Naya berlari kecil menuju ruang tengah ketika dering telepon rumah berbunyi memecah keheningan di kala pemilik rumah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Gadis itu meraih gagang telepon lalu mendekatkannya ke telinga.
"Hallo?"
Tidak ada jawaban dari orang di dalam telepon itu.
"Hallo, ini siapa ya? Cari siapa?"
Lagi, orang itu tidak menjawab. Hanya suara kesunyian yang terdengar.
"Kayaknya Anda salah sambung deh."
Anda? Orang itu membatin dengan miris.
"Apa ada perlu sama kakak saya?" Naya terus bertanya namun tidak ada jawaban apapun dari si penelepon.
Naya merinding sendiri dibuatnya. Apa jangan-jangan yang meneleponnya ini bukan manusia? Alias makhluk dari dunia lain? Alangkah hebatnya dia bisa menelepon. Apa karna zaman sudah sangat canggih hingga hantu pun bisa terbawa arus perkembangan zaman?
Naya bergidik kala terdengar suara isakan dari seberang telepon. Tuh kan, bener!
Naya langsung mematikan sambungan telepon itu sepihak. Ini menakutkan. Bagaimana bisa ada orang iseng menelepon ke nomor telepon rumah yang mana hanya beberapa orang saja yang tahu? Atau seseorang sedang berniat jahat untuk meneror keluarganya?
"Siapa Dek?" Suara berat Sadewa yang secara tiba-tiba mengagetkan Naya. Laki-laki itu berdiri di belakang Naya sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya.
Naya mengedikkan bahu acuh. "Gak tau Kak, dia diam aja gak ngomong apa-apa," jelasnya.
"Mungkin salah sambung." Dewa menghampiri Naya yang masih berdiri di posisinya.
"Kalau salah sambung pasti dia ngomong, tapi ini nggak ngomong sama sekali. Dia cuma diam aja terus tiba-tiba nangis," ujar Naya merinding.
"Apa jangan-jangan dia hantu ya, Kak?" Naya memicingkan matanya dan langsung mendapat lemparan handuk tepat di wajahnya yang manis.
Naya berdecak, meremat handuk kecil yang lembab akibat terkena rambut Dewa. "Mana ada hantu bisa nelpon," sanggah Dewa tak percaya.
"Ya terus siapa? Masa tiba-tiba nelpon ke nomor rumah sedangkan nomor itu cuma kita yang tau?" Naya memicing.
"Orang iseng mungkin," ucap Dewa berpositif thinking.
"Gabut banget sampe nelponin orang, mana pake acara nangis lagi."
"Yaudah sih biarin. Nanti kalo dia nelpon lagi, kasih tau Kakak," ucap Dewa sebelum berlalu ke kamarnya.
"Kak Dewa!" Si pemilik nama memutar kepalanya. Sedetik kemudian sebuah handuk kecil mendarat dengan sempurna di wajahnya yang tampan.
Dewa melotot, melihat sang adik mengejeknya dengan wajah konyol. "Wleeee ...." Dengan jurus seribu secepat kilat, Naya berlari menaiki anak tangga menghindari amukan dari kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Kertas untuk Naya
Teen FictionKatanya, kalau kita berhasil membuat 1000 burung kertas, satu keinginan kita akan terwujud. Namun, apakah itu juga berlaku untuk Jendra? Jendra ingin membuat satu permohonan kepada Tuhan. Jendra ingin Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk membahag...