Bab 1 : Ke Kota Qiang

8.2K 776 20
                                    

Mu Lin selalu memiliki impian sejak kecil : menjadi seorang pejabat hebat dan membuat ibunya bangga.

Walau ia terlahir dari keluarga militer, sejak kecil Mu Lin sudah tertarik pada sastra dan gemar membaca buku. Ia juga sering mendengarkan kakaknya Mu Hua membacakan puisi untuknya. Ibunya sendiri adalah wanita buta huruf, tetapi baginya ibunya adalah yang terbaik di dunia ini. Mu Lin sering mengunjungi ibunya untuk membicarakan sekolahnya hari ini atau membacakan beberapa pelajaran yang diterima olehnya. 

Walaupun semakin dewasa ia semakin dirinya menumbuhkan sifat yang nakal, Mu Lin sering pergi ke Jalan Qinglou entah untuk mendengarkan pelacur bernyanyi atau tidur bersama mereka. Meski begitu bersama Cui Xiaosheng dirinya tetap menjadi kesayangan guru karena kecerdasannya.

Seperti yang sering orang-orang katakan bahwa langit cepat sekali berubah, dari cerah menjadi mendung. Suatu ketika makanan akan melimpah, namun suatu saat bahkan anggur dan kurma pun sulit untuk ditemukan.

Selama ini Mu Lin memandang Cui Xiaosheng seperti seorang Dewa Belajar dan menganggapnya teman baik karena mereka bisa bertukar pikiran. Diantara saudaranya tidak ada yang bisa diajak berbicara. Kakak tertuanya sibuk di barak, Mu Hua adalah gadis yang galak dan hanya tahu membaca puisi, sementara Mu Jiang jika ditanya sesuatu akan berpikir sangat lama baru bisa menjawabnya. Tetapi dengan Cui Xiaosheng ia bisa membahas segalanya dengan bebas, bahkan ia orang pertama yang menyadari bahwa Cui Xiaosheng menyukai Tuan Kesebelas yang sedungu keledai itu.

Mu Lin tidak merasa itu aneh, ia tidak pernah memandang hubungan pria dan pria adalah suatu kesalahan karena baginya mencintai seseorang dengan tulus bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

Hanya saja, Mu Lin tidak mengira bahwa alur kehidupan akan membawanya memasuki arus yang sangat menakutkan.

Pertama, ia tidur dengan Cui Xiaosheng. Dirinya sama sekali tidak memiliki ide bagaimana bisa ia terjerat di atas ranjang bersama Cui Xiaosheng. Ditambah lagi saat itu Cui Xiaosheng akan menikah dan ia seharusnya dalam masa berkabung setelah kematian neneknya. Kemudian Cui Xiaosheng berusaha untuk menemuinya, namun Mu Lin menolaknya dengan keras. Ia tidak ingin melihat Cui Xiaosheng untuk suatu alasan.

Roda kehidupan berputar, perang meledak saat Mu Lin sedang mengunjungi keluarga dari pihak ibunya karena sepupunya akan menikah. Ia menghadapi kenyataan bahwa keluarga Mu sudah hancur menjadi debu, ibunya tewas karena membakar diri demi menjaga kehormatan agar tidak dilecehkan orang Yue. 

Mu Lin kehilangan saudara kandungnya secara bersamaan, tidak ada yang tersisa darinya kecuali pakaian yang ibunya jahit beberapa bulan sebelum dirinya bepergian. Mu Lin sangat menyesal mengapa ia tidak memaksa ibunya pergi dengannya sehingga bisa menghindari kemalangan itu?

Dan Mu Lin menerima kabar bahwa Istana terbakar hebat hingga tidak ada yang selamat, lagi-lagi ia kehilangan anggota keluarganya.

Mu Lin benar-benar menderita di dalam hatinya, ia sendirian, terasa asing, merasa tidak berdaya, dan merasa Langit terlalu kejam kepadanya.

Tetapi hidup harus terus berlanjut, ia kemudian menemukan bahwa Mu Jiang belum meninggal, ia bertemu lagi dengan Cui Xiaosheng, dan ia merasa bahagia karena disukai oleh si kecil Cui Shilin.

Ia tidak tahu pasti apa perasaannya terhadap Cui Xiaosheng, sebagai orang pertama yang menyadari bahwa Saudara Cui menyukai Mu Jiang selama bertahun-tahun Mu Lin sulit menerima fakta bahwa hati Cui Xiaosheng kini berlabuh padanya. Semuanya terlalu tiba-tiba, seperti mimpi di siang hari musim panas yang terik, seperti rerumputan yang tumbuh subur di tanah tandus.

Hanya saja kemudian Mu Lin terbangun dari mimpi musim panas itu, menghadapi sebuah realita bahwa ia dan Cui Xiaosheng tidak bisa bersama. Ia bukan Mu Jiang yang menjadi selir di Istana sehingga orang-orang mau tidak mau harus menerima bahwa ada selir laki-laki. Tetapi ia hanyalah orang biasa, tanpa memiliki kedudukan apapun, tanpa keluarga, tanpa klan. Ia berdiri di atas kakinya sendiri yang tidak terlalu kuat. Jikapun dirinya bersama dengan Cui Xiaosheng, ia hanya akan menjadi selir dan Mu Lin tidak menginginkan hal itu.

[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang