Perayaan ulang tahun Cui Shilin berjalan dengan meriah, banyak keluarga bangsawan yang muncul satu persatu untuk mengucapkan selamat. Bagaimanapun meski Cui Xiaosheng hanyalah kelahiran selir namun jabatannya tidak dapat diremehkan dan ia juga yang membantu Kaisar serta Permaisuri membangun kembali dinasti ini. Siapa yang bisa memalingkan wajah dari Cui Xiaosheng?
Semakin dewasa, aura sarjana lemah lembut Cui Xiaosheng perlahan pudar. Ia menjadi pria yang sangat serius dan bibirnya terus membentuk garis tipis, untungnya Cui Xiaosheng tampan jadi meski dengan ekspresi semacam itu banyak gadis yang tetap menyukainya.
Cui Shilin dibantu oleh Momo Chun memakai baju barunya, anak ini sangat tampan seperti sebuah batu giok yang dipahat hati-hati dan penuh cinta. Memakai pakaian baru dengan bahan yang begitu indah jelas membuat Cui Shilin semakin tampan membuat Momo Chun bahagia.
"Tuan Muda sangat tampan, ah!" Momo Chun memuju, ia membantu Cui Shilin mengikat rambutnya.
"Keponakanku selalu tampan."
Cui Shilin yang tadinya tidak bersemangat berubah menjadi gembira ketika mendengar suara itu, Cui Shilin berseru. "Bibi!"
Dengan kaki kecilnya yang pendek ia segera berlari ke arah Cui Manting yang berdiri tegap di depan pintu. Cui Shilin segera melemparkan dirinya ke pelukan Cui Manting, dengan mudah mantan istri Kaisar itu menggendong Cui Shilin.
"Oh! Xiao Lin bertambah besar!" Cui Manting sangat menyukai keponakannya ini.
Cui Shilin tersenyum. "Terima kasih, Bibi."
Hanya saja Cui Shilin sekarang tampak lebih kurus dan senyumnya tidak seceria dulu. Cui Manting sudah bisa menebak semuanya, Cui Shilin yang kesepian dan hanya diasuh oleh sekumpulan pelayan tanpa perhatian dari ayahnya yang terlalu sibuk bekerja.
"Lihat apa saja yang Bibi bawakan untukmu." Cui Manting menurunkan Cui Shilin.
"Terima kasih Bibi!" Cui Shilin segera berlari menuju kotak yang dibawa oleh Cui Manting, Momo Chun mengikuti anak asuhnya itu dengan langkah terburu-buru.
Sementara di luar sebuah kereta kuda berhenti, seorang wanita dengan hiasan rambut emas yang meriah turun dari kereta, wanita itu melangkah dengan angkuh. Sementara dibelakangnya selusin pelayan, seorang gadis berpenampilan sederhana, dan seorang pria muda mengekorinya dengan patuh.
Wanita itu adalah Nyonya Liu. Ia datang ke ulang tahun cucunya membawa Liu Huiying dan Liu Zirui.
Dikatakan bahwa Tuan Liu memiliki seorang istri sah dan dua selir. Sebelumnya Cui Xiaosheng menikah dengan anak sulung Nyonya Liu, Liu Liying. Sementara Liu Huiying adalah anak selir yang baru-baru ini diangkat menjadi anak sah karena Keluarga Liu menawarkan pernikahan dengan Cui Xiaosheng agar Cui Shilin tetap memiliki ibu tiri yang masih memiliki garis darah Liu. Liu Zirui adalah putra bungsu Nyonya Liu, usia Liu Zirui genap lima belas tahun saat ini.
Nyonya Liu membawa Liu Huiying bukannya tanpa maksud, ia dan Tuan Liu nyaris tidak bisa tidur selama beberapa waktu ini karena Cui Xiaosheng belum memberikan jawaban pasti tentang pernikahan yang diminta. Jika Cui Xiaosheng melihat Liu Huiying maka mungkin saja Perdana Menteri Cui akan berubah pikiran.
"Aku Nyonya Liu, Nenek dari Tuan Muda Cui Shilin. Bawa aku menemuinya." Nyonya Liu berkata angkuh pada kepala pelayan yang menyambutnya, hiasan rambut emasnya begitu menyilaukan mata ketika terkena cahaya matahari dan bedak tebalnya tidak bisa menutupi betapa kering kulitnya sehingga dibanding tampak mewah Nyonya Liu justru terlihat seperti hantu kekeringan yang bangkit dari kubur.
Kepala pelayan tersenyum sederhana, ia kemudian memimpin jalan dan membawa keluarga Liu menemui Cui Shilin.
Namun dalam perjalanan mereka berpapasan dengan Cui Xiaosheng yang terlihat mengatakan beberapa patah kata pada pelayan.
Nyonya Liu berpikir bahwa ini adalah kesempatan bagus, ia memutar langkah kakinya dengan tajam sehingga berjalan menemui menantunya itu.
"Perdana Menteri Cui." Nyonya Liu menyapa, ia memberi salam yang diikuti oleh pelayan dan dua anaknya.
"Ah, Nyonya Liu." Cui Xiaosheng bersikap sopan. Ia tersenyum dangkal pada mantan ibu mertuanya ini.
"Sekarang Keluarga Liu sudah berpindah ke ibukota dan Tuan Liu mendapatkan promosi, ini merupakan berkah dari langit." Nyonya Liu tertawa dengan suara kecil.
Cui Xiaosheng menjawab dengan bijak. "Jalan kehidupan tidak bisa ditebak, Kaisar menghargai pejabat yang berprestasi dan berperilaku jujur."
"Itu benar, itu benar." Nyonya Liu melirik Liu Huiying. "Perdana Menteri, perkenalkan ini adalah adik dari Li-er. Liu Huiying dan Liu Zirui."
"Salam, Perdana Menteri." Liu Huiying sedikit membungkukkan badannya, ia tidak berani menatap Cui Xiaosheng karena menurut etika itulah yang harus ia lakukan.
Disisi lain Liu Zirui menatap Cui Xiaosheng terus menerus, pria muda tertegun dan jantungnya berdegup kencang. Saat kakaknya menikah dulu, ia masih terlalu kecil dan tidak memahami apa-apa. Tetapi ketika melihat Perdana Menteri Cui dengan lebih jelas, ia merasa pria ini benar-benar tampan dan memiliki kekuatan yang tidak terbayangkan di tangannya. Liu Zirui tidak pernah tertarik pada apapun ataupun siapapun didunia ini, namun kali ini ia merasa memiliki perasaan berbeda terhadap suami mendiang kakaknya.
"Aku memiliki tamu yang harus ditemui, silahkan menemui Xiao Lin." Cui Xiaosheng tersenyum kecil, ia kemudian berjalan dengan langkah lebar menuju aula utama.
Mata Liu Zirui terus tertuju pada punggung tehap Cui Xiaosheng, tidak bisa melepaskannya sama sekali.
Perayaan ulang tahun berjalan dengan lancar, Cui Shilin terlihat bahagia karena dikelilingi oleh keluarganya. Meskipun hatinya masih agak sedih karena tidak ada 'Niang'.
Saat ini Cui Manting dan Cui Xiaosheng duduk bersama di gazebo yang ada di tengah danau buatan dengan bunga teratai yang bermekaran.
"Apakah kau tidak ingin mempertimbangkan pernikahan dengan Liu Huiying?" Tanya Cui Manting sambil mengupas biji teratainya.
"Aku hanya akan menikah dengan Mu Lin."
Melihat Cui Xiaosheng, ia seperti melihat dirinya saat muda dulu. Ketika ia bersikukuh menikah dengan Putri Siyu. Betapa naif dan polos, penuh dengan harapan-harapan kosong di ujung jemari.
"Jika dia pergi darimu, tidak ingin ditemukan, bersembunyi seperti ini tidakkah kau memahami maksudnya? Dia tidak ingin bersamamu, sadarlah Xiaosheng. Bagun dari mimpimu. Dia melanjutkan hidupnya di suatu tempat, kau juga harus melakukannya. Jangan hanya memikirkan dirimu sendiri, pikirkan juga Xiao Lin."
Cui Xiaosheng menolak berhenti mencari Mu Lin karena ia terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa Mu Lin juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun ketika hingga detik ini Mu Lin belum juga ditemukan dan tidak meninggalkan jejak apapun perasaan Cui Xiaosheng menjadi rumit, ia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri benarkah Mu Lin juga menyukainya? Benarkah bagi Mu Lin ketika mereka terjerat di ranjang bersama selama ini hanya seperti Mu Lin tidur dengan pelacur? Benarkah Mu Lin tidak ingin bersamanya?
Cui Xiaosheng selalu bersikap realistis sepanjang waktu, tetapi jika itu sudah menyangkut Mu Lin maka semua pikiran realistis yang ada di kepalanya menghilang bagaikan debu yang terbawa oleh angin.
"Xiao Lin tidak hanya bisa dibesarkan oleh pelayan, ia membutuhkan peran orangtua untuk perkembangannya di masa depan. Kau terlalu sibuk bekerja hingga Xiao Lin tidak terlalu diperhatikan, apa yang Xiao Lin butuhkan adalah kasih sayang orangtua." Sampai disini Cui Manting tidak akan memaksa Cui Xiaosheng, ia membiarkan adiknya mempertimbangkan segalanya dengan cermat.
Cui Xiaosheng tenggelam dalam pikirannya sendiri.
TBC
Kalo kalian jengkel sama Yang Caihong, di novel ini nanti bakal ada yang lebih uler dari Yang Caihong wakakaka
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa Lagi
Fiksi SejarahMu Lin berpikir bahwa hubungannya dengan Cui Xiaosheng tidak akan berhasil, ia kemudian memilih pergi berkelana dan berusaha melupakan cinta dalam hatinya itu. Akan tetapi dalam perjalanannya Mu Lin merasa ada yang aneh dengan dirinya ; mengapa peru...