Haii haiii... Gimana kabarnya nih? Semoga baik dan bahagia terus yaa!🥰 Masih pada setia nungguin cerita ini update, kan? Jangan bosen² yaaa❤️❤️
Selamat membaca, semoga suka❤️
Bel pulang berbunyi nyaring, suaranya yang memekakkan telinga terdengar hingga seluruh penjuru sekolah. Semua murid berbondong-bondong keluar dari kelas masing-masing termasuk Geng Janur yang kini tengah berjalan beriringan di koridor kelas yang ramai. Mereka berjalan menuju kelas Naya yang berada di ujung koridor berdekatan dengan aula sekolah.
Manik hitam Jendra menangkap tubuh mungil Naya di antara teman-temannya yang serentak keluar kelas.
"Sayang!" Semua orang yang ada di sana refleks menoleh ke sumber suara. Jendra meringis, merutuki kebodohannya. Kenapa jadi noleh semua?
Naya yang melihat kehadiran Jendra langsung berdecak. Ia enggan bertemu Jendra, bahkan selama jam istirahat Naya sama sekali tidak ingin berbicara pada Jendra. Gadis itu menghindar tiap kali Jendra mengajaknya ke kantin atau sekedar untuk ngobrol di taman belakang sekolah. Naya menghabiskan waktunya bersama Arin di kelas. Bergosip, bermain handphone atau tidur di kelas. Naya benar-benar tidak ingin melihat wajah Jendra hari ini.
Kini Jendra dan Geng Janur sudah berdiri di hadapan Naya, tak lama atensi mereka teralihkan pada sosok Arin yang baru keluar kelas sembari menggendong tas ranselnya.
"Ayo, Nay—lho." Kalimat Arin menggantung begitu saja di udara saat mendapati Geng Janur yang berkumpul di depan kelas.
Danish memutar bola matanya malas sebagai reaksi.
Jendra tersenyum hangat pada kekasihnya. Senyum termanis yang pernah Naya lihat selain senyum papa dan saudara-saudaranya. Jujur saja Naya begitu merindukan senyum laki-laki di hadapannya. Namun, mengingat kenyataan jika Jendra telah merusak kepercayaannya membuat Naya hanya bergeming tanpa berniat membalasnya.
"Sayang ayo pul—"
"Kamu pulang sendiri aja, aku ada urusan sama Arin," potong Naya tanpa memberi kesempatan bagi Jendra untuk menyelesaikan ucapannya.
Tidak hanya Jendra yang terhenyak mendengarnya. Tapi Arin dan Geng Janur pun sama. Mereka saling lirik satu sama lain dengan tatapan bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya?
Jendra membuka mulutnya. "Urusan apa?" tanyanya penasaran.
"Apa aja bukan urusan kamu," balas Naya ketus.
Cakra melirik ke arah Arthur yang berdiri di sampingnya, tapi laki-laki berbadan paling jangkung itu hanya mengangkat bahunya sekilas.
"Sayang—"
"Arin, ayo," ajak Naya sambil menarik tangan Arin untuk segera beranjak dari sana. Naya tidak ingin berlama-lama di sini, dirinya tidak cukup kuat untuk melihat dan berbicara dengan Jendra di saat hatinya terlalu lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Kertas untuk Naya
Teen FictionKatanya, kalau kita berhasil membuat 1000 burung kertas, satu keinginan kita akan terwujud. Namun, apakah itu juga berlaku untuk Jendra? Jendra ingin membuat satu permohonan kepada Tuhan. Jendra ingin Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk membahag...