45. Foto Rahasia Kara

56 5 2
                                    

Haiiiii. Cuma mau infoin kalo part ini mengandung bawang sekarung😭 Jadi siapin tisu yaa sebelum baca🥺❤️

Aku harap part ini feel-nya sampe ke kalian. Karena aku sendiri ikutan nangis pas nulis adegan ini😭❤️❤️ Oh iya, aku saranin pas baca part ini sambil dengerin lagu Somewhere Only We Know, biar tambah sad😭

Selamat membaca, semoga suka❤️🌹

Jendra menghentikan langkah kakinya saat mendapati Mama Na tengah duduk sembari memangku sebuah majalah yang selalu ia baca tiap kali sedang bersantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jendra menghentikan langkah kakinya saat mendapati Mama Na tengah duduk sembari memangku sebuah majalah yang selalu ia baca tiap kali sedang bersantai. Fokus Mama Na teralihkan menyadari kehadiran anak semata wayangnya yang berdiri di ambang pintu utama.

Mama Na sedikit terkejut melihat Jendra yang sudah ada di rumah. Sejak kapan anak itu sampai?

"Ma," panggil Jendra dengan suara pelan.

Seulas senyum lebar Mama Na tampilkan. Diusianya yang sudah menginjak hampir kepala empat tidak membuat kecantikan yang dia miliki memudar.

Mama Na pandai merawat diri. Kulitnya yang bersih serta wajahnya yang mulus masih terlihat begitu cantik. Membuat orang-orang yang melihatnya pasti takkan pernah menduga jika ia adalah seorang istri sekaligus ibu satu anak.

"Eh, anak Mama sudah pulang." Mama Na segera bangkit dan menghampiri Jendra yang masih mematung di sana. Ia yang masih lengkap mengenakan seragam basket dan memeluk bola basket itu tampak tersenyum sekilas membalas ucapan sang mama.

"Kok sore banget sayang pulangnya?" tanya Mama Na sembari mengusap kepala putranya. Keringat masih setia mengucur di sekujur tubuh Jendra, bahkan rambut laki-laki itu juga masih basah dan lepek.

Jendra mengulas senyum tipis seraya menjawab, "Iya Ma, tadi Jendra kejebak macet makanya kesorean."

"Oh gitu ya? Ya sudah yang penting anak Mama pulang dengan selamat," kata Mama Na mengelus rambut hitam Jendra.

"Mending kamu sekarang langsung bersih-bersih, badan kamu lengket semua, mana bau asem," gurau Mama Na sembari menutup hidungnya.

Jendra lantas mengendus bajunya yang basah. Laki-laki itu kemudian menyengir lebar menampilkan deretan giginya yang putih.

"Iya, asem," balasnya. "Tapi meskipun bau, kegantengan Jendra nggak akan luntur kok, Ma. Malah yang ada tingkat kegantengan Jendra naik seratus kali lipat!" kata Jendra dengan tingkat kepercayaan dirinya yang tinggi.

Mama Na terkekeh geli mendengar perkataan putra semata wayangnya itu. Namun, Mama Na tak menampik jika apa yang anaknya itu katakan memang benar. Aura ketampanan Jendra naik dua kali lipat saat penampilannya seperti sekarang ini. Di mana rambut hitam legamnya sedikit basah dan berantakan, di tambah bulir-bulir keringat yang mengalir di sisi wajahnya.

"Kalau kamu nggak ganteng, Naya nggak akan mau sama kamu," ucap Mama Na disertai tawa kecil.

Ucapan Mama Na berhasil membuat Jendra mencebik, ia mengerucutkan bibirnya merajuk.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang