muda bisa saja buat saya baper.

"Mbak Ning masih ingat sama saya?" Andrew bertanya serius.

Mbak Ning tak langsung menjawab, ia tampak berpikir keras mencoba mengingat-ingat kembali siapa laki-laki yang ada di hadapannya sekarang ini.

Mbak Ning merasa seperti pernah melihatnya, tapi di mana? Wajah laki-laki itu juga tidak asing menurutnya. Tetapi siapa?

"Kakaknya Danish bukan?" Mbak Ning menebak dengan sedikit ragu.

Andrew tertawa kecil. Ia mengangkat kedua jempolnya sebagai tanda jika tebakan Mbak Ning benar.

"Betul sekali! Kok Mbak Ning masih inget sih? Padahal udah lama gak ketemu," balas Andrew sedikit tersanjung karena Mbak Ning masih mengingat dirinya.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang