Suasana menegang, tak ada kebisingan dan semua yang di sana berlutut pada Pricilla termasuk anggota kekaisaran sekalipun. Membuat mereka bertanya-tanya, ada apa? Dan mengapa mereka menundukkan kepala pada gadis itu?
"Baiklah. Saatnya mengumumkan siapa yang harus kalian hormati sekarang. Aku adalah reinkarnasi dari Lucya Sea Wero. Ah~ tentu kalian tidak tau. Karena kekaisaran menyembunyikan hal ini dari kalian. Aku adalah kaisar pertama yang sebenarnya~ Jika kalian tidak percaya, aku bisa memanggil seseorang untuk membuktikannya" Ucap Pricilla dan bangkir dari singgasananya dan berjalan menghampiri seorang lelaki yang berada di antara mereka.
"David De Wero, penerus tahta kekaisaran. Tunjukkan kesetiaanmu padaku dan buktikan pada mereka bahwa akulah yang berada di atasmu~" mata Lyli membulat tak percaya melihat sosok lelaki yang begitu dekat dengannya kini tertegun dengan Pricilla yang berada di depannya. Seakan tersihir olehnya.
"Aku Penerus tahta Wero memberikan kesetiaanku padamu dan mengakui kebenaranmu. Wahai peri yang agung" David mencium punggung tangan Pricilla sebagai rasa tunduknya. Pricilla menyeringai sedangkan mulut Lyli ternganga.
"Kuharap mulai saat ini kalian mengingat aku dan mengakui keberadaanku. Lalu tunjukkan kesetiaan kalian kepadaku." Pricilla lalu berjalan melewati mereka yang masih tidak bisa berkutik dan meninggalkan tempat itu.
Semua orang akhirnya bisa bergerak kembali. Mereka mulai berbisik-bisik dan melihat Lyli dengan tatapan merendahkan. Lyli sangat terpukul dan menangis menutup wajahnya. Duchess menghampirinya, ia menenangkan putrinya lalu membawanya pergi dari sana. Suasana menjadi riuh, Kaisar membubarkan acara itu. Tanpa mereka tau Duke terdiam tak bergeming di sana.
"Pricilla, putriku...." Gumamnya dengan wajah penuh penyesalan.
__________________
Seorang gadis menatap sedih ke luar jendela. Hatinya terasa kosong, bahkan gairah hidupnya pun sudah tidak ada lagi. Air matanya seolah sudah habis tak bersisa di dalam dirinya. Lelaki berambut cokelat bermata merah menghampirinya lalu menunduk hormat.
"Yang Mulia, sebenarnya ada apa anda memanggil saya?" Tanyanya.
"Aku tidak dapat meneruskan lagi tahta ini. Seharusnya ini menjadi miliknya bukan aku..." Ucap Lucya tanpa berpaling. Nampak kesedihan dari nada pengucapannya.
"Tapi andalah yang telah berjuang mendirikan kekaisaran ini. Anda adalah kaisar kami" Bantahnya tak terima.
"Tidak! Aku hanya melampiaskan rasa sakit ku pada mereka yang telah aku bunuh untuk mendirikan kekaisaran ini. Aku...." Lucya tak sanggup melanjutkan kalimatnya dan memilih untuk membelakangi laki-laki itu.
"Jadilah Kaisar untuk mengantikan aku, Reno. Kamu adalah adiknya, hanya kamu yang pantas mewariskannya. Jangan bantah aku, turuti keinginan ku" Pinta Lucya lalu meninggalkan Reno sendirian dengan rasa kebingungan yang menjadi-jadi.
Lucya terus berjalan hingga tiba di sebuah pintu putih besar. Begitu ruangan itu terbuka, Lucya langsung masuk melangkah mendekati peti dengan putih. Ruangan yang dipenuhi dengan ornamen clasic, terasa hampa dan dingin. Pandangan gadis itu tertuju pada sosok lelaki yang berada di dalam peti itu. Tubuh yang utuh namun sudah tak bernyawa.
Kesedihan yang tak kunjung mereda menggerogoti Lucya. Rasanya ingin sekali ia berteriak agar lelaki itu kembali membuka matanya.
"Ini tidak adil... Kau meninggalkanku sendirian... Padahal kita ingin mendirikan kekaisaran ini bersama... Tapi kenapa kau malah pergi? Aku tidak bisa hidup tanpamu... Mengapa bukan aku saja yang mati?!" Lirihnya putus asa dengan air mata yang sudah mengering.
"Aku bisa mengembalikannya padamu~"
DEG! Hawa di sana seketika menjadi dingin mampu membuat punggung menggigil.Lucya langsung berbalik dan melihat rubah putih yang berada di hadapannya. Entah bagaimana makhluk itu bisa masuk kemari. Tapi bukan itu yang ia pedulikan, melainkan maksud dari ucapannya tadi.
"Apa maksudmu?!" Mata birunya menyala terang saat bertanya hal itu. Rubah itu lalu tersenyum.
"Aku bisa mengembalikan lelaki yang kau cintai itu, padamu lagi"
DEG! Mata gadis itu terbuka dan keringatnya bercucuran. Nampak wajah lelaki yang sangat ia kenal menatapnya khawatir.
"Istriku, kau baik-baik saja?" Tanya Zephan yang menyeka keringat Pricilla.
"Zephan, apa yang terjadi tadi malam?" Bukannya menjawab, Pricilla malah bertanya balik pada suaminya.
"Setelah kamu bangkit kamu berjalan kembali padaku dan pingsan. Tetua mengatakan, kau akan baik-baik saja." Zephan membelai kepala Pricilla lembut.
Sesaat detik-detik kebangkitan.
Pricilla dan Zephan memperhatikan ritual di tempat yang telah disediakan oleh Tetua. Mereka terus melihat jalannya ritual dengan tenang, sambil berpegangan tangan. Tepat pada saat Tetua merapalkan mantra, tubuh Pricilla tiba-tiba menegang seakan sesuatu berhasil meledak di dalam dirinya.
"Istriku, tenanglah. Aku bersamamu" Zephan memeluknya erat, dia juga merasakan tubuh istrinya panas.
Lalu setelah itu berbagai potongan ingatan masuk ke dalam kepala Pricilla. Seolah menjadi orang lain, dia mendorong tubuh Zephan dan berjalan ke altar. Zephan hanya bisa mengawasinya sesuai dengan arahan Tetua.
Ia melihat aura wanita itu berubah, kekhawatiran memenuhi dirinya. Namun, ia harus tetap bersabar agar tak melukai Pricilla. Ia terus melihat apa yang dilakukan olehnya, lalu matanya membulat saat Pricilla meminta pengakuan dari David dan Pria itu mencium tangannya.
Zephan tau ini hanyalah formalitas, tetapi ia tetap cemburu melihat istrinya di sentuh oleh laki-laki lain. Apalagi laki-laki yang dia benci. Ia mencoba menahan dirinya, lalu berlari ke arah Pricilla yang keluar dari altar. Sesampainya di depan wanita itu, tubuhnya tiba-tiba terjatuh. Untunglah Zephan dengan sigap menangkapnya.
"Selamat datang kembali, Istriku~"
Sesampai di situlah Zephan menceritakan hal yang semalam mereka alami pada Pricilla. Tak lupa hal-hal yang detail lainnya. Namun ada yang dia sembunyikan, yaitu rasa cemburunya.
"Astaga~ aku mulai ingat sekarang. Kau harus tau, saat aku mengalami hal itu. Aku ingat bahwa akulah yang menciptakan kekaisaran ini. Dan aku masih ingat bagaimana gilanya aku di Medan perang. Padahal aku seorang peri" Zephan mengelus kepalanya. Dia tersenyum dan bersyukur, wanita berambut putih itu kembali menjadi dirinya yang biasa.
"Aku tau. Karena memang istriku ini sangat luar biasa." Zephan mencium kening Pricilla membuat pipinya merona.
"Zephan, kenapa kamu tidak bertanya lebih? Apakah kamu tidak ingin tau?" Tanya Pricilla menatap mata merah itu. Zephan langsung menggeleng.
"Bukannya aku tidak ingin tau. Tapi aku akan menunggu sampai kamu siap menceritakan semuanya padaku. Sayang, aku tau ini pasti berat untukmu. Tapi percayalah aku akan selalu bersama mu" Ucap Zephan dengan nada yang lembut lalu mencium tangan Pricilla.
'Kya! Tuhan, aku tidak mau apa-apa lagi. Aku hanya berharap kami terus bersama seperti ini hingga mau memisahkan kita' Batin Pricilla dan ia tersenyum pada Suaminya. Dan saat itu ia tidak tahu bahwa itulah awal mula dari segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Male Lead Itu Milikku
RomansaStatus : End Male Lead itu hidupku, satu-satunya yang dapat membuat ku bertahan di dunia yang memuakkan ini. Jika dia mati maka apalagi yang harus membuat ku bertahan? Ku kira aku mati, ternyata takdir mengizinkan ku untuk tinggal di dunianya. "Gran...