18. Hidup Sempurna Arin

110 22 21
                                    

Naya mengerutkan dahinya melihat seorang gadis yang tak lain adalah Gracella Arin Galenka atau kerap disapa Arin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naya mengerutkan dahinya melihat seorang gadis yang tak lain adalah Gracella Arin Galenka atau kerap disapa Arin. Gadis dengan paras cantik jelita serta mata besarnya yang begitu indah. Selain menjadi teman sebangku, Arin juga merupakan teman terbaik Naya.

Kerutan di kening Naya semakin jelas terlihat saat Arin yang duduk di depannya terus senyam-senyum menatap layar handphone. Sudut bibir Naya berkedut ketika Arin memandanginya dengan senyum lebar yang tercetak sempurna.

"Lo kenapa sih? Ngeri banget gue liatnya," ujar Naya bergidik melihat tingkah laku Arin yang aneh sejak sepuluh menit yang lalu.

"Gue seneng banget tau Nay!" seru Arin girang. Raut wajah bahagia itu tidak dapat Arin sembunyikan. Ia begitu bahagia saat mendapat pesan dari papinya. Akhirnya keinginan Arin satu tahun yang lalu akan terwujud juga dalam waktu dekat.

Alis Naya bertaut usai mendengar perkataan sang sahabat. "Seneng kenapa?" tanyanya penasaran.

Arin mengulas senyum termanisnya. Matanya yang bulat besar menatap Naya dengan lekat. "Akhirnya impian gue buat pergi ke Netherlands bakal terwujud, Nay!"

Mata Naya membulat mendengarnya. Apa dia tidak salah dengar? Naya cukup terkejut dengan pernyataan Arin.

"Serius lo? Kapan?!"

Arin menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya.

"Gue belum tau pastinya kapan. Papi juga lagi nunggu konfirmasi dari perusahaan untuk bisa ngambil cuti dalam waktu dekat," ungkap Arin, "gue gak sabar banget mau cepet-cepet ke sana,. Gue mau liat kincir angin sama kebun bunga tulip." Senyum lebar masih terus menghiasi wajah jelita Arin, si manusia paling beruntung dalam segi apapun. Begitu yang selalu Naya katakan pada dirinya sendiri tiap kali melihat bagaimana sempurnanya kehidupan Arin. Entah kebaikan apa yang sudah dia dan keluarganya lakukan hingga Tuhan tak sedikitpun memberikan kesusahan dan kesedihan di hidup Arin, sahabatnya yang selalu tampil ceria.

Naya meraih gelas berisikan es jeruk yang hanya tinggal sedikit dan menghabiskannya. Ia menatap kedua bola mata Arin yang berbinar. Sahabatnya terlihat sangat bahagia sekarang. Impiannya untuk bisa berlibur ke salah satu tempat paling apik di dunia akhirnya terwujud. Bersama keluarganya tentunya. Naya ikut merasakan kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh sahabatnya.

Meski dalam hati Naya tak dapat menampik rasa irinya terhadap Arin. Kadang Naya bertanya, kenapa Arin semudah itu untuk bisa pergi bersama keluarganya terutama bersama papinya. Sementara dirinya? Sekedar menunggu kepulangan papa saja sudah seperti menunggu Ratu Inggris bertandang ke rumahnya. Sulit sekali.

Seulas senyum tulus Naya kembangkan. Ia mencoba meredam rasa yang terus bergejolak di hatinya. Ini bukan waktunya membanding-bandingkan hidupnya dengan Arin. Bukankah Naya seharusnya bahagia mendengar kabar baik dari sahabatnya sendiri?

"Gue ikut seneng dengernya. Akhirnya impian yang paling lo pengen terwujud juga."

Arin tersenyum lebar, ia meraih tangan Naya yang berada di atas meja. Kedua netra hitam itu saling beradu pandang dengan lekat.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang