Chapter 30

9K 724 12
                                    

Dua hari kemudian terdengar kabar yang mencengangkan di kekaisaran. Dimana Duke Granet mengumumkan bahwa, Pricilla merupakan putrinya yang hilang. Dan dia keturunan Granet yang asli. Tetua juga sudah mengkonfirmasi hal itu. Hingga membuat banyak orang tak percaya. Lalu seketika nama Granet yang jatuh kini kembali lagi.

Tapi kini keadaan di kediaman Granet tak sebahagia yang dikira oleh publik. Terlihat Lyli yang berantakan di kasur dengan mata sembab. Ia tak percaya dengan apa yang terjadi seketika padanya. Seolah miliknya sudah direbut secara paksa.

"Bagaimana ayah bisa membawanya kembali? Padahal dulu ayah sama sekali tidak pernah melihatnya..." Lirih Lyli sambil menatap dirinya di cermin. Penampilannya kini tak lagi dipuja dan disanjung, malah mendapatkan hinaan dan ejekan.

Semua itu karena Pricilla, dia tak menyangka bahwa kakaknya yang merebut semuanya dari dirinya. Lyli, tidak bisa menerima ini. Dia tidak bisa menerima tatapan-tatapan yang terus merendahkannya. Apalagi waktu itu, tatapan hina yang dia dapatkan dari Pricilla begitu membekas di ingatannya. Jika mengingatnya kembali itu membuat sekujur tubuhnya merinding.

Tiba-tiba, pelayan datang menghampiri Lyli dan mengatakan bahwa David datang menunggunya di ruang tamu. Mendengar itu, Lyli langsung tersenyum dan membenahi penampilannya. Lalu tanpa menunggu lama ia pergi ke ruang tamu.

Begitu pintu terbuka, David langsung berdiri menyambutnya dengan senyuman yang ramah.

"David!" Lyli langsung menghamburkan pelukannya pada David.

Sejak malam ritual itu, Lyli tak menemukan David. Tepat setelah Pricilla pergi, David juga menghilang dan baru sekarang ia menemui Lyli kembali. Sebenarnya banyak pertanyaan di benaknya, tapi ia memutuskan tidak bertanya karena tau David sibuk sebagai putra mahkota.

"Bagaimana kabarmu Lyli?" Tanya David menatap mata Lyli.

"Aku tidak baik-baik saja. Sebenarnya aku masih tidak tau apa yang terjadi. Tapi aku percaya bahwa suatu saat kekuatan ku akan bangkit. Kau juga percaya kan, David?" Ucap Lyli dengan mata penuh harapan. David tiba-tiba menyeringai membuat senyuman Lyli perlahan memudar.

"Lyli, akan lebih baik kita fokus pada hal yang sudah berada di depan kita sekarang. Terimalah kenyataan bahwa Grand Duchess Seyla adalah keturunan peri sebenarnya. Lagipula dia kakakmu bukan?" Mata Lyli membulat, ia merasakan bahwa yang di hadapannya bukanlah David yang dia kenal. Tapi dia segera menyangkalnya dan berusaha berpikir positif.

"A-ah. Tentu saja. Oh ya, mengapa kau baru menemuiku sekarang? Aku sangat merindukanmu. Kau adalah orang istimewa bagiku David." David melepaskan pelukan Lyli lalu memegang bahunya.

"Aku cukup sibuk Lyli. Kau tau kan bagaimana keadaan istana setelah kebangkitan reinkarnasi itu? Tapi aku tetap saja meluangkan waktuku untuk mu. Karena kau sudah ku anggap sebagai adikku sendiri."

DEG! Rasanya Lyli seperti disambar petir di siang hari, setelah mendengar pernyataan dari David. Tidak mungkin sikapnya selama ini pada Lyli hanya sikap untuk seorang adik. Lyli sangat yakin bahwa David menyukainya, bahkan Permaisuri sering mengatakan hal itu.

"Adik? David tapi..."

"Ada apa Lyli? Jangan bilang kau menganggap ku memiliki perasaan untuk mu. Astaga, kau membuat perasaan ku tambah kacau. Tenangkan dirimu, akan lebih baik jika kau mencari tau apa yang sebenarnya terjadi pada kakakmu, lalu memberitahukan padaku" David mendekatkan wajahnya, ia tersenyum tanpa rasa bersalah pada Lyli.

"Aku akan menunggu kabar darimu, Lyli~" David lalu pergi dari ruangan itu, meninggalkan Lyli yang mematung dan terduduk lemas di lantai.

"Tidak.... David..."

__________________________

Hari pernikahan Pricilla dan Zephan tiba. Ia duduk di depan cermin menatap dirinya yang mengenakan gaun putih tak lupa mahkota dan veil di kepalanya. Pricilla tak henti-hentinya bersyukur telah sampai di hari ini.

Dimana impiannya tercapai, akhirnya ia merasakan rasanya menjadi pengantin yang sebenarnya. Jantungnya berdetak kencang, ia tak sabar berjalan ke altar menuju Zephan. Laki-laki yang tak disangka dapat ia miliki. Laki-laki yang sangat dia cintai selamanya.

'Tapi, bukankah aku yang kau cintai selamanya? Lucyaku~'

Mata Pricilla membulat mendengarkan suara samar itu. Dia melihat sekeliling, tak ada siapapun di sana. Suara itu begitu familiar di telinganya. Tapi dia tidak ingat, seperti ingatannya masih terkunci. Meski perlahan ingatannya sebagai Lucya muncul, tapi satu hal paling penting yang tak bisa ia ingat. Satu sosok yang ia rasa sangat penting di kehidupannya.

"Nyonya" Pricilla langsung tersadar dari lamunannya dan melihat Marie.

"Sudah saatnya nyonya" pikiran tadi seketika menghilang dan Pricilla mengangguk lalu mengikuti Marie keluar dari ruangan itu. Tanpa sadar ada sosok yang mengawasinya dari sana.

__________________________

Burung bernyanyi, sinar matahari perlahan menyinari langkah pasti wanita berambut putih panjang itu dengan buket bunga di tangannya. Ia menuju pada seorang pria bertuxedo putih menunggunya di ujung dengan wajah yang sangat bahagia. Momen yang begitu sakral terasa saat pria itu menyambut tangan sang pengantin dengan lembut dan hangat.

"Kau sangat cantik, istriku~" Ucapnya penuh kebahagiaan.

Tetua mulai membacakan sebuah doa dan sumpah pada mereka berdua. Lalu mempersilahkan mereka untuk mengucap sumpah satu sama lain. Mereka saling berhadapan dengan jantung yang berdebar, menatap ke dalam mata satu sama lain.

"Aku bersumpah akan menjadi suami yang baik dan setia padamu, bahkan disaat susah maupun senang. Aku akan terus mencintai mu karena kamulah matahari penerang kehidupanku. Aku akan mengorbankan nyawaku demimu dan kebahagiaanmu jika itu diperlukan. Aku mencintaimu~" Mata merah itu yang biasanya nampak mengerikan kini melembut dan berkaca-kaca.

"Aku bersumpah akan menjadi istri yang baik dan setia padamu hingga akhir hayatku. Aku akan terus bersamamu, membantumu menghadapi tantangan dunia ini. Meski aku harus mengorbankan kebahagiaan hanya untuk hidup bersama mu maka akan kulakukan. Kau adalah bintangku yang paling bersinar di dalam hidupku. Aku mencintaimu~" Air mata mengalir dari pelupuk mata biru itu. Zephan menyeka air mata itu dengan ibu jarinya lembut. Ia memegang pipi Pricilla lalu mendekatkan wajah dan menciumnya dengan lembut.

Semua orang di sana bertepuk tangan melihat kedua pasangan serasi itu. Tak lupa mereka mengucapkan selamat pada mereka yang telah mengucapkan janji suci di hari cerah ini.

Setelah ritual pernikahan, malam harinya Zephan mengadakan perayaan di kediamannya. Dia mengundang hampir semua bangsawan atas permintaan Pricilla sendiri.

Saat pintu aula terbuka, penjaga mengumumkan kedatangan Grand Duke dan Grand Duchess Seyla. Mereka memasuki aula dengan anggun, dengan mengenakan pakaian berwarna emas bersama. Aura Zephan yang biasanya gelap kini menjadi hangat karena bersama sang istri di sampingnya.

Mereka lalu menjamu para tamu, Zephan tak pernah membiarkan Pricilla lepas darinya sebentar saja. Dia selalu mengandeng Pricilla bersamanya. Semuanya berjalan lancar hingga tiba-tiba penerangan mati. Dan semua terasa hening.

Pricilla merasa hanya dia yang ada di sana sendiri, ia mendengar suara langkah mendekatinya. Jantungnya berdetak kencang, ia merasakan perasaan yang telah lama ia rindukan kini kembali lagi. Dan langkah itu berhenti tepat di depannya.

"Kita akhirnya bertemu lagi, Lucyaku~"

Male Lead Itu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang