"Begitukah caramu berbicara padaku Lady Olivia?" Nada Pricilla kini seolah menantang. Olivia tampak panik sekarang terlebih lagi di depan orang banyak.
"Maafkan saya Grand Duchess. Saya tidak bermaksud seperti itu" Olivia memaksakan senyumannya. Gadis-gadis di sana mulai berbisik. Pasalnya Olivia dikenal suka mengejar Zephan selama ini.
"Aku memang gadis yang berasal dari negeri lain. Tetapi aku sangat tau tata krama kekaisaran. Kau mengatakan seolah yang ku ceritakan hanya omong kosong semata? Memangnya kau lebih mengenal suamiku dibandingkan aku?!" Sorot tajam kini mampu menusuk Olivia. Baru kali ini ia merasakan tekanan yang begitu besar pada dirinya. Olivia memilih diam, ia tak bisa melawan kali ini.
Suasana menjadi hening, Pricilla tau bahwa itu adalah kemenangan untuknya. Lalu acara itu berlanjut dengan pembahasan topik yang lain. Walaupun di sana ada dua orang yang sedang menunduk dengan pikiran campur aduk.
.
.
.Acara berakhir saat matahari hampir terbenam. Fera mengantarkan Pricilla sampai ke kereta kuda sebagai tata krama yang seharusnya. Mereka juga berbincang kecil di perjalanan.
"Apakah Lady tadi baik-baik saja? Wajahnya terlihat pucat" Tanya Pricilla mengingat Lyli yang buru-buru pulang.
"Lyli? Entahlah. Saya juga khawatir, mungkin itu efek dari kejadian buruk yang baru saja menimpanya"Fera menghela nafas mengingat sahabatnya yang tak dalam kondisi baik.
"Begitukah? Semoga dia kekas membaik. Terima kasih telah mengundangku Lady Fera. Aku sangat menikmati pesta hari ini" Senyum Pricilla lembut.
"Saya juga sangat berterima kasih kepada anda yang bersedia datang di pesta kecil saya Grand Duchess" Lalu Pricilla naik ke kereta, tak lupa Fera menundukkan kepalanya bersama dengan kuda yang perlahan berjalan.
Pricilla menatap keluar jendela. Sungguh betapa indahnya dunia ini, dengan banyak mansion-mansion indah yang berdiri di kelilingi hutan. Kejadian tadi membekas di ingatannya, bagaimana Lyli begitu terkejut melihatnya. Pasti gadis itu akan melaporkan pada orang tuanya. Pricilla tak peduli, dia sudah membuang nama Granet. Dia juga tak butuh nama itu maupun kasih sayang mereka lagi. Hidupnya kini untuk Zephan, walaupun lelaki itu belum bisa menjadi milik dirinya. Pricilla terus berusaha untuk kehidupan yang benar-benar dia cintai.
______________________
BRAK
Pintu ruangan itu terbuka, di dalam sana ada seorang pria yang sedang berkutik dengan berkas dan seorang wanita yang sedang menikmati teh dengan anggun. Gadis itu berjalan masuk dengan wajah pucat basi.
"Lyli sayang, ada apa nak? Wajahmu juga sangat pucat. Bukankah kau baru saja pulang dari rumah Fera?" Khawatir sang ibu pada anaknya itu.
"I-ibu. Kakak... Masih hidup..." Lirihnya kecil.
"Lyli, ibu tidak mendengarmu ucapkan dengan jelas!" Pinta sang ibu, pria paruh baya itu menghentikan aktivitasnya dan mencoba mendengarkan juga apa yang akan disampaikan anak kesayangannya itu.
"KAKAK MASIH HIDUP! KAK PRICILLA MASIH HIDUP!" Teriaknya kencang, untunglah ruangan itu kedap suara. Kedua orang yang mendengarnya tampak syok atas apa yang disampaikan anak mereka.
Pria itu dengan cepat menghampiri anaknya, lalu memegang bahunya.
"Lyli, kau sakit nak? Orang yang sudah mati tak bisa hidup kembali" Ucap Pria itu dengan pupil yang membesar.
"Tidak ayah! Kakak masih hidup. Dia menjadi istri Grand Duke Seyla!" Lyli menatap ayahnya dengan tegas, tak tersirat kebohongan di mata gadis itu.
"Pelayan tolong panggilkan dokter!" Teriak sang ibu.
"Ibu sudah ku bilang kakak benar-benar masih hidup. Jika kalian tidak percaya kalian bisa pergi ke kediaman Grand Duke!" Ucap Lyli lagi. Kini dua orang itu saling bertatapan. Ada rasa takut diantara keduanya, bagaimana selama ini mereka memperlakukan gadis itu.
______________________
Masih pagi, tetapi Zephan sudah berkutat dengan tumpukan kertas di atas mejanya. Kepala pelayan masuk dan menaruh nampak di meja satunya. Zephan melirik, sudah beberapa hari ia terus meminum coklat itu. Tapi ia sungguh tak membenci namun sebaiknya ia sangat menyukainya.
"Tuan, ada tamu yang datang" Lapor Kepala Pelayan.
"Siapa?" Tanya Zephan singkat tanpa menghentikan aktivitasnya.
"Duke Granet bersama istrinya tuan" Kini Zephan terdiam, aneh ada angin apa yang membawa orang sibuk itu di pagi buta ini.
Zephan ingin menolaknya, ia juga belum sarapan. Tetapi ia tak boleh menolak Duke terlebih lagi ini pasti ada sangkut-pautnya dengan gadis itu. Zephan menghela nafas panjang.
"Bawa mereka masuk. Aku akan menemuinya setelah menghabiskan sarapanku" Pinta Zephan, kepala pelayan langsung pamit undur diri.
"Ck. Menyebalkan!"
.
.
.Zephan memasuki ruangan itu, di sana sudah ada sepasang suami-istri yang menunggunya sedari tadi. Zephan duduk berhadapan sambil menyilangkan kakinya. Itu memperlihatkan seberapa angkuh dirinya.
Pelayan menuangkan minuman ke gelas Zephan, lalu segera itu pergi dari sana tak lupa menutup pintu kembali.
"Ada keperluan apa Duke yang terhormat mengunjungi kediamanku di pagi hari ini?" Tanya Zephan dengan tampang yang dingin.
"Saya ingin menyampaikan permintaan maaf kepada Grand Duchess atas sikap putri saya" Ucap Duke, Zephan terkekeh. Itu adalah alasan kuno, mereka pasti sudah mendengar tentang gadis itu dari putri kesayangannya.
"Memangnya apa yang dilakukan oleh Putri mu, hingga menyakiti hati istriku yang manis?" Zephan meletakkan tangannya di dagu menunggu jawaban dari pria paruh baya itu.
"Ekhem. Putri saya tak sengaja melakukan hal tak sopan di depan Grand Duchess. Bolehkah kami bertemu dengannya untuk bertemu langsung?" Zephan menyeringai, ternyata memang benar tujuan mereka ke sini apakah putri yang telah mereka buang masih hidup atau tidak.
"Istriku masih istirahat jadi kalian tak bisa menemuinya. Aku sangat menyayanginya hingga tak membiarkan kelelahan oleh apapun itu. Aku memberikan kasih sayang kepadanya karena itu tak dapat diberikan oleh kedua orang tuanya yang tak punya akal itu" Seringai Zephan membuat dua orang itu ketar-ketir. Mereka sangat takut karena Zephan sudah mengetahui apa yang telah mereka lakukan.
TOK TOK
"Suamiku! Bolehkah aku masuk? Aku ingin menyapa tamu yang sudah jauh-jauh datang kemari!" Teriak seorang gadis dari luar. Duke merasa familiar dengan suara itu.
"Masuklah" Begitu ijin diberikan, pintu besar itu terbuka lalu masuklah seorang gadis dengan gaun keemasan yang begitu indah di tubuhnya.
Kedua orang itu membulatkan matanya melihat gadis itu masuk dengan anggunnya. Tak lupa senyuman indah ia perlihatkan kepada mereka bertanda bahwa dia sangat bahagia. Gadis itu duduk di samping sang suami yang sedari tadi menatapnya.
Tatapan Duke pun tak lepas dari gadis itu. Ia sangat mirip dengan seorang wanita yang pernah mengisi hari-hari pria itu. Wanita dengan rambut hitam pekat yang indah. Mereka sangat mirip bagaikan duplikat sekarang. Sedangkan Duchess sekarang sedang gemetar ketakutan. Atmosfer di ruangan itu sungguh aneh saat ini. Zephan merangkul pinggang istrinya sambil melihat ke arah mereka, memberikan tekanan emosi yang sangat besar untuk keduanya.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Male Lead Itu Milikku
RomanceStatus : End Male Lead itu hidupku, satu-satunya yang dapat membuat ku bertahan di dunia yang memuakkan ini. Jika dia mati maka apalagi yang harus membuat ku bertahan? Ku kira aku mati, ternyata takdir mengizinkan ku untuk tinggal di dunianya. "Gran...