30. Senja, Basket and You

81 17 1
                                    

Hai, haiii... Gimana kabarnya nih?

Oh, iya, sesuai janji aku dan hasil voting kemaren di Instagram yang aku bakal double update kalo viewers cerita ini udah sampe 2.30k dan 1000 vote. Daaaannn malem ini aku bakal tepatin janji aku guysss hahaha👀🥳🥳

Seneng banget rasanya meskipun ini cerita belum serame cerita aku yang satunya. But, its okey. Gwenchana, hehe gwenchanayo🥺🤧

Yaudah, mending langsung baca aja yuk. Bantu aku koreksi typo, dll, ya😉

Selamat membaca, semoga suka💐

Selamat membaca, semoga suka💐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yeay, masuk lagi!!"

Naya memekik kegirangan saat bola yang ia lempar masuk ke dalam ring dengan mulus. Ia bertepuk tangan senang sambil tersenyum lebar.

Naya kemudian berlari mengambil bola basket yang menggelinding tak jauh dari ring. Wajahnya yang putih tampak memerah karena panasnya matahari sore. Ditambah keringat yang terus mengucur membasahi kening.

Poni tipis itu terlihat lepek dan basah karena peluh setelah bermain basket bersama sang kekasih. Naya berlari menghampiri Jendra yang berdiri beberapa meter di belakangnya.

Tatapan tulus dan senyum lebar Jendra terpatri menghiasi wajahnya ketika Naya berhasil memasukkan bola berwarna oren itu. Matanya tak lepas memandangi Naya yang berlari kecil ke arahnya sambil memeluk bola basket.

Jendra ikut bertepuk tangan dengan keras, sesekali dia mengangkat jempolnya menunjukkan jika dirinya begitu bangga pada Naya.

"Keren banget pacar aku mainnya," ungkap Jendra dengan rasa bangga.

Naya tersipu malu mendengar pujian tersebut. Pipinya memanas. Entah karena matahari atau karena ucapan Jendra tadi.

"Coba sekarang latihan sambil bawa lari bolanya," titah Jendra pada kekasihnya.

"Masih inget kan apa yang aku bilang tadi?" Jendra memastikan.

Naya mengangguk semangat. Ia lalu membanting bola basket itu ke lantai sebanyak tiga kali sebelum membawanya berlari sembari terus mendribble-nya.

Jendra hanya diam melihat kekasihnya yang terlihat cukup kesulitan saat berlari sambil terus memantul-mantulkan bola basket itupun menahan senyumnya. Hatinya tergelitik melihat Naya yang mengomel sambil berlari ke arah ring.

Naya berdecak kesal saat bola yang dia bawa justru terlepas dari tangannya dan menggelinding jauh. Ia menghentakkan kakinya jengkel sambil menggerutu. "Ish! Bolanya gelinding terus!" keluhnya frustasi. Naya enggan mengambilnya, ia membiarkan bola itu menggelinding semakin menjauh.

Jendra geleng-geleng kepala melihat kelakuan kekasihnya. Ia menghampiri Naya yang memanyunkan bibirnya.

"Cara kamu bawa bolanya salah sayang. Bukan gitu, harusnya bolanya dipantulkan di depan atau di samping," tutur Jendra dengan sabar mengajari Naya bermain basket di lapangan tempat dia dan Geng Janur sering latihan. "Kalo kayak gitu ya jelas aja kamu susah lari dan bolanya jadi lepas terus," sambungnya penuh pengertian.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang