Chapter 46

3.8K 336 4
                                    

Jantung Pricilla berdetak kencang dan dia menutup rapat pintu di belakangnya. Dia tak percaya dengan apa yang dia lihat, perutnya tambah mual. Awalnya dia ingin menghampiri Zeno lagi setelah masuk ke dalam Mansion, karena khawatir bahwa sikapnya melukai lelaki itu. Namun yang dia dapat, dia melihat sosok yang tak dia kenali, meski itu tak menakutkan tapi ini diluar nalar.

Selama dia hidup, di masa lalu tak ada yang namanya siluman ataupun makhluk yang menyerupai manusia. Apa yang sebenarnya terjadi pada Zeno? Dia tau bahwa itu tubuh Zeno tapi itu bukan jiwanya.

"Jadi, dia bukan Zeno..." Lirih Pricilla dan terduduk lemas di lantai.

Bersamaan dengan itu pintu terbuka, menampilkan Zeno yang khawatir dengan keadaan Pricilla.

"Lucya, kau baik-baik saja?" Khawatir nya menghampiri Pricilla, namun dengan cepat Pricilla menahan Zeno dengan tangan.

"Berhenti! Jangan mendekat!" Teriak Pricilla membuat Zeno terkejut dan tertegun.

"Lucya-"

"Aku bukan Lucya! Aku Pricilla!" Pekik Pricilla lalu berdiri dan mundur dengan wajah marah disertai kecewa.

"Siapa sebenarnya kau?! Apa yang kau lakukan pada tubuh Zeno?!" Mata Zeno melebar dan udara di sekitarnya terasa menipis.

"A-apa maksud mu, aku Zeno-"

"Cukup! Hentikan omong kosong sialan mu itu!" Teriak Pricilla lagi dengan mata emasnya menyala.

Zeno seketika merasakan sakit di dadanya seakan sesuatu akan meledak di dalam dirinya. Rasanya dia sangat takut akan kemurkaan gadis itu saat ini hingga lidahnya kelu menjelaskan semuanya.

"Aku melihat mu tadi, dengan mata kepala ku sendiri! Kau siluman! Monster!" Zeno langsung merasakan sakit bak ditusuk oleh sebilah pedang di dadanya. Mata merahnya gemetar.

"Kau rubah yang menghampiri aku waktu itu kan?! Aku ingat mata violet itu. Kau memanfaatkan diriku yang lemah dan rentan. Lalu mengambil intiku dan...." Ucapan Pricilla berhenti, dia gemetar bersamaan dengan air matanya mengalir.

"Dan kau berani masuk ke dalam tubuh laki-laki yang aku cintai..." Bahu Pricilla seketika merosot mengingat betapa polosnya dia memberikan tubuh Zeno pada makhluk itu.

Dia menyesal karena tak menguburnya dengan baik, agar Zeno bisa beristirahat dengan tenang. Seharusnya dia percaya ucapan Leon bahwa tak ada siapapun atau makhluk apapun yang bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Tunggu Leon? Benar, dia punya Leon. Dia harus kembali ke hutan peri sekarang.

"Itu karena aku mencintaimu..." Lirih Zeno membuat Pricilla mendongak dan tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Aku tau. Aku tau... Tapi seharusnya kau tidak menipu ku! Setidaknya, jika kau tidak bisa membuat ku mencintaimu, jangan membuat ku membenci mu! Kau tau, aku ikut dengan mu, karena aku percaya kau Zeno ku!" Pekik Pricilla lalu menghentakkan kakinya menciptakan sebuah sulur yang menjalar melingkarkan kaki Zeno.

Zeno yang terkejut mencoba untuk menghancurkannya tapi tidak bisa, kekuatan Pricilla lebih kuat darinya, padahal inti peri itu ada ditubuhnya bukan tubuh wanita itu.

"Aku bisa menjelaskannya, ku mohon beri aku kesempatan, Pricilla..." Zeno memohon dengan wajah memelas. Namun Pricilla langsung berjalan melewatinya.

"Jangan pernah tunjukkan temui aku dengan wajah Zeno ku lagi, Alexia" ucap Pricilla untuk terakhir kali lalu menghilang dari belakang Zeno.

"Tidak! Jangan pergi! Tidak, Lucya!" Teriak Zeno yang langsung mengeluarkan wujud aslinya dan membakar sulur itu. Saat dia ingin mengejar Pricilla, sudah terlambat, karena dia wanita itu berhasil menghilang dari radarnya.

"Sial!"

________________________________

Zephan melihat sekeliling yang berkabut, dia berbalik dan melihatnya sebuah pohon besar di belakangnya. Pohon yang menjatuhkan butiran cahaya yang menyejukkan seperti salju. Dari kejauhan dia melihat sosok wanita yang berlari ke arahnya.

Matanya melebar saat melihat wanita berambut putih itu memeluknya dengan ceria. Dia bisa merasakan hangatnya pelukan itu dan suara detak jantung yang menenangkannya.

"Zeno, lihat~" Zephan agak bingung kenapa dia memanggil Zeno tapi dia tak menolak seakan memang itulah namanya.

Wanita itu menjauh, Zephan dapat melihat sosok Lucya di depannya dengan senyum indahnya mengeluarkan sebuah cahaya kecil dari genggamannya. Cahaya itu begitu terang namun juga itu sangat hangat hingga membuat perasaan Zephan hampir meleleh.

"Apa ini Lucya?" Tanyanya dan Lucya langsung memindahkan cahaya itu ke tangan Zephan membuat jantungnya berdetak kencang.

"Ini adalah bintang kita, Zeno~ Bintang yang sudah lama kita tunggu." Jawab Lucya ceria, Zephan melihat cahaya itu.

Mata Zephan berkaca-kaca, dia mendekap cahaya itu layaknya benda yang bisa dipeluk. Akhirnya dia bisa mendapatkan bintangnya, bintang yang selalu ingin dia gapai.

"Bintang.... Ku mohon jagalah Lucya ku, dimana pun dia berada..."

DEG!

Mata Zephan terbuka, jantungnya berdetak kencang dan nafasnya tak beraturan. Dia melihat sekeliling ruangan, dia berada di ruang kerjanya. Di atas meja terdapat banyak kertas laporan yang berserakan. Zephan menghela nafas panjang.

Entah sejak kapan dia ketiduran, dia pun tak tau. Mungkin ini efek dia kelelahan karena tidak tidur sejak Pricilla menghilang. Dan dia tak menyangka akan memimpikan itu. Dimana dia menjadi Zeno dan ada Lucya disana yang tak lain Pricilla.

Namun yang menganggu pikirannya adalah cahaya kecil itu. Bahkan itu seperti terasa nyata, dia melihat telapak tangannya seakan masih merasakan kehangatan cahaya yang disebut bintang itu.

"Jika itu benar-benar bintang, ku mohon, kembalikan Pricilla padaku..." Lirihnya putus asa.

Zephan melirik pedangnya yang berada di samping mejanya. Dia mengambilnya lalu menarik pedang itu dari sarungnya. Pedang berwarna hitam pekat yang telah membunuh banyak orang. Ini adalah pedang turun temurun dan sebenarnya ini pusaka kerajaan, tapi kaisar memberikan pada Ayahnya yang merupakan adiknya. Lalu ayah Zephan memberikan pedang itu padanya.

Pedang itu katanya tidak pernah bisa dipakai oleh siapapun karena terlalu berat. Namun Zephan langsung menepis dan beranggapan itu mitos, karena di usianya empat belas tahun, dia dengan mudah mengangkat pedang itu.

Matanya terpaku pada bilahnya yang tajam yang sudah menebas ribuan musuhnya di medan perang. Entah apa yang mendorongnya, Zephan mengiris sedikit jempolnya hingga darahnya menempel di pedang itu. Tapi bukan sakit yang ia rasakan, malah kepalanya sakit dan beberapa bayangan terlintas di depannya.

"Hey, aku tidak bisa menerima pedang ini. Ini terlalu berharga karena mengandung sedikit inti peri mu"

"Tidak. Pedang ini sejak awal milikmu, aku hanya meleburkan sedikit intiku dan itu tak masalah bagiku, Zeno~"

Zephan langsung terdiam, tidak salah dia adalah reinkarnasi dari Zeno. Dan pedang ini miliknya, sejak dulu tak ada yang bisa memegang pedang ini selain dirinya, karena Lucya meleburkan sedikit intinya ke dalam pedang itu.

Sekarang Zephan tau harus kemana, beberapa ingatan masa lalu membuatnya mendapatkan petunjuk tentang apa dan kemana tempat yang harus dia tuju. Dia segera memanggil kepala pelayan.

"Siapkan kuda, aku akan ke istana!"

To be continued~

Hallo guys aku up segini dulu
Jangan lupa follow akun ku
Dan vote, komen
Please biar aku tembah semangat ngejar ending!

Male Lead Itu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang