Cui Xiaosheng berjalan dengan tidak sabar menuju kamarnya, malam ini ia akan benar-benar melakukan malam pertama yang tertunda dengan Mu Lin sebab menurut laporan dari kepala pelayan, kamar Mu Huan sudah selesai dirapikan dan gadis kecil itu sangat suka dengan kamar barunya. Cui Xiaosheng berpikir malam ini Mu Lin tidak akan memiliki alasan untuk menolaknya lagi.
Ketika Cui Xiaosheng masuk ia dihadapkan pada pemandangan dimana Mu Lin sedang bercanda dengan Cui Shilin di atas ranjang. Keduanya sama-sama memakai lapisan terakhir pakaiannya dan begitu akrab.
"Ayah." Cui Shilin menyadari kehadiran Cui Xiaosheng.
"Xiao Lin? Mengapa kau ada disini? Ini sudah malam, tidurlah. Ayah akan memanggil pelayan untuk mengantarmu kembali."
Mendengar kata-kata ini Cui Shilin menjadi ketakutan, ia segera menggeser tubuh agar lebih dekat dengan Mu Lin karena ia sejujurnya tidak berani mendebat Ayahnya sendiri.
"Mengapa memarahinya? Xiao Lin baru bermimpi buruk, biarkan dia tidur disini." Mu Lin segera membela Cui Shilin membuat anak ini senang. Mu Lin memang ingin 'menggunakan' Cui Shilin agar terhindar dari serangan mahluk mesum bernama Cui Xiaosheng namun disisi lain ia juga merasa kasihan kepada Cui Shilin yang terlihat ketakutan dan menangis seperti itu.
Cui Xiaosheng menaikkan salah satu alisnya, ia tentu mengerti bahwa Mu Lin menggunakan kesempatan ini untuk menolaknya lagi.
Ada kekecewaan yang menguasai diri Cui Xiaosheng, ia merasa bahwa Mu Lin benar-benar berniat untuk mengabaikannya meskipun mereka sudah menikah. Cui Xiaosheng berpikir apakah keterampilannya tidak cukup baik hingga Mu Lin menolaknya?
Mu Lin walau kadang sangat kesal pada Cui Xiaosheng, tetapi melihat Saudara Cui tampak murung seperti anak anjing yang diabaikan pemiliknya menjadi merasa hati nuraninya bersalah.
Cui Xiaosheng tidak mengatakan apa-apa lagi, ia berjalan menuju meja kecil yang terletak di sudut ruangan dan terhalang dengan pembatas. Cui Xiaosheng membaca buku.
Cui Shilin tidak menyadari suasana di sekitarnya yang berat, ia menguap dan mengusap matanya.
"Ayo tidur." Mu Lin berbaring bersama Cui Shilin di atas ranjang. Ia mengusap rambut Cui Shilin agar anak ini segera terlelap, Cui Shilin kelelahan menangis sejak tadi jadi dirinya dengan cepat tertidur dan Mu Lin masih terjaga.
Kamar ini benar-benar hening, Mu Lin gelisah dalam hatinya. Diam-diam merasa mengasihani Cui Xiaosheng, tetapi ia juga tidak bisa sembrono karena ia benar-benar takut jika hamil lagi.
Mu Lin terjaga hingga tengah malam, ia mendengar bahwa buku ditutup dan tampaknya Cui Xiaosheng sudah selesai membaca.
"Mu Lin." Cui Xiaosheng memanggil.
Jika Mu Lin menjawab maka ia akan membangunkan Cui Shilin, jadilah Mu Lin bangkit perlahan-lahan dan berjalan menuju tempat Cui Xiaosheng. Ia berpikir Cui Xiaosheng akan menyuruhnya membantu menggiling tinta, namun ketika sampai Cui Xiaosheng justru memeluknya erat dimana ini membuat Mu Lin terkejut.
"Saudara Cui, ada Xiao Lin-"
"Aku tidak akan melakukan apa-apa. Aku hanya ingin memelukmu. Itu saja."
Mu Lin perlahan menjadi rileks dan membiarkan Cui Xiaosheng memeluknya, karena Mu Lin lebih pendek maka posisi Cui Xiaosheng agak membungkuk.
"Mu Lin, jangan tinggalkan aku lagi, hm?" Mu Lin yang meninggalkannya tiba-tiba semacam memberi trauma mendalam di benak Cui Xiaosheng, walau mereka sudah menikah terkadang Cui Xiaosheng tetap merasa takut bahwa Mu Lin akan meninggalkannya lagi.
Mu Lin merasa seperti menghadapi Mu Huan yang sedang rewel dan sedih untuk suatu hal. Tetapi tentu saja ini adalah Cui Xiaosheng, bukan putrinya.
"Aku tidak bisa menjamin apapun." Hanya itu yang dapat Mu Lin katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa Lagi
Ficción históricaMu Lin berpikir bahwa hubungannya dengan Cui Xiaosheng tidak akan berhasil, ia kemudian memilih pergi berkelana dan berusaha melupakan cinta dalam hatinya itu. Akan tetapi dalam perjalanannya Mu Lin merasa ada yang aneh dengan dirinya ; mengapa peru...