Bab 12 : Dia Yang Berubah Atau Aku Yang Tak Mengenalnya?

4.4K 609 56
                                    

Cui Xiaosheng berniat menghabiskan malam dengan melihat bagaimana festival lentera itu diadakan. Ia merasa festival lentera ini meski tidak semeriah di ibukota, namun suasananya benar-benar hidup.

Cui Xiaosheng sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan melihat pemandangan ini, jantungnya berdetak jauh lebih kencang, matanya yang selama ini tampak seperti pohon yang layu terlihat mulai cerah. Apa yang dilihatnya adalah Mu Lin. Orang yang ia cari selama lebih dari lima tahun ini. Cintanya yang menghilang entah kemana tanpa mengatakan apapun padanya. Berkali-kali Cui Xiaosheng meyakinkan diri bahwa apa yang dilihatnya benar-benar Mu Lin, ia meyakinkan diri bahwa ia tidak sedang berhalusinasi.

Mu Lin sedikit berubah dari yang terakhir dalam ingatannya. Mu Lin terlihat jauh lebih dewasa dan lebih sering tersenyum, bagi Cui Xiaosheng pria itu benar-benar indah.

"Paman, mengapa kau membuat pangsit sangat banyak?" Mu Lin penasaran, pasalnya paman ini hanya berjualan untuk mengisi waktu senggang dan ia tidak banyak membuat pangsit untuk dijual.

"Ah, kau tidak tahu? Ada orang ibukota yang datang! Itu adalah pejabat tinggi! Aku akan memperkenalkan pangsitku padanya, mana tahu dia akan menyukainya dan pangsit Kota Qiang akan terkenal!"

"Pejabat? Siapa itu?"

"Perdana Menteri Cui!"

Senyum yang sejak tadi melukis bibir Mu Lin seketika lenyap ketika nama itu disebutkan.

"Perdana Menteri Cui?"

"Mu Lin!"

Setelah pindah ke Kota Qiang, tidak ada yang mengetahui nama aslinya karena ia menggunakan nama Zhang Yinuo. Kecuali mungkin Qi Wei, namun suara yang memanggilnya ini jelas bukan suara gadis seperti Qi Wei. Suara itu Mu Lin kenal betul milik siapa.

Mu Lin hanya merasa bahwa ia harus lari sejauh mungkin, jadi Mu Lin berbalik dan berlari membelah kerumunan festival.

Cui Xiaosheng mungkin sudah memprediksi hal ini, jadi ketika Mu Lin lari darinya ia bergegas untuk mengejarnya. Mu Lin menghafal Kota Qiang dengan sangat baik, ia tidak sedikitpun menoleh kebelakang dan hanya fokus untuk melarikan diri. Ia sangat gesit melewati kerumunan, jalanan berkelok, dan beberapa barang yang menghalangi jalan. Tetapi sialnya Cui Xiaosheng juga sama gesitnya, mereka memiliki jarak yang sangat tipis.

Ketika melewati pertokoan yang tutup, Mu Lin melihat tumpukan kotak kayu kosong. Ia segera menendangnya, menyebabkan tumpukan itu goyah dan jatuh ke atas tanah. Cui Xiaosheng sedikit mundur, menghentikan langkahnya yang terhalang oleh kotak kayu ini.

"Sial."

Mu Lin berlari memasuki sebuah jalanan sempit yang letaknya jauh dari hiruk pikuk, tetapi karena Mu Lin belum pernah datang ke tempat ini ia terjebak di jalan buntu. Mu Lin berniat untuk memanjat tembok pembatas, namun naasnya Cui Xiaosheng sudah berhasil menyusulnya dan kini mencengkram tangannya kuat kemudian memaksa Mu Lin berbalik.

Nafas kedua pria ini memburu karena berlari sejak tadi juga karena campuran perasaan yang kini berputar-putar.

"Mu Lin."

"Lepaskan!" Mu Lin berusaha menarik tangannya, tetapi Cui Xiaosheng mendorong tubuhnya hingga punggungnya menabrak tembok yang dingin. Mu Lin hendak mengajukan protes, namun Cui Xiaosheng segera membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman yang sarat akan kerinduan. Cui Xiaosheng menahan kedua tangan Mu Lin di masing-masing sisi kepalanya.

Mu Lin mencoba mengelak, tetapi hisapan Saudara Cui benar-benar kuat.

Suara ambigu terdengar di gang kecil yang sangat sunyi.

Cui Xiaosheng melepaskan ciumannya, jarinya berpindah mengusap bibir Mu Lin yang basah dan kemerahan.

"Mu Lin. Mu Lin. Mu Lin. Ini benar-benar kau." Cui Xiaosheng menyandarkan dahinya pada bahu sempit Mu Lin.

"Ya, sekarang lepaskan aku." Mu Lin berkata dengan tegas.

"Tidak."

"Bajingan gila!" Mu Lin memaki dengan marah.

Cui Xiaosheng menghirup aroma tubuh Mu Lin yang tidak berubah, ia kembali menatap wajah cantik Mu Lin dan Perdana Menteri Cui kembali mencium Mu Lin intens seolah tidak ada hari esok. Mu Lin selalu kualahan dengan ciuman Cui Xiaosheng, walaupun dia dulu senang memetik bunga dan tahu caranya berciuman tetapi ia jelas kalah dari Cui Xiaosheng. Ia berpikir bagaimana bisa Saudara Cui ini memiliki keterampilan Dewa semacam itu?!

Cui Xiaosheng menarik pinggang ramping Mu Lin, tubuh mereka menempel dan Mu Lin agak berjinjit karena tingginya memiliki perbedaan besar dengan tinggi Cui Xiaosheng.

Karena kehabisan oksigen, Cui Xiaosheng mundur. Ia merasa puas Mu Lin sangat berantakan dengan pipi memerah dan mata berkaca-kaca seperti dianiaya dengan kejam.

"Saudara Cui- mhn!"

Mu Lin melotot marah karena Cui Xiaosheng lagi-lagi menciumnya. Salah satu tangan berada di pinggangnya, sementara tangan lain mencengkram tengkuknya memaksa Mu Lin hanya fokus padanya dan enggan membiarkan Mu Lin menjauh meski hanya sendikit.

Jika terus seperti ini ia akan tewas karena berciuman!

Mu Lin kemudian menendang tulang kering Cui Xiaosheng. Barulah Cui Xiaosheng mundur dan melepaskannya.

Mu Lin terengah dan memarahi Cui Xiaosheng. "Kau binatang buas tercela! Bagaimana bisa melakukan hal tidak senonoh seperti ini?!"

Mendapatkan omelan Mu Lin, Cui Xiaosheng yang tadinya terlihat segarang singa kini tidak ubahnya seperti anak kucing yang dimarahi karena mencuri ikan.

"Mu Lin-"

"Diam! Jangan mengatakan apa-apa." Mu Lin memijat pelipisnya pelan. Ia harus menggunakan satu cara yang akan memukul mundur Cui Xiaosheng selamanya.

"Aku sudah memiliki anak. Apa yang terjadi diantara kita dimasa lalu lupakan saja. Kita jalani hidup masing-masing, Saudara Cui."

Ia tahu bahwa Cui Xiaosheng sangat berbudi luhur, ia tidak akan bermain-main atau melakukan perselingkuhan kotor. Pasti setelah ini Cui Xiaosheng akan mundur dengan sendirinya.

"Dan aku sudah memiliki istri." Mu Lin menambahkan sebuah kebohongan.

Ia mengintip ekspresi Cui Xiaosheng yang terlihat tenang, Mu Lin merasa ketenangan ini cukup berbahaya.

"Lalu? Jika kau memiliki istri maka aku akan membuatmu bercerai dengannya."

Mu Lin shock sampai hampir jatuh ke atas tanah mendengarkan kata-kata itu. Ia benar-benar tidak menyangka Dewa Belajar akan mengatakan kalimat penuh obsesi semacam ini dan penuh akan kegilaan!

"Apa yang kau katakan?! Saudara Cui kau benar-benar gila!"

"Mu Lin kau lari begitu saja setelah aku melamarmu, kau sudah terikat denganku dan kemudian menikah. Bukankah kau berkhianat? Jika begitu aku akan merebutmu kembali." Cui Xiaosheng sangat serius, ia bisa menjadi gila hanya karena Mu Lin. Ia sudah cukup selama lima tahun kehilangan Mu Lin, walaupun ia harus hancur dan jatuh dari kemuliaannya selama demi Mu Lin ia tidak akan menyesal melakukannya.

Mu Lin merasa ia sama sekali tidak mengenal Cui Xiaosheng di depannya, apakah ini Cui Xiaosheng yang dikenalnya? Apakah Cui Xiaosheng berubah? Ataukah dirinya saja yang memang selama ini tertipu oleh sikap berbudi luhur Cui Xiaosheng?

"Jangan menemuiku lagi!" Mu Lin menendang kaki Cui Xiaosheng lebih keras, ia berhasil untuk kabur kali ini. Mu Lin berlari menuju Rumah Bordil Kasih Sayang dengan tubuh basah oleh keringat dan paru-paru yang terasa terbakar. Ia mengabaikan Wen Anhe yang heran karena dirinya kembali lebih awal, Mu Lin masuk ke dalam kamarnya, mengunci pintu, dan jatuh berlutut. Mu Lin memeluk lututnya dengan kalut.

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang