Salju mulai turun, langit berwarna kelabu, dan udara menjadi sangat dingin. Orang-orang kaya keluar mengenakan jubah tebal, sementara orang miskin harus menderita kedinginan dan berharap bahwa musim dingin segera berlalu.
Mu Lin dulu hidup nyaman, jika musim dingin tiba ibunya akan membelikan jubah-jubah hangat berkualitas baik, dan kamarnya selalu dihangatkan. Tetapi sekarang Mu Lin hanya memiliki satu lembar jubah usang serta kamar sempit yang tidak cukup untuk menghalau hawa dingin.
Mu Lin tertidur di kasur tipisnya, memakai beberapa lapis selimut agar dirinya hangat. Tiba-tiba tumpukan selimut bergerak, Mu Lin membuka mata dan merasakan rasa sakit yang berpusat di perut buncitnya itu. Mu Lin mengerang, ia bertanya-tanya apa yang salah dengannya?
Mu Lin berusaha untuk bangkit, barangkali ia terlalu lama tidur hingga perutnya seperti ini. Akan tetapi rasa sakitnya semakin menjadi-jadi, keringat dingin membasahi tubuhnya. Saat ia baru berjalan satu langkah, kakinya terasa lemas hingga Mu Lin jatuh ke atas lantai.
"Xiao Huang! Xiao Huang!" Mu Lin berteriak memanggil Xiao Huang, suaranya cukup keras hingga terdengar oleh gadis muda itu. Xiao Huang terkejut melihat Mu Lin diatas lantai dan tampak tidak berdaya.
"Tuan Baik! Apa yang terjadi?!" Xiao Huang menjatuhkan pakaian-pakaian yang hendak dicuci olehnya.
"Pergi! Panggil Tabib Qi! Sekarang!"
Xiao Huang mengerti, ia langsung berlari menuju penginapan Qi Wei. Salju tebal menutupi jalanan, Xiao Huang terjatuh beberapa kali dan pipinya memerah karena kedinginan. Kendati merasa bahwa tubuhnya membeku, Xiao Huang tidak peduli. Yang dipikirkan olehnya hanyalah mencari Tabib Qi untuk menyelamatkan Tuan Baik itu.
Setelah sampai di penginapan, Xiao Huang segera menjelaskan situasinya.
"Bayi itu keluar terlalu cepat, ah!" Qi Wei panik, ia segera mengambil tas tabibnya dan berlari bersama Xiao Huang menembus salju yang mulai turun lebat.
Ketika sampai di Rumah Bordil Kasih Sayang, para pelacur yang seharusnya terlelap entah mengapa berbondong-bondong ke lantai dua. Bahkan Bibi Kang sebagai musuh abadi Mu Lin juga muncul.
"Siapapun yang membocorkan apa yang terjadi saat ini, aku akan membunuhnya!" Terdengar Wen Anhe memberi peringatan keras.
"Tabib disini! Tabib disini!" Qi Wei membelah kerumunan, ia melihat Mu Lin sudah sangat tidak berdaya di tempat tidur.
"Siapkan sebaskom air hangat, kain bersih, kain hangat!" Qi Wei melanjutkan. "Dia akan melahirkan!"
Semua orang yang ada disana terkejut mendengarnya.
"Kalian dengar itu?! Yinuo akan melahirkan!" Wen Anhe berteriak lantang, sekumpulan pelacur langsung berlarian dengan panik mencari barang-barang yang disebutkan oleh tabib wanita ini. Mereka bergerak cepat walaupun di dalam kepala dipenuhi oleh berbagai pertanyaan.
Bukankah Zhang Yinuo laki-laki? Bagaimana bisa dia melahirkan?!
.
.
Pelacur di rumah bordil tidak ada yang tidur sama sekali, mereka duduk berjejer-jejer di tangga menunggu kabar terbaru tentang Zhang Yinuo. Wen Anhe berjalan mondar mandir dengan raut wajah cemas, ini sudah beberapa jam namun tidak ada tanda-tanda bahwa persalinan selesai. Bibi Kang sibuk keluar masuk membawa baskom air hangat, dapur juga sibuk memasak air."Nyonya Wen, apa benar Yinuo melahirkan? Bukankah dia pria?" Salah satu pelacur bertanya dengan penasaran.
"Dewa sudah mengaturnya."
Pelacur lain terkekeh mendengar ini. "Nyonya Wen biasanya tidak percaya Dewa! Jika Dewa baik hati aku juga ingin berubah menjadi laki-laki dan memiliki banyak uang. Memiliki setidaknya dua sampai tiga selir! Ah, pasti hidupku bahagia!"
"Berbicara omong kosong!" Wen Anhe memarahi.
"Jika bayi itu lahir, dia satu-satunya bayi yang selamat di rumah bordil ini. Dia benar-benar beruntung."
Selesai mengatakan itu, suara bayi yang melengking terdengar. Cahaya matahari menyinari bumi yang membeku ini. Para pelacur bangkit dan saling menatap.
Suara tangisan yang panjang seolah anak ini berusaha menunjukkan dirinya hingga seluruh perhatian tertuju padanya.
"Dia lahir!"
"Itu benar-benar suara bayi?! Suaranya seperti lonceng yang menenangkan!"
Bahkan beberapa pelacur menangis haru karenanya.
Tidak beberapa lama, Bibi Kang muncul dengan bayi montok berbalut selimut hangat di lengan kuatnya. Bibi Kang yang selalu marah kini menampilkan senyum sumringah, seperti seorang nenek yang melihat cucu pertamanya.
"Ini perempuan! Bayi perempuan!"
Pelacur segera berbondong-bondong mendekat, mereka memandangi bayi mungil dengan kulit kemerahan dan mata yang terpejam erat. Bayi itu memiliki bibir kecil yang tipis, hidung mungil, dan bulu mata yang lentik. Dia benar-benar seperti sebungkus kue mantou yang hangat dan menyenangkan hati.
Lelah menangis, si bayi tertidur nyaman dalam balutan selimut hangat yang membungkusnya.
Pelacur disana merasa sudah sangat lama tidak melihat bayi, anak ini sangat cantik dan begitu mudah untuk disukai.
Qi Wei keluar dari kamar Mu Lin, ia menatap bayi itu dengan senyum yang merekah.
"Bagaimana kabar Yinuo?" Tanya Wen Anhe.
"Dia baik-baik saja. Karena ini bukan persalinan normal maka penyembuhannya akan cukup lama, lalu karena dia adalah laki-laki maka dia tidak bisa menyusui. Lebih baik segera mencari ibu susuan untuk bayinya."
Wen Anhe mengangguk mengerti, ia menyuruh salah satu pelayannya untuk mencari ibu susuan sesegera mungkin.
Setelah memamerkan bayi kecil ke para pelacur, Bibi Kang membawa masuk lagi bayi itu.
Mu Lin berbaring di ranjang dengan tubuh lelah dan kesakitan, Xiao Huang membantu membereskan beberapa kain yang bernoda darah. Gadis itu sesekali mengintip pada bayi mungil di gendongan Bibi Kang.
"Bayimu sangat cantik, lihatlah ini." Bibi Kang yang biasanya selalu siap mencakar wajah Mu Lin kini bersikap lunak, wanita itu tersenyum sumringah sepanjang waktu dan kini meletakkan si bayi ke ranjang berdampingan dengan Mu Lin.
Bayi itu menggeliat dalam tidurnya, ia bergumam kecil dan matanya perlahan terbuka. Iris hitam dengan sedikit abu-abu bagaikan boneka lucu.
"Ai! Betapa cantiknya!" Bibi Kang tidak tahan memuji.
Namun Mu Lin tidak menoleh sedikitpun, ia menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan rumit.
Bibi Kang ingin mengatakan sesuatu namun Wen Anhe memanggilnya, jadilah Bibi Kang pergi dengan berat hati.
Ibu susuan muncul tidak lama kemudian, Xiao Huang menggendong si kecil agar bisa menyusu.
Wen Anhe memasuki kamar. "Yinuo."
"Nyonya Wen." Mu Lin tersenyum dengan bibir pucatnya. "Apakah kau sudah menghubungi Tuan dan Nyonya Song?"
"Apa kau yakin benar-benar akan menyerahkan anak itu?"
Mu Lin tertawa kecil. "Mau bagaimana lagi, apakah aku memiliki kekuatan dan uang untuk membesarkannya? Semakin cepat dia pergi itu semakin baik, aku tidak akan terikat apapun padanya."
Wen Anhe menghela nafas kecil. "Aku akan membiarkanmu memikirkan hal ini dulu, Yinuo jangan sampai ada penyesalan di kemudian hari. Bagaimanapun anak ini dilahirkan olehmu." Ia menambahkan. "Jika kau ingin mempertahankannya, aku akan membantu setengah biaya hidupnya. Bayi itu membawa kehangatan bagi rumah bordil yang terbelakang dan dingin ini. Yinuo, pikirkan baik-baik."
TBC
Aahhh selamat datang Huanhuan 🥰🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa Lagi
Fiksi SejarahMu Lin berpikir bahwa hubungannya dengan Cui Xiaosheng tidak akan berhasil, ia kemudian memilih pergi berkelana dan berusaha melupakan cinta dalam hatinya itu. Akan tetapi dalam perjalanannya Mu Lin merasa ada yang aneh dengan dirinya ; mengapa peru...