Sudah satu minggu lebih Cui Xiaosheng ada di Kota Qiang, selama waktu itupula ia berusaha keras untuk mendekati Mu Lin kembali dan terus mendapatkan penolakan demi penolakan. Walaupun Mu Lin menolaknya, itu berbeda dengan A-Huan gadis kecil ini sangat tertarik dengan kehidupan ibukota. Cui Xiaosheng akan menjawab setiap pertanyaan yang A-Huan ajukan, ia suka dengan betapa penasarannya gadis kecil ini akan segala sesuatu. A-Huan suka bicara, sedikit nakal, suka makanan manis. Hal ini menyebabkan Cui Xiaosheng merindukan Cui Shilin. Ia berpikir harus segera menyelesaikan pekerjaannya agar tidak terlalu lama meninggalkan Cui Shilin, dan membawa Mu Lin kembali bersamanya. Cui Xiaosheng sama sekali tidak mempermasalahkan kehadiran A-Huan, entah mengapa ia merasa sangat akrab dengan gadis kecil ini apakah mungkin karena A-Huan memiliki mata yang mirip dengan Mu Lin dirinya merasa melihat Mu Lin saat kecil dulu?
Hari ini pekerjaan Cui Xiaosheng selesai sepenuhnya, ia kembali menemui Mu Lin di Rumah Bordil Kasih Sayang dan disambut ceria oleh A-Huan. Anak itu begitu akrab dengannya, ketika melihatnya muncul A-Huan segera melompat ke gendongan Cui Xiaosheng.
"Paman Cui, ceritakan lebih banyak soal ibukota!"
"Nanti. A-Huan akan melihatnya sendiri." Cui Xiaosheng tersenyum. "Dimana Baba-mu?"
"Ah, Baba berada di kamar dia agak tidak enak badan!"
Cui Xiaosheng menjadi cemas. "Dia sakit?"
"Seperti itulah, ayo jenguk Baba!"
Cui Xiaosheng mengikuti A-Huan yang mengarahkannya menuju kamar. Ketika membuka pintu, Cui Xiaosheng mengerutkan dahinya melihat betapa sempit dan sederhananya kamar Mu Lin. Apakah Mu Lin tinggal di tempat semacam ini? Apakah Mu Lin nyaman tinggal didalamnya?
"Baba!" A-Huan berteriak, ia menarik tangan Cui Xiaosheng untuk menemui Babanya. Di atas ranjang Mu Lin setengah berbaring, dia hanya memakai lapisan pakaian dalamnya dan rambutnya dibiarkan tergerai.
"A-Huan mengapa berteriak-" Mu Lin menatap Cui Xiaosheng yang datang bersama A-Huan dengan tidak senang. "Mengapa kau ada disini?"
Cui Xiaosheng menarik kursi dan duduk di pinggir ranjang, A-Huan naik ke ranjang dan memainkan rambut hitam halus milik Babanya.
"Mu Lin, hari ini aku akan pulang ke Ibukota. Apakah kau tidak ingin ikut bersamaku?"
"Baguslah. Cepatlah pergi. Aku akan tetap tinggal di Kota Qiang."
"Permaisuri Niao selalu mencemaskan dan merindukanmu, tidakkah kau juga ingin bertemu dengannya?" Dengan gaya bicara Cui Xiaosheng yang seperti ini Mu Lin merasa ia kembali berbicara dengan Saudara Cui yang ada dalam ingatannya. Perlahan ia merasa tenang dan mengendurkan kewaspadaannya.
"Jangan membawa-bawa Permaisuri. Dia baik-baik saja tanpaku." Mu Lin menjawab tak acuh, tetapi sebenarnya ia juga sangat merindukan Mu Jiang.
"A-Huan sangat suka bersekolah dan belajar, akses pendidikan di ibukota lebih mudah. Apa kau tahu pengawal pribadi Kaisar? Dia memiliki seorang putri dan bisa bersekolah. Jika kau mau kembali ke ibukota bersamaku, aku akan membantu A-Huan pergi bersekolah bersama Cui Shilin."
Mendengar kata 'sekolah' A-Huan menjadi bersemangat, tetapi ia tidak berani bersuara karena suasananya entah mengapa sangat serius.
Mu Lin merasa sedikit goyah, sejak menjadi ayah ia tidak memikirkan dirinya sendiri lagi. Prioritas utamanya adalah A-Huan dan ia tahu betul A-Huan sangat suka belajar. Tetapi banyak hal pula yang membuat Mu Lin merasa ragu, jika ia pergi ke ibukota dimana ia bisa bekerja dan tinggal? Rumahnya sudah hancur menjadi debu, ia tidak ingin menyalahgunakan kebaikan Mu Jiang, dan opsi yang dimiliki hanyalah tinggal bersama Cui Xiaosheng tetapi dirinya sangat tidak ingin dekat dengan Cui Xiaosheng. Semakin mereka dekat, semakin mudah pula rahasianya akan terbongkar. Rahasia bahwa di tubuhnya ada sebuah rahim dan ia bisa melahirkan seperti wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa Lagi
Ficción históricaMu Lin berpikir bahwa hubungannya dengan Cui Xiaosheng tidak akan berhasil, ia kemudian memilih pergi berkelana dan berusaha melupakan cinta dalam hatinya itu. Akan tetapi dalam perjalanannya Mu Lin merasa ada yang aneh dengan dirinya ; mengapa peru...