Bab 2 : Gadis Kecil Xiao Huang

4.9K 644 19
                                    

Wen Anhe menaikkan salah satu alisnya. "Nama yang cukup feminim."

Mu Lin memang mengakui itu, dulu sebelum ia lahir ibunya berpikir bahwa ia mengandung anak perempuan. Saat itu Mu Shen sedang sibuk berperang, sehingga Zhang-shi yang mempersiapkan nama untuk anaknya. Mu Yinuo adalah nama yang sudah dipersiapkan Zhang-shi, namun ketika lahir bayi itu alih-alih memiliki kue matou justru memiliki burung pipit. Nama Mu Lin diambil dengan terburu-buru atas saran dari Nyonya Tua.

"Ibuku yang memberi nama." Mu Lin menjawab dengan sedikit malu karena mulutnya bekerja terlalu cepat dibanding otaknya.

Wen Anhe adalah pemilik Rumah Bordil Kasih Sayang setelah berhasil menggulingkan kekuasaan pemilik sebelumnya, usia Wen Anhe sudah berada di akhir tigapuluhan namun garis-garis wajahnya yang cantik tidak menunjukkan hal itu.

"Aku adalah Wen Anhe, kau terlihat memiliki aura sarjana yang bagus. Temperamenmu menunjukkan bahwa kau bukan orang dari kota kecil ini, dari mana asalmu?" Wen Anhe mengetuk permukaan meja dengan jari lentik, mata berbentuk phoenix menatap lurus Mu Lin seolah Wen Anhe bisa membaca pikiran Mu Lin baik-baik.

"Aku berasal dari ibukota dan sempat bersekolah dulu, tetapi saat perang terjadi keluargaku meninggal dan hanya menyisakan diriku saja." Mu Lin tidak menjabarkan detail informasi tentang dirinya.

Wen Anhe terlihat berpikir selama beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk.

"Baiklah. Aku tidak akan bertanya apapun lagi Zhang Yinuo, aku berharap kau tidak akan menyesalinya seorang sarjana bekerja di rumah bordil semacam ini. Lu Tao antar Zhang Yinuo ke kamarnya dan jelaskan tentang pekerjaannya." Wen Anhe menoleh pada pelayan yang membawa Mu Lin, Lu Tao segera mengangguk dan menggiring Mu Lin keluar dari kamar itu.

"Secepat itu?" Mu Lin setengah bingung dan setengah kaget dengan mudahnya Wen Anhe menerimanya.

"Nyonya Wen tidak suka berbasa-basi, dia sangat tegas. Jika kau bekerja dengan baik, maka posisimu aman. Jika kau membuat kesalahan meski sedikit kau akan langsung dipecat." Lu Tao menjelaskan, ia membawa Mu Lin menuju sebuah kamar yang terletak cukup tersembunyi.

Lu Tao adalah pria muda yang energik dan bersemangat. Menjadi budak sejak kecil yang dijual dari tuan satu ke tuan lainnya membuat Lu Tao sangat fleksibel, ia dengan mudah akrab dengan Mu Lin.

"Ini adalah kamarmu, ini adalah ruang kerjamu. Kau akan diberi makan tiga kali sehari, tetapi jika kau sudah memiliki rumah sendiri kau bisa pulang setelah pekerjaan selesai." Lu Tao membuka pintu sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dan sangat sederhana, kamar itu hanya memiliki ranjang sempit dan sebuah meja kecil. Mu Lin sejak kecil hidup nyaman di keluarga yang kaya, baginya kamar ini bahkan tidak lebih besar dari kamar mandinya.

Lu Tao menyadari keraguan Mu Lin. "Mengapa? Apa kau dulu Tuan Muda yang kaya? Hanya kamar ini yang kita punya. Jika tidak mau maka kau bisa mencari rumah sendiri di luar!"

Mu Lin segera menggeleng. "Tidak. Kamar ini… baik-baik saja."

Sekarang Mu Lin tidak bisa memikirkan mana yang nyaman atau tidak, asal dia memiliki tempat untuk tinggal dan memiliki uang untuk bertahan hidup itu sudah lebih dari cukup.

Lagipula ia tinggal di rumah bordil, dirinya bisa puas melihat wanita-wanita cantik setiap hari. Memikirkan ini hati Mu Lin terasa dipenuhi oleh bunga bermekaran.

Akan tetapi ia merasakan sesuatu bergerak liar di perutnya. Mu Lin terkejut.

"Oh!"

"Ada apa?!" Lu Tao terkejut melihat teman kecil ini tiba-tiba berseru dan memegangi perutnya.

"S-seperti ada yang menendang perutku?" Mu Lin berkata ragu.

Lu Tao menepuk bahu Mu Lin. "Kawan, kau berkata seperti kau sedang hamil saja! Hahaha!" Lu Tao melanjutkan dengan wajah serius. "Mungkin itu roh pendendam yang tinggal di dalam tubuhmu!" Bagaimanapun Lu Tao sangat percaya pada takhayul.

[BL] Ketika Bunga Berguguran, Kita Berjumpa LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang