Mu Lin membayar Tabib itu dan segera masuk ke kamar Cui Xiaosheng dengan wajah gelap.
"Bangun! Tidak perlu bersandiwara! Aku sudah tahu bahwa kau baik-baik saja!" Mu Lin berkata dengan marah.
Cui Xiaosheng membuka matanya, ia merasakan dingin di dasar hatinya melihat tatapan tajam Mu Lin. Di dunia ini Cui Xiaosheng hanya takut kepada ayahnya dan Mu Lin saja.
"Untuk apa menipuku?! Untuk apa membuat drama semacam ini hah? Apa kau sebenarnya ingin berlatih teater?! Bersikap sembarangan, tidak bisakah sehari saja kau tidak membuatku kesal?!"
Mu Lin benar-benar merasa Saudara Cui ini diluar terlihat tegas dan berbudi luhur, tetapi ia sebenarnya adalah orang yang sangat lengket! Jauh lebih lengket dari Mu Huan ataupun Cui Shilin!
"Mu Lin, jangan marah lagi. Aku bingung bagaimana harus meminta maaf padamu, aku mengakui bahwa apa yang aku katakan sudah keterlaluan. Aku hanya tidak ingin kau tidak memperdulikanku. Jika kau marah pukul saja aku, tapi jangan mendiamkanku." Cui Xiaosheng bangkit, ia sedikit mengernyit merasakan luka di dadanya. Walau tidak dalam itu tetap saja menyakitkan.
"Aku paling benci pada pembohong."
Mu Lin merasa ironi dengan kata-katanya sendiri, ia mengatakan dirinya membenci pembohong namun pada kenyataannya dialah yang berbohong kepada semua orang. Ia barangkali sangat marah karena Cui Xiaosheng sampai melukai dirinya sendiri karena menginginkan perhatiannya. Sikap semacam ini, bukankah sangat tidak wajar?
"Maafkan aku." Cui Xiaosheng meraih tangan Mu Lin, ia menggenggamnya dengan lembut berharap Mu Lin dapat merasakan permintaan maafnya yang tulus ini.
Mu Lin menghela nafas, jika dia tidak memaafkan Cui Xiaosheng maka kedepannya Cui Xiaosheng akan melakukan hal yang lebih berbahaya lagi.
"Aku sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk marah padamu."
Cui Xiaosheng tersenyum lega. Ia kemudian menarik tangan Mu Lin, menyebabkan Mu Lin jatuh ke atas tempat tidur dan Cui Xiaosheng segera menindihnya.
Selama beberapa saat Mu Lin kaget, tetapi ketika menyadari posisi ini dirinya tahu kemana angin akan berhembus.
Mu Lin tidak memiliki niatan untuk menolak, ia merasa lebih tenang karena memiliki obat dari Shen Xian.
"Anak-anak tidak ada, pernikahan kita sudah berlalu cukup lama tetapi aku belum mendapatkan malam pertamaku. Mu Lin, dapatkah kau memberikannya?"
"Hmm, lakukan."
Cui Xiaosheng merasa lega, ia segera mencium bibir kemerahan Mu Lin dengan rakus sementara Mu Lin menerima semua itu dengan bersemangat. Ia melingkarkan lengannya pada leher Cui Xiaosheng, matanya terpejam erat dan pipinya perlahan mulai memerah.
Bagi Cui Xiaosheng setiap bagian dalam diri Mu Lin adalah candu untuknya, ia mencicipi rasa bibir Mu Lin dengan hati-hati dan enggan melepaskannya sama sekali.
Cui Xiaosheng melepas ciumannya, memperhatikan bibir Mu Lin yang mengkilap.
Cui Xiaosheng kemudian mencium pipi dan wajah Mu Lin bertubi-tubi membuat Mu Lin tertawa geli, suara tawa Mu Lin membuat Cui Xiaosheng bahagia. Seperti aliran air yang datang membasahi tanah gersang.
Jadi malam itu Mu Lin dan Cui Xiaosheng melakukan seks dengan bahagia, dengan berbagai gaya, di berbagai sudut kamar Cui Xiaosheng.
Mereka akhirnya berhenti ketika benar-benar kelelahan. Mata Mu Lin sembab dan beberapa bekas hisapan Cui Xiaosheng tersebar dimana-mana. Mu Lin kelelahan hingga membuka mata juga tidak sanggup, sementara itu Cui Xiaosheng tampak penuh dengan energi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa Lagi
Historical FictionMu Lin berpikir bahwa hubungannya dengan Cui Xiaosheng tidak akan berhasil, ia kemudian memilih pergi berkelana dan berusaha melupakan cinta dalam hatinya itu. Akan tetapi dalam perjalanannya Mu Lin merasa ada yang aneh dengan dirinya ; mengapa peru...