Mu Lin bangun dari pingsannya, ia terlihat lebih pendiam dan tidak mengatakan apa-apa. Qi Wei juga tidak berbicara macam-macam karena ia mengerti bahwa Mu Lin masih kaget dengan kenyataan di depan matanya ini.
"Jadi, bayi ini tetap harus dilahirkan?" Mu Lin memecah keheningan terlebih dahulu.
"Ya. Jika menggugurkannya itu juga berbahaya untukmu Saudara Mu."
Mu Lin menghela nafas dengan berat. Jika Qi Wei sudah mengatakan ini maka tidak ada yang bisa ia lakukan. Mungkin ia memang harus melahirkan anak ini, Mu Lin memikirkan tentang Tuan dan Nyonya Song yang berniat mengadopsi seorang anak. Ia bisa memberikan anak ini untuk pasangan itu agar hidupnya lebih terjamin.
"Aku akan melahirkannya."
Tidak ada kegembiraan, rasa antusias, ataupun penantian. Ini seperti Mu Lin hanya merasa bahwa ia cukup melahirkan bayi ini saja.
"Apa kau yakin?"
Mu Lin mengangguk.
"Aku akan mengatur persiapannya nanti."
"Tabib Qi, bisakah kau merahasiakan hal ini? Aku tidak ingin keberadaanku diketahui siapapun." Mu Lin benar-benar memohon untuk hal ini.
"Aku tidak akan menyebarkannya pada siapapun, kau bisa mempercayaiku." Qi Wei meyakinkan Mu Lin.
Saat malam mulai memeluk bumi, Mu Lin keluar dari penginapan. Saat malam hari, suasana Kota Qiang begitu ramai. Xiao Huang mengekori Mu Lin dengan patuh dibelakang, ia tidak bertanya apa-apa dan tidak berbicara apapun. Sementara Mu Lin melangkah dengan kepala penuh dengan pemikiran demi pemikiran.
Lentera menyala lembut, beberapa diantaranya berputar menampilkan lukisan sederhana yang tampak hidup, suara pedagang yang masih semangat menjajakan dagangannya saling bersahutan, aroma gurih makanan menyebar di udara.
Dulu ketika ia merasa memiliki banyak hal di dalam kepalanya, Mu Lin akan minum anggur hingga mabuk. Tetapi sekarang ia bahkan tidak bisa menghirup aroma anggur lagi.
Bayi ini jelas milik Cui Xiaosheng, tetapi lebih baik Cui Xiaosheng tidak mengetahui bahwa bayi ini ada. Pasti Saudara Cui akan menganggap bayi ini mengerikan karena lahir dari seorang pria. Bayi ini juga tidak seharusnya bersama dengannya karena Mu Lin tidak memiliki cukup uang untuk membesarkan seorang anak, ia tidak ingin naif dengan membesarkan anak sementara dirinya tidak memiliki banyak uang. Bagi Mu Lin memiliki anak artinya tanggung jawab yang dipikul semakin berat, seorang anak berhak mendapatkan rumah yang nyaman, pakaian yang indah, orangtua yang mampu menyokongnya. Jika dirinya hanya memberi satu mulut makan saja masih kesulitan, bagaimana bisa ia memberi makan mulut lain?
Mu Lin menatap bulan di kejauhan, ia berpikir dulu saat semuanya masih baik-baik saja dan ia hanya remaja yang gemar belajar serta pergi ke tempat pelacuran, setiap kali ia memiliki pemikiran di kepalanya ia akan pergi ke Saudara Cui untuk membahasnya. Jika Mu Lin merasa masalah itu terlalu rumit, ia akan pergi ke kakaknya Mu Hua. Tetapi segalanya berubah, Mu Hua sudah meninggal dan Saudara Cui adalah seseorang yang sangat tidak ingin ia temui lagi dalam hidup ini.
Ketika ia menyadari semuanya, ia tidak memiliki siapa-siapa.
.
.
Pagi hari, kabut masih sangat tebal dan udara terasa dingin. Beberapa orang keluar dari rumah, menyapu halaman yang kotor oleh dedaunan kering sambil bersenandung kecil.
Mu Lin membuka jendela kamarnya, rambutnya dibiarkan tergerai, dan ia menghirup aroma pagi yang begitu khas. Siapapun tidak akan mengira bahwa putra sah mendiang Jenderal Mu Shen akan berada di lantai dua sebuah rumah bordil, tidak memakai pakaian indah, dan sedang mengandung tujuh bulan. Semua kemuliaan yang menyelimuti dirinya sejak kecil bagaikan jubah es yang pecah begitu saja.
Dari ujung jalan Mu Lin melihat sepasang ayah dan anak berpakaian kusam bergandengan tangan dengan gembira, gadis kecil terkekeh riang ketika melihat ayahnya memasang ekspresi lucu.
Mu Lin merasa iri, sejak kecil ayahnya terlalu sibuk berperang hingga dirinya hanya diasuh penuh oleh ibunya. Semakin besar walaupun ayahnya juga menyayanginya, namun ia tahu bahwa ayahnya paling menyayangi Mu Jiang. Mu Lin tidak pernah iri pada Mu Jiang, namun terkadang ia bertanya-tanya jika ayahnya adalah pria biasa dan hanya memiliki seorang istri apakah ia akan paling disayangi ayahnya?
Mu Lin meletakkan tangan pada perutnya yang sudah sebesar semangka. Ia bergumam.
"Kau muncul seperti rebung."
Sebuah tendangan membalasnya, itu adalah tendangan yang tidak sekuat tendangan kemarin.
Mu Lin tersenyum getir, ia dengan cepat menepis perasaan asing yang muncul terhadap anak ini. Semakin ia tidak terikat dengan anak ini, maka semakin bagus.
Bagaimanapun Mu Lin harus memberitahu Wen Anhe tentang kondisinya, tentu saja reaksi pertama Wen Anhe adalah terkejut sampai-sampai ia menjatuhkan cawannya. Ia bolak-balik memperhatikan penampilan Mu Lin dan matanya terus tertuju pada perut Mu Lin.
"Jadi… kau hamil?" Wen Anhe mengerutkan dahinya dalam. Mu Lin berpikir ini cukup menarik, Wen Anhe tidak terlalu senang berekspresi namun kali ini wanita itu menunjukkan ekspresi berbeda dalam satu waktu.
"Ya dan itu memasuki bulan ke tujuh."
"Bisakah aku mempercayainya?"
"Sentuh saja perutku."
Wen Anhe menyentuhnya dan segera sebuah tendangan merespon sentuhan Wen Anhe membuat tangan mulus pelacur ini gemetar.
Adik kecil di dalam perutnya sangat suka pamer bahwa ia ada di dunia ini, satu-satunya cara membuktikan perkataannya adalah membentangkan karpet merah agar adik kecil bisa melenggak lenggok memamerkan pantatnya.
"Ini benar-benar sulit dipercaya." Wen Anhe mulanya berpikir bahwa Zhang Yinuo ini bergurau, tetapi sekarang ia mau tidak mau percaya walaupun rasanya aneh. "Lalu apa rencanamu selanjutnya?"
"Memberikan anak ini pada Tuan dan Nyonya Song." Entah mengapa Mu Lin merasa berat mengatakan ini.
"Apa kau yakin?" Tanya Wen Anhe memastikan. Pasalnya laki-laki yang hamil baru dilihatnya saat ini, tetapi disisi lain Wen Anhe juga mengerti bahwa pasti berat bagi Zhang Yinuo yang seorang pria untuk mengandung.
"Jika anak ini bersamaku, hidupnya akan sulit."
"Dimana ayahnya?"
Mu Lin setengah kebingungan. "Aku ayahnya?"
"Maksudku orang yang 'menusukmu' dimana dia? Barangkali dia mau bertanggung jawab." Terkadang Wen Anhe merasa Zhang Yinuo ini sangat pintar, tetapi kadang juga bisa bodoh semacam ini.
"Dia sudah mati."
Kehidupan Zhang Yinuo ini benar-benar menyedihkan.
Meski begitu Wen Anhe tetap berkata. "Kita akan menunggu dan melihat, jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Saat ini kau mungkin bisa mengatakannya dengan mudah, tetapi tidak peduli apapun kau yang melahirkannya dan pasti akan ada ikatan diantara kalian. Yinuo, pikirkan baik-baik."
Mu Lin berkata dengan sangat yakin. "Aku merasa tidak mampu untuk membesarkan anak ini, aku tidak ingin memaksakan kehendak dan membuatnya menderita suatu saat nanti. Lebih baik dia diurus oleh tangan yang tepat dan bisa memberinya cinta yang seharusnya."
Wen Anhe hanya menghela nafas kecil.
TBC
Mu Lin adalah orang yang rasional dan berpikir dia tidak mampu membesarkan seorang anak dengan kondisinya saat ini.
Huanhuan sangat suka menjadi pusat perhatian dan suka pamer, dia adalah merak kecil! 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa Lagi
Ficción históricaMu Lin berpikir bahwa hubungannya dengan Cui Xiaosheng tidak akan berhasil, ia kemudian memilih pergi berkelana dan berusaha melupakan cinta dalam hatinya itu. Akan tetapi dalam perjalanannya Mu Lin merasa ada yang aneh dengan dirinya ; mengapa peru...