Penampilan Cui Xiaosheng benar-benar mirip ketika mereka masih bersekolah dulu, Cui Xiaosheng selalu terlihat tegas dengan pakaian pejabatnya namun ia terlihat sangat halus dengan pakaian remaja dari keluarga terpandang.
"Untuk apa kau datang?"
"Ada hal yang tidak aku mengerti."
"Kerjakan sendiri." Ucap Mu Lin tajam tanpa ampun.
"Baba, Tuan Besar meminta tolong. Bukankah Baba yang mengatakan bahwa kita harus membantu orang yang kesulitan?" Mu Huan angkat bicara, Mu Lin mendapatkan tatapan menghakimi dari dua bocah yang belum genap berusia sepuluh tahun entah mengapa merasa malu kepada dirinya sendiri.
"Itu benar, ayah terlihat sangat bingung." Cui Shilin menambahkan.
Mu Lin terpojok, ia menatap kesal Cui Xiaosheng yang tersenyum lebar karena memiliki pendukung setia.
"Masuklah."
Mu Lin mempersilahkan ketiganya masuk, ia mengajari keduanya dengan telaten. Walaupun Mu Lin cukup lembut dalam mendidik, namun ia juga galak jika berurusan dengan pelajaran. Mu Lin memarahi anak-anaknya, namun ia juga mengarahkan mereka ke jawaban yang tepat sehingga kedua bocah ini bisa memahaminya dengan mudah.
Cui Xiaosheng menopang dagu dengan tangannya, ia terus memandangi Mu Lin yang terlihat serius. Ia suka bagaimana alis Mu Lin sedikit bergerak ketika mendengar celotehan tidak masuk akal Mu Huan, ia suka bagaimana Mu Lin mengerucutkan sedikit bibirnya ketika Cui Shilin gagal menjawab pertanyaan, ia suka bagaimana Mu Lin tersenyum kecil karena senang. Ia berpikir bagaimana seseorang bisa memiliki begitu banyak ekspresi dalam satu waktu dan anehnya ia tidak merasa terganggu dengan itu.
Ia baru ingat bahwa sejak kecil Mu Lin memang seperti ini, mulanya ia tidak suka pada Mu Lin karena terus menganggu Mu Jiang. Namun kemudian pemikirannya berubah ketika Mu Lin memarahi anak lain yang menindas Mu Jiang, dengan sombong Mu Lin kecil yang gemuk mengangkat dagunya tinggi seraya berkata "hanya aku yang boleh menindas Shiyi!".
Cui Xiaosheng berpikir bahwa Tuan Kesepuluh ini menyayangi saudaranya, hanya terlalu malu untuk mengakuinya.
Mu Lin akhirnya menyadari bahwa ada satu murid pemalas sejak tadi.
"Mengapa kau hanya diam saja?!" Mu Lin menegur Cui Xiaosheng.
"Hm? Kau cantik."
Mu Lin melotot tajam, Mu Huan dan Cui Shilin terkikik mendengarkan itu. Mu Lin berpikir Saudara Cui ini seperti pria mesum yang merayu pelacur!
"Bicara sembarangan!" Mu Lin beralih kepada Mu Huan dan Cui Shilin yang kini berusaha meredam tawanya. "Untuk apa tertawa?!"
"Hahaha! Tuan Besar seperti Paman Dong yang menggoda Bibi Tao!"
"Ayah tidak terlihat seperti ayah!"
Lalu kedua anak itu lanjut tertawa geli sampai berguling ke atas lantai.
Baik Mu Lin dan Cui Xiaosheng merasa malu karena hal ini.
"Sudah! Sudah! Ini sudah larut, cepat kembali ke kamar!" Mu Lin berkata sengit pada Cui Xiaosheng. "Dan kau juga!"
"Ah? Mengapa?!" Cui Xiaosheng merasa tidak rela.
"Aku tidak ingin melihat wajahmu! Cepat pergi!"
Pada akhirnya ketiganya diusir dengan kejam oleh Mu Lin.
"Berbicara tidak masuk akal!" Mu Lin mengomel, ia menepuk wajahnya yang terasa panas. "Benar-benar tidak masuk akal!"
.
.
Mu Lin bersikap netral dengan kehadiran Liu Zirui di rumah ini, ia tidak terlalu ingin akrab tetapi tidak pula memberi bahu dingin kepada tamunya, Cui Shilin sangat suka dengan kehadiran pamannya sementara Mu Huan bersikap tidak peduli kepada Liu Zirui.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa Lagi
Historical FictionMu Lin berpikir bahwa hubungannya dengan Cui Xiaosheng tidak akan berhasil, ia kemudian memilih pergi berkelana dan berusaha melupakan cinta dalam hatinya itu. Akan tetapi dalam perjalanannya Mu Lin merasa ada yang aneh dengan dirinya ; mengapa peru...