Mu Lin mensejajarkan tingginya dengan A-Huan. Gadis kecil yang selalu ceria ini menangis sekencang mungkin hingga hidungnya memerah dan matanya basah oleh air mata. A-Huan mungkin agak nakal, tetapi anak ini juga paling tidak tahan dengan luka. Jika terluka sedikit A-Huan akan menangis, apalagi sekarang dahinya berdarah seperti ini?
"Aiya! Ada apa dengan Huanhuan kecilku?! Nenek akan mengambilkan kain bersih dan obat!" Bibi Kang panik melihat anak favoritnya terluka seperti ini, ia bergegas ke dapur untuk mengambil obat dan barang yang diperlukan.
"Sudah, mengapa kau menangis seperti ini?" Mu Lin mengusap pipi A-Huan yang basah.
"Baba.." A-Huan tidak mampu menghentikan isak tangisnya. Rasanya dahinya benar-benar sakit dan ia takut karena terus mengeluarkan darah.
Cui Xiaosheng keluar dari ruangan, ia melihat Mu Lin sedang membujuk seorang gadis kecil untuk tenang. Cui Xiaosheng mengenali gadis kecil itu, bukankah dia anak yang memanjat atap dan mengucapkan kalimat yang cukup cerdas untuk anak seusianya?
Apakah itu adalah putri Mu Lin?
"Apa yang terjadi? Diam dulu! Jika kau terus menangis bagaimana kau bisa berbicara?!" Mu Lin menegur.
A-Huan malah semakin kencang menangis, ia tidak terima. Saat ini dirinya terluka, bagaimana bisa Babanya justru memarahinya?!
"Ai! Gadis ini, mengapa kau menangis sangat kencang ah?! Apa kau ingin pamer? Bagus, menangis lebih keras lagi!" Mu Lin justru semakin menuangkan minyak ke bara api. "A-Huan diam! Bibi-bibimu sedang beristirahat! Jangan membuat keributan! Ceritakan pelan-pelan padaku, jika kau hanya menangis bagaimana bisa aku menemukan jalan keluarnya?!"
A-Huan menggigit bibir kecilnya, meredam isak tangisnya. Walaupun Babanya memarahinya seperti ini, namun apa yang diucapkan Babanya benar. Ini masih pagi hari, para bibi pasti beristirahat namun suara tangisannya mungkin bisa mengganggu mereka semua.
Tangisan A-Huan berhenti.
Mu Lin mengusap pipi basah A-Huan dengan lengan bajunya.
Bibi Kang muncul membawa obat-obatan dan sebaskom air hangat.
"Terima kasih, Nenek Kang." A-Huan berkata dengan lembut, sedikit sesenggukan bekas isak tangisnya.
"Tidak masalah, tidak masalah."
Mu Lin mulai mengobati dahi A-Huan yang berdarah, ia merasa lega karena itu bukan luka yang dalam dan bisa sembuh dalam beberapa hari.
Cui Xiaosheng memperhatikan bagaimana Mu Lin merawat dan membujuk putrinya. Bayangan seorang remaja yang gemar pergi ke rumah bordil dan sering menjawab pertanyaan guru dengan cekatan kini memudar, ketika dulu Mu Lin bersama Cui Shilin dirinya bersikap seperti seorang kakak yang dapat diandalkan, sekarang Cui Xiaosheng melihat Mu Lin begitu lembut, hangat, dan begitu dewasa. Mu Lin mengingatkan Cui Xiaosheng pada mendiang ibunya, Selir Wei yang selalu menyayanginya sejak kecil.
Cui Xiaosheng adalah anak selir, walau ia dihargai oleh ayahnya karena berprestasi namun semua didapatkan melalui kerja keras dan tekanan yang hebat. Ayahnya selalu menekankan pentingnya menjadi nomor satu, menekankan bahwa ketika ia sangat pintar dan berhasil maka hidupnya akan menjadi lebih mudah, ketika ia bersikap berbudi luhur semua orang akan menyukainya, ketika ia menghormati leluhur serta orang tua maka di masa depan hidupnya akan lebih terjamin. Cui Xiaosheng tidak pernah mengungkapkan apa yang ia suka ataupun apa yang ia tidak suka, karena menurutnya sangat tidak penting jika seseorang mengetahuinya.
Ketika ia menyukai Mu Jiang dirinya tidak berani mengambil langkah karena ayahnya akan menganggapnya sebuah kesalahan besar. Ketika ia menyukai Mu Lin dirinya selalu tidak bisa berpikir jernih, semua karakter yang Tuan Tua Cui bentuk untuknya hancur. Ia seperti iblis yang bersedia mencium kaki Dewa demi buah beracun. Ia mengeluarkan setiap sisi gelapnya ketika bersama Mu Lin dan hanya untuk Mu Lin.
Ia dulu bersabar, ia berjalan selangkah demi selangkah agar Mu Lin menjadi miliknya. Ia memberikan lamaran pada Mu Lin dan berpikir setelah perang usai maka dirinya akan segera menikahi Mu Lin. Akan tetapi justru setelah perang usai Mu Lin menghilang. Ia hampir gila mencari Mu Lin dimana-mana. Lalu sekarang ia bertemu lagi dengan Mu Lin dan Mu Lin menolaknya dengan keras, mendorongnya menjauh. Cui Xiaosheng tahu bahwa dengan langkah lembut seperti dulu ia tidak akan bisa mendapatkan Mu Lin lagi.
"Ini adalah anak brengsek yang melukai A-Huan!" Dari lantai dasar terdengar teriakan Xiao Huang, Mu Lin menepuk dahinya pelan ia memarahi si kecil karena menangis sangat keras sekarang justru yang besar berteriak sekeras itu dengan bahasa kasar.
"Lepaskan aku! Aku tidak melukai A-Huan! Dia saja yang pemarah! Aku mengatakan kenyataannya bahwa ibunya adalah pelacur!"
"Apa?!" Mu Lin balas berteriak dari lantai dua dengan marah, ia segera turun ke lantai dasar dan berniat menampar bolak balik anak ini hingga wajahnya membengkak seperti buah kesemek. "Kau bajingan kecil! Bagaimana bisa kau mengatakan kalimat semacam itu?!"
Bocah laki-laki dimarahi dan menjadi ketakutan. Walaupun Baba A-Huan ini sangat cantik untuk ukuran seorang pria, namun ketika marah ia benar-benar menyeramkan!
"Berbicara dengan sopan!"
"A-aku berbicara kenyataan! A-Huan tidak punya ibu dan dia tinggal di rumah bordil! Pasti ibunya pelacur!"
Anak anjing ini berbicara sembarangan! Mu Lin benar-benar marah, jika anak ini mengatakan ibu A-Huan pelacur maka ia adalah pelacur?!
"Brengsekk! Kembalikan anakku!" Dari luar suara raungan wanita terdengar.
"Ibuu! Selamatkan aku!" Bocah laki-laki menangis.
Seorang wanita memasuki rumah bordil dengan langkah tergesa-gesa.
"Ajari anakmu sopan santun." Mu Lin berkata dengan tidak ramah. Xiao Huang melepaskan anak itu dan mengibaskan tangannya jijik.
"Mengajari apa?! Anakku berkata kebenaran! Istrimu pasti pelacur dan anakmu adalah anak haram!"
Mu Lin sekarang benar-benar serius, ia marah besar. Xiao Huang yang selama ini mendampingi Mu Lin menyadari itu, jadi ia mundur satu langkah untuk antisipasi.
"Kau orangtua tercela! Bagaimana bisa mengajari anakmu mengatakan kalimat semacam itu hah?! Anakku adalah anakku! Siapa ibunya bukan urusanmu! Dia bukan anak haram, tetapi tingkahmu yang haram dasar sundal berkepala dua! Katakan lagi bahwa anakku anak haram, kau pikir karena kau wanita aku tidak berani untuk menghajarmu?!" Mu Lin berkacak pinggang, sementara jarinya menunjuk wajah wanita yang mulai pucat ketakutan, suara Mu Lin sangat keras dan tajam membuat siapapun takut. Mu Lin beralih ke bocah laki-laki. "Apa kau mendorong A-Huan sampai jatuh dan terluka?"
Anak yang ketakutan segera mengangguk.
"Lihatlah! Anakmu melukai anakku setelah menghinanya! Tidakkah kau malu pada dirimu sendiri mengapa bisa gagal mendidik anak hah? Masih sekecil ini dia sudah menyerang temannya, bagaimana jika dewasa? Lebih baik kau habiskan ludahmu untuk menasehati anakmu dibanding mengurusi kehidupan orang lain!"
Wanita yang tadinya begitu garang kini hanya bisa mengangguk ketakutan.
"I-iya… iya…"
"Pergi!"
Pasangan ibu dan anak berlari terbirit-birit keluar. Untung saja dia mempelajari kata makian dari ibunya sejak kecil, jadi dirinya memiliki kosa kata yang kaya untuk memaki.
Salah satu bawahan Cui Xiaosheng muncul mengabarkan bahwa Cui Xiaosheng masih memiliki janji pertemuan dengan Hakim Daerah Qiang.
Cui Xiaosheng menghela nafas, meski tidak rela ia harus pergi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa Lagi
Fiction HistoriqueMu Lin berpikir bahwa hubungannya dengan Cui Xiaosheng tidak akan berhasil, ia kemudian memilih pergi berkelana dan berusaha melupakan cinta dalam hatinya itu. Akan tetapi dalam perjalanannya Mu Lin merasa ada yang aneh dengan dirinya ; mengapa peru...