Satu bulan tidak melihat Mu Lin adalah hal paling menyiksa bagi Cui Xiaosheng, sekarang Mu Lin sudah resmi menjadi pasangannya dan apapun yang terjadi mereka tidak akan bisa berpisah lagi seperti dulu.
Mu Lin terlihat indah dengan jubah merahnya, aura sarjana yang lembut dan berbudi luhur begitu memancar membuat Cui Xiaosheng merasa benar-benar mabuk.
Ia mendekat, hendak merengkuh Mu Lin dan memulai malam pertama mereka yang tentu tidak bisa disebut 'pertama'. Namun Mu Lin segera menahannya.
"Ada A-Huan."
"Minta pelayan untuk membawanya kembali ke kamarnya."
"A-Huan jika sudah tidur harus benar-benar terlelap, jika dia terbangun tiba-tiba A-Huan akan sakit." Sebenarnya apa yang Mu Lin katakan tidak sepenuhnya berbohong, hanya saja dirinya tidak siap berhubungan lagi dengan Cui Xiaosheng. Ia meminta maaf setulus hati pada Mu Huan karena diseret dalam rencananya ini.
Cui Xiaosheng merasa tidak puas dalam hatinya, tetapi ia juga tidak begitu kejam dengan menyingkirkan seorang anak hanya karena nafsunya sendiri. Anak Mu Lin akan menjadi anaknya juga, dalam hati Cui Xiaosheng tidak membedakan Mu Huan dan Cui Shilin ia menyayangi keduanya dengan setara.
"Baiklah." Cui Xiaosheng tidak memaksa. Mu Lin meraba sejenak ekspresi Cui Xiaosheng, sekarang ia sudah paham bahwa Saudara Cui ini akan mundur dalam dua hal ; Cui Xiaosheng akan berpura-pura mundur kemudian menyerang di detik terakhir dan Cui Xiaosheng benar-benar mundur di belakang garis.
Cui Xiaosheng kini berada di pilihan yang kedua. Tampaknya menjadikan Mu Huan tameng cukup bekerja.
"Aku akan mandi."
Cui Xiaosheng merentangkan tangannya, Mu Lin merasa giginya sakit karena seharusnya sebagai pria ia yang dilayani seperti ini bukannya dia yang melayani!
Walau menggerutu, Mu Lin tetap maju membantu melepas jubah merah Cui Xiaosheng. Ia baru menyadari bahwa Cui Xiaosheng memiliki suhu tubuh yang cukup tinggi secara alami sehingga dalam jarak sedekat ini Mu Lin merasa hangat dan nyaman, sementara bagi Cui Xiaosheng tubuh Mu Lin begitu dingin tetapi bukan seperti mayat hanya saja jenis dingin yang membuatnya merasa di tengah pergantian musim gugur ke musim dingin.
Cui Xiaosheng menatap lekat wajah Mu Lin dari jarak dekat, sebelum Mu Lin memiliki A-Haun dan setelah memiliki A-Huan segalanya tampak berbeda. Mu Lin kini lebih terlihat penuh belas kasih seperti peri di hutan yang dalam serta misterius.
"Kau sangat cantik." Puji Cui Xiaosheng, tidak tahan untuk mencium sudut bibir Mu Lin.
Cahaya lentera berhasil menyamarkan wajah Mu Lin yang berubah menjadi merah dan Mu Lin merasa jantungnya hendak melompat keluar dari rongganya.
"Aku tampan! Aku pria!" Mu Lin berujar marah, ia dengan sedikit kasar melepas lapisan terakhir pakaian Cui Xiaosheng.
Mu Lin kemudian berbalik untuk meletakkan lapisan-lapisan pakaian Cui Xiaosheng pada keranjang anyaman agar besok dibawa oleh pelayan untuk dicuci.
Cui Xiaosheng menatap tengkuk Mu Lin yang begitu mulus, warnanya seputih salju dan tampak lembut.
Tanpa pikir panjang Cui Xiaosheng mengecup tengkuk Mu Lin dan membuat Mu Lin tersentak kaget.
"Saudara Cui!" Mu Lin menegur. Dia segera berbalik dan mundur, menutupi tengkuknya dan wajahnya yang sudah semerah tetesan darah.
Cui Xiaosheng tidak menggertak suami kecilnya lagi, jika tidak dirinya benar-benar akan ditendang keluar. Pada akhirnya Cui Xiaosheng mandi.
Mu Lin menghapus riasan, melepas jepitan-jepitan rambut dan membiarkan rambutnya tergerai. Ia mengenakan lapisan terakhir pakaiannya yang berwarna putih bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa Lagi
Fiksi SejarahMu Lin berpikir bahwa hubungannya dengan Cui Xiaosheng tidak akan berhasil, ia kemudian memilih pergi berkelana dan berusaha melupakan cinta dalam hatinya itu. Akan tetapi dalam perjalanannya Mu Lin merasa ada yang aneh dengan dirinya ; mengapa peru...