Bab 10 : A-Huan Berusia Lima Tahun

4.6K 672 36
                                    

Membesarkan seorang anak sendirian bukanlah hal yang mudah, walaupun Wen Anhe menepati kata-katanya dengan membantu setengah biaya A-Huan tetapi ada pengeluaran lain yang kadang membuat Mu Lin kehabisan uangnya. Walau begitu Mu Lin tidak mengeluh, ia sudah terbiasa dengan kehidupan sulit semacam ini dan baginya membesarkan A-Huan juga hal yang menyenangkan.

Ia dibantu oleh pelacur, Bibi Kang, dan Xiao Huang membesarkan A-Huan. Dirinya yang tidak memiliki banyak pengalaman belajar sedikit demi sedikit untuk menjadi orangtua yang baik.

A-Huan tumbuh menjadi anak yang pintar dan sangat aktif, ia menumbuhkan minat belajar yang sangat tinggi dimana ini membuat Mu Lin bahagia. Hanya saja harga kertas dan tinta benar-benar mahal, Mu Lin hanya bisa mengajari A-Huan menulis di atas tanah, jika uangnya lebih banyak sedikit baru dirinya akan membelikan kertas dan tinta murahan. A-Huan sama sekali tidak protes, apapun yang Babanya berikan ia selalu menerimanya dengan senang hati.

A-Huan benar-benar lengket pada Babanya, walaupun Babanya galak tetapi ia tahu bahwa Babanya sangat menyayanginya. Setiap kali bibi pelacur menggoda bahwa ia akan memiliki ibu baru, A-Huan akan marah. Bagaimanapun baginya tidak ada seorangpun yang pantas bersanding dengan Babanya yang luar biasa.

Mu Lin selalu menutup rapat kenyataan bahwa ialah yang melahirkan A-Huan, dirinya tidak ingin A-Huan merasa tidak nyaman dengan identitasnya sebagai anak yang dilahirkan seorang pria. Jika A-Huan bertanya dimana ibunya, Mu Lin hanya akan menjawab bahwa ibu A-Huan meninggal tidak lama setelah A-Huan lahir. Anak yang pintar memahami dengan baik, ia tidak pernah mengungkit hal ini lagi.

Setelah makan, A-Huan mandi. Ia sudah bisa mandi sendiri dan mempersiapkan pakaiannya sendiri, A-Huan sama sekali tidak manja mungkin ia hanya sedikit nakal dan suka pamer seperti seekor merak kecil.

"Lalu, Dahu membandingkanku dengan Nona Muda Ling yang memiliki baju bagus. Aku hanya menjawab saja Nona Muda Ling kan kaya memiliki banyak uang, sementara A-Huan tidak punya uang!" A-Huan bercerita, ia menopang dagu dengan tangan dan membiarkan Babanya mengikat rambut hitamnya.

"Mengapa kau tidak punya uang?"

"Hm, karena A-Huan banyak makan! Uang Baba habis untuk membeli makan!" A-Huan terkekeh menampilkan gigi susunya yang sangat rapi dan berwarna putih bersih, Mu Lin selalu memastikan A-Huan menjaga kebersihan dirinya.

"Mmm, jika kau makan lebih banyak lagi kau akan seperti Bibi Kang."

"Itu bagus, A-Huan akan menangkap babi dengan tangan kosong seperti Nenek Kang!"

Mu Lin selesai mengikat rambut A-Huan dan agak meringis melihat bentuknya yang berantakan.

"Ini berantakan, minta Huang-Jie merapikannya."

A-Huan menyentuh rambutnya dan menggeleng. "Ini bagus! Ini bagus!"

"Kau akan ditertawakan teman-temanmu."

"Jika mereka menertawakanku, aku akan membantingnya!" A-Huan berkata dengan berani seperti ia adalah seorang prajurit hebat di medan perang.

Mu Lin terkadang merasa anaknya ini sangat pintar terkadang juga menyadari bahwa A-Huan hanya anak berusia lima tahun yang belum dewasa dan terkadang bersikap polos.

"Setelah ini kau ingin bermain atau apa?" Tanya Mu Lin, hari sudah sore dan beberapa pelacur sudah bersiap untuk keluar menjajakan dirinya.

"Huang-jie berjanji akan membelikan A-Huan makanan enak, aku akan menagihnya!" A-Huan memeluk leher jenjang Babanya dan mendaratkan ciuman basah disana. "A-Huan pergi dulu!"

"Mm, hati-hati." Mu Lin melihat anaknya memakai sepatu dengan gesit. "Jangan merepotkan Huang-jie!"

"Iya, Baba!"

A-Huan berlari keluar, sesekali menyapa bibi yang ditemui olehnya. 

Mu Lin memandangi A-Huan yang pergi bersama Xiao Huang menembus keramaian.

.

.

"Ayah dengar, kau tidak bisa menjawab pertanyaan dari Guru Li? Bukankah kau sudah mempelajari hal itu sejak beberapa waktu yang lalu?"

Cui Shilin menunduk dalam, cahaya lentera berkedip redup di dalam ruangan belajar dengan aroma dupa itu. Seorang pria terlihat serius membaca gulungan di tangannya, sementara mulutnya mengucapkan pertanyaan yang membuat Cui Shilin merasa kesulitan menjawabnya.

"Bukan hanya itu, menurut Guru Li kau tidak fokus pada pelajaranmu dan lebih banyak tertidur. Tugas-tugasmu banyak yang tidak selesai. Apa kau sudah tidak ingin sekolah lagi, hm?" Cui Xiaosheng menutup gulungan kertasnya, ia menatap tajam putranya yang kini menutup mulutnya rapat-rapat. Alis Cui Xiaosheng sedikit berkerut. "Kau tidak ingin menjawab?"

Walaupun Ayahnya tidak membentaknya, Cui Shilin selalu takut dengan aura mengintimidasi dari Ayahnya itu. 

"Cui Shilin!"

"A-aku… aku tidak bisa memahami apa-apa."

"Bukankah itu gunanya kau bersekolah?! Kau hanya tahu bermain sepanjang hari tidak memperhatikan pendidikanmu! Apa kau ingin sampai tua tidak lulus ujian?! Anak-anak lain tahu artinya belajar dan sangat bersemangat jika pergi ke sekolah karena mereka tahu kesempatan untuk diajar oleh Guru Li sangatlah sulit! Tetapi kau justru menyia-nyiakannya begitu saja!" Kata-kata Cui Xiaosheng begitu tajam, Cui Shilin menahan air matanya sekuat tenaga. Momo Chun yang melihat itu juga tidak tega dan berniat membantu Cui Shilin keluar dari situasi ini.

"Jangan membelanya Momo Chun! Anak ini harus diberikan pelajaran!" Cui Xiaosheng dengan keras memperingatkan Momo Chun. "Salin refleksi diri sebanyak seratus kali, besok berikan itu pada Guru Li dan mulai bersungguh-sungguh pada pendidikanmu! Jika kau mengulangi kesalahan ini lagi, Ayah akan menunjukkan padamu bagaimana caraku mendisiplinkanmu. Mengerti?!"

Cui Shilin mengangguk dengan perasaan sedih, menulis seratus kali refleksi diri itu sangat melelahkan dan Cui Shilin tidak yakin dapat selesai dengan cepat. Namun didunia ini yang paling Cui Shilin takuti adalah Ayahnya, jika ia menolak mengerjakan refleksi diri Cui Shilin sudah tahu hukuman apa yang akan Ayahnya berikan.

Momo Chun membawa Cui Shilin keluar dan menghiburnya dengan beberapa patah kata.

Cui Xiaosheng menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, ia memijat pelipisnya pelan.

Lima tahun yang lalu ia menikahi adik mendiang istrinya, Liu Huiying setelah memikirkan segalanya dengan matang dan melepaskan keinginannya untuk terus mengejar Mu Lin. Akan tetapi walau sudah menikah, Cui Xiaosheng tidak pernah berhenti memikirkan Mu Lin, pada tahun kedua pernikahannya Cui Xiaosheng tidak mampu menahan diri lagi dan kembali mengirim informan untuk menggali informasi.

Kehidupan pernikahannya dengan Liu Huiying sangat dingin, ia tahu bahwa Nyonya Liu menginginkan Liu Huiying yang bukan anak kandungnya untuk menikah dengannya semata-mata demi Cui Shilin agar tidak memiliki ibu tiri asing. Jadi selama menikah, mereka tidak pernah berhubungan intim dan tidur terpisah. Liu Huiying juga gadis yang tenang, tidak suka membuat masalah, ataupun protes. Wanita itu hanya menjalankan tugasnya untuk menjadi ibu pengganti bagi Cui Shilin.

Sayangnya, segalanya berubah ketika Liu Huiying yang baru kembali dari perjalanan ke kuil dihadang sekumpulan perampok dan dilecehkan. Hal ini dengan cepat menyebar di ibukota, orang-orang mempermalukan Liu Huiying yang menjadi korban dengan berbagai cara. Keluarga Liu yang malu segera meminta Cui Xiaosheng menceraikan Liu Huiying, sejujurnya Cui Xiaosheng sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk menceraikan Liu Huiying karena insiden itu sebab baginya Liu Huiying hanyalah korban. Namun Keluarga Liu memaksa dan Liu Huiying juga meminta perceraian.

Perceraian akhirnya terjadi.

Sekarang rumah sebesar ini tidak memiliki Nyonya dan Cui Xiaosheng menolak menikah lagi. Setiap ada lamaran yang datang, Cui Xiaosheng akan menolaknya dengan tegas.

Kepala pelayan muncul. "Perdana Menteri, semua barang-barang yang anda butuhkan sudah disiapkan. Lusa, anda bisa berangkat ke Kota Qiang."

TBC

Hayolo Mu Lin....

[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang