Chapter 29

9.7K 779 10
                                    

David, putra mahkota yang sangat disanjung dan dihormati. Ia masuk ke kamarnya lalu menggeledah isi lacinya. Matanya berhenti di sebuah buku dan ia segera mengambilnya. Dengan gerakan cepat ia membalikkan satu persatu halaman itu, hingga tiba sebuah lukisan gadis yang sangat cantik di satu halaman. Gadis yang memiliki rambut putih dan mata berwarna kuning terang seperti matahari.

"Jadi, itu benar dia~" Ia merobek halaman itu dan memegangnya dengan hati-hati.

"Dia sungguh nyata. Wanita yang paling mulia, sosok makhluk yang tak bisa dimiliki oleh siapapun di masa lalu kini berada di hadapanku." Dia mengingat kembali, bagaimana rasanya menyentuh tangan gadis itu. Tangan yang selembut kapas dan aroma yang begitu memabukkan. Itu tak bisa dia lupakan.

Sejak kecil, dia terus mengaguminya. Pertama kali ia melihat sosok itu pada Lyli, itu membuatnya terus mengejar gadis itu agar bisa jadi miliknya. Tapi sekarang sosok itu benar-benar nyata.

"Ah~ tidak bisa. Dia harus jadi milikku~" David mencium lukisan gadis itu dengan rasa obsesi yang begitu besar. Tujuan awalnya berubah, dan ia tak peduli apapun yang terjadi. Karena api dalam dirinya sudah menyala dan tak bisa dipadamkan.

______________________

"Zephan apakah tidak apa-apa kita mengabaikan surat-surat dari bangsawan?" Tanya Pricilla khawatir.

Sejak semua orang tau dia reinkarnasi dari peri yang sebenarnya, bangsawan berbondong-bondong mengirimkan surat. Tak sedikit yang mengundang Pricilla ke kediaman mereka. Tapi dengan mudahnya Zephan langsung membuang surat-surat itu ke perapian. Membuat jantung Pricilla mau copot.

"Hey~ tentu saja. Mereka memang suka mencari perhatian, dan aku tidak suka kamu dicemari oleh lalat-lalat itu, sayang~" Ucap Zephan tanpa beban lalu tersenyum pada Pricilla.

"Ah, tapi ada satu undangan dari kekaisaran. Kurasa kita harus segera pergi ke istana"

"Apa yang kamu katakan? Kau adalah kaisar pertama. Harusnya mereka yang datang kemari. Sudahlah sayang, ayo fokus pada persiapan pernikahan kita dulu" Pricilla tak punya pilihan lain selain mengangguk.

Dia dan Zephan sedang mempersiapkan acara pernikahan yang akan diadakan Minggu depan. Itu memang terlalu singkat untuk mempersiapkan acara, tapi tidak ada yang tidak mungkin jika Zephan sudah menetapkan keputusan. Pricilla tentu tak menolak, ia tau sebenarnya keadaan kekaisaran sedang riuh karenanya.

Pricilla memilih untuk tak menanggapi, ia memilih untuk fokus pada kehidupan pernikahannya saja. Lagipula, sekarang tak adalagi yang berani merendahkannya. Kini orang yang menduduki puncak adalah Pricilla sebagai reinkarnasi peri dan kaisar pertama yang baru diketahui.

"Jadi, apa yang harus kulakukan untuk acaranya, suamiku?" Pricilla memiringkan kepalanya. Saat ini dia dan Zephan sedang duduk di sofa yang berada dalam ruang kerja Zephan.

Namun, tiba-tiba Zephan mengangkat Pricilla untuk duduk di pangkuannya. Dan dia tersenyum manis. Sedangkan Pricilla membulatkan matanya serta jantung yang berdebar kencang.

"Yang perlu kau lakukan adalah tetap tersenyum untukku setiap saat. Karena itulah yang membuat ku bisa melakukan apa saja untuk mu, sayangku~" Zephan mendekatkan wajahnya hingga Pricilla mampu merasakan nafas Zephan menerpa wajahnya.

Zephan yang semakin dekat tau apa yang harus dia lakukan. Lalu bibir mereka bersentuhan satu sama lain. Pricilla menutup matanya merasakan lembutnya bibir lelaki itu. Zephan memperdalam ciuman itu dan tangannya membelai punggung Pricilla. Sesaat mereka menarik diri dan saling bertatapan merasakan cinta mereka yang membara. Zephan lalu membungkuk mengarahkan bibirnya ke leher Pricilla.

Tapi belum sempat bibirnya menyentuh leher jenjang itu, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Membuat Zephan berdecak kesal, Pricilla refleks bangun dari pangkuan Zephan dengan wajah memerah seperti tomat.

Zephan memberikan izin pada pelayan itu untuk masuk dengan wajah yang sangat kesal. Tapi dia berusaha untuk menahan amarahnya.

"Ada apa?!" Tanyanya dingin.

"Mohon maaf Tuan. Tapi Duke Granet ingin menemui Anda." Pricilla yang mendengar itu langsung menyeringai. Zephan yang seakan terhubung oleh pikiran sang istri menyetujui untuk menemui Duke.

Pricilla memegang lengan Zephan, mereka berjalan menuju ruang tamu. Pricilla sangat tidak sabar sekarang, karena saat ini waktu yang telah ia tunggu. Zephan sudah ada bersamanya, sekarang tinggal mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.

Pintu itu terbuka, dan terlihat seorang pria paruh baya yang langsung bangun dari duduknya. Pricilla masuk dengan percaya diri bersama suaminya.

"Sudah lama ya, Duke~" Ucap Pricilla dengan senyumannya.

"Salam untuk wanita mulia, peri agung yang memberikan cahaya bagi kekaisaran" Untuk pertama kalinya kepuasan menyapu Pricilla saat melihat, sosok yang tak pernah mau melihatnya, kini menundukkan kepala padanya.

Pricilla lalu duduk bersama dengan Zephan menghadap Duke yang duduk di depan mereka.

"Sepertinya aku pernah bilang untuk tidak menemuiku tiba-tiba Duke." Ucap Zephan dengan nada dinginnya.

"Maafkan saya Grand Duke. Tapi saya sangat ingin membicarakan hal penting ini" Duke menatap Pricilla dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tidak akan mau menghabiskan waktuku dan istriku hanya untuk mendengarkan omong kosong mu" Zephan menatap tajam Duke. Ia tak akan pernah lupa bagaimana perlakuan pria itu pada istrinya.

"Saya mohon Grand Duchess. Mohon maafkan saya, atas apa yang sudah saya lakukan selama ini" Duke berlutut di depan mereka berdua dengan air mata mengalir.

"Apa maksudmu Duke? Aku tidak mengerti" Seringai Pricilla yang puas melihat ayahnya berlutut di depannya.

"Maafkan ayah, Pricilla... Selama ini ayah mengabaikan mu. Ayah sekarang sudah sadar betapa bodohnya ayah..." Pricilla lalu berjongkok di depan Duke.

"Aku tidak tau apa yang kau katakan. Aku tidak pernah punya ayah, Duke. Ayahku sudah pergi bersama dengan ibuku ke surga." Mata Duke membulat mendegar hal itu. Hatinya terasa begitu perih bagaikan tertusuk duri.

"Tidak... Aku ayahmu, Pricilla... Ku mohon, maafkan aku..." Lirih Duke yang sangat putus asa.

"Cukup Duke! Aku diam karena Pricilla memintaku untuk tetap diam. Jangan kira, aku tidak tau apa yang telah kamu lakukan pada Istriku selama ini!" Bentak Zephan dengan mata menyala. Membuat Duke kini merasakan kegelisahan.

"Saya mohon maafkan saya... Saya bersalah..." Duke mulai ketakutan saat Zephan menodongkan ujung pedangnya. Pricilla dengan cepat menenangkan suaminya. Meski ia tak suka dengan ayahnya sendiri, tapi pria itu pernah menjadi ayah yang baik untuknya.

"Suamiku, ayo kita bicarakan ini baik-baik. Lagipula yang sudah berlalu biarkan berlalu" Zephan kembali memasukkan pedangnya, ia memeluk Pricilla menenangkan emosinya. Setelah merasa tenang, ia melepaskan Pricilla membiarkannya berbicara dengan Duke lagi.

"Duke, aku tau kenapa baru sekarang kamu mencariku. Itu karena putri kesayangan mu tiba-tiba mengecewakan mu kan? Lalu reputasi mu sudah jatuh karenanya. Dan kau tau, itu kesalahan siapa? Tentu saja kesalahan mu~" Pricilla tersenyum namun bagi Duke itu sungguh menusuk dan mengerikan, membuatnya tak bisa lagi berkata-kata.

"Tapi, karena aku masih menyayangi mu meski hanya sedikit aku akan memaafkan mu dengan satu syarat"

"Apa itu?! Saya akan melakukan apapun!" Pricilla menyeringai, ia merasa sangat puas.

"Kembalikan, semua yang seharusnya jadi milikku!"

Male Lead Itu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang