Chapter 31

10K 684 52
                                    

Burung-burung berkicau, suara air sungai mengalir, bau pepohonan menyeruak memasuki penciuman. Laki-laki berambut hitam itu terbangun dan dia merasakan sakit di perutnya. Luka yang dia balut kini berdarah lagi. Dia sedang berada di hutan yang dalam, bahkan dia sendiri tidak tau ini dimana.

"Ugh... Kurasa aku benar-benar akan mati kali ini" Gumamnya sambil menahan rasa sakit. Ia menyandarkan diri di sebuah pohon rindang yang berada di dekat sungai.

Nafasnya semakin terengah-engah, rasa sakit perlahan menggerogoti dirinya. Ia hanya bisa pasrah dan menunggu sampai detik-detik ajalnya. Tetapi tiba-tiba ia mencium aroma bunga semerbak masuk ke penciumannya.

Saat matanya terbuka sekali lagi, sosok gadis cantik berambut putih panjang, telinga yang runcing dan mata emas sedang berada di depannya.

"Malaikat~" Satu kata itu yang berhasil melukiskan kekagumannya. Dan gadis itu tersenyum dengan pipi yang pink seperti buah peach.

"Aku bukan malaikat~ tapi aku peri~"  suara indah itu membuat jantung lelaki itu berdebar. Sosok itu terlihat sangat tidak nyata di dunia ini, bagaikan halusinasi seseorang saja.

Tak mengucapkan sepatah katapun lagu peri itu mengeluarkan cahaya dari tangannya dan memindahkan cahaya itu ke luka besar di tubuhnya. Seketika luka itu pulih dan Lelaki itu merasa sehat kembali.

"Wah~ kau penyelamat ku. Bisakah aku tau siapa namamu?"

"Aku Lucya~"

"Lucya~ nama yang indah. Namaku...."

*******************

"Zeno" nama itu keluar dari bibir Pricilla. Penerang kembali hidup dan Pricilla sudah berada di tengah-tengah orang ramai dan pria berambut putih di depannya.

Nafas, Pricilla seakan tercekat melihat lelaki itu di depannya. Potongan puzzle ingatannya perlahan terlengkapi. Sosok yang dia lupakan, sosok yang begitu dia cintai, dan sosok yang membuatnya gila. Kini berada di depannya setelah berapa abad lamanya. Warna rambutnya yang berubah menjadi putih, warna mata dan wajah yang masih sama.

"Aku kembali Lucyaku~" Zeno meraih tangan Pricilla dan menciumnya membuat Pricilla tersengat oleh aliran listrik yang berada di dalam dirinya.

Trang! Namun ujung pedang tajam tertodong di depan wajah Zeno sekarang. Pricilla menoleh melihat raut wajah marah dari suaminya. Zephan meraih pinggang Pricilla dan tangannya terlepas dari Zeno.

"Jangan berani menyentuh istriku!" Kecam Zephan dengan mata merah menyala. Itu membuat Zeno menyeringai.

"Istrimu? Tapi dia Lucyaku~" ucapnya santai.

"Tidak. Dia Pricilla, istri dari Grand Duke Seyla. Orang asing seperti mu, jangan coba menatap istriku dengan tatapan menjijikkan itu!" Amarah Zephan memuncak membuat hawa di sana mencekam.

"Zephan, sudahlah. Aku ingin istirahat sekarang" Pricilla memalingkan wajahnya, ia gelisah. Rasanya pusing dan perutnya mual. Zephan menurunkan pedangnya dan memasukkan kembali ke tempatnya.

Ia lalu membawa Pricilla keluar dari aula, tak lupa sebelum itu dia menoleh ke belakang menatap Zeno tajam. Sedangkan Zeno hanya terkekeh geli.

"Astaga~ aku tidak sabar kembali memeluknya lagi~"

_______________________

Zephan membawa Pricilla ke kamar mereka. Dia nampak sangat khawatir dan banyak pertanyaan di kepalanya sekarang. Dia membaringkan Pricilla di kasur lalu dia berbaring di sampingnya. Dia meraih tubuhnya lalu memeluknya erat berharap wanita itu tenang lagi. 

"Dia... Dia adalah cintanya Lucya dulu... Dia juga yang membuat Lucya gila... Namanya Zeno Freo Wero..." Mata Zephan membulat, tapi dia tak ingin membuat Pricilla semakin gelisah. Dia mengusap rambut panjangnya dan mencium keningnya.

Male Lead Itu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang