Chapter 22

11.2K 1K 20
                                    

Rambut sepanjang pinggang, berwarna putih seterang cahaya bulan dengan dua sayap panjang yang transparan bagaikan kaca. Aura yang membawa kesejukan dan kedamaian.

Zephan membuka matanya, dia baru saja memimpikan sosok gadis tersebut. Ia menduga itulah wujud seorang peri yang begitu cantik jelita meski hanya nampak bagian belakangnya saja. Jantung Zephan berdetak kencang mengingat sosok itu tadi. Ia melihat gadis yang masih terbaring lemah di hadapannya, warna rambut gadis itu begitu sama dengan sosok tadi.

"Tidak mungkin... Ini sebuah petunjuk penting!" Zephan sadar sekarang, dia sudah dari semalaman mencari cara untuk membangunkan sang istri hingga dia ketiduran dan memimpikan sosok itu.

"Sekarang aku tau harus kemana" ucapnya lalu mencium kening gadis itu.

________________________

Zephan tiba di sebuah kastil yang cukup besar dan tampak sudah berdiri sejak beberapa abad. Di sana ada dua penjaga yang menjaga di pintu masuk.

"Ada keperluan apa, anda kemari Tuan?" Tanya salah satu penjaga.

"Aku ingin bertemu dengan Tetua. Ada hal penting yang harus ku sampaikan padanya" Sorot mata Zephan begitu tajam dan mampu menusuk siapapun yang melihatnya. Kedua penjaga itu saling bertatapan, mereka tau siapa yang sedang mereka hadapi sekarang.

"Silahkan masuk tuan." Zephan langsung melewati mereka masuk.

Suasana di dalam kastil begitu hangat, semakin berjalan ke dalam maka akan banyak lukisan terpajang di sana. Langkah Zephan terhenti pada satu lukisan yang besar dengan aura yang begitu kuat. Auranya sama seperti yang ia rasakan sebelumnya.

Itu adalah lukisan seorang gadis dengan telinga runcing, berambut putih, mata berwarna kuning keemasan dan tak lupa sayap yang setipis kaca. Sosok yang begitu cantik, insting Zephan tak mungkin salah, sosok itu adalah sosok yang muncul di mimpinya,meski ia tak melihat wajah wanita itu di mimpinya.

"Beliau adalah ratu peri. Ibu dari semua peri, sosok peri yang menciptakan banyak peri dengan kekuatannya." Zephan langsung menoleh mendengar suara itu. Nampak seorang pria tua tersenyum padanya.

"Aku tak lama ini memimpikan beliau. Mungkin akan terlahir sosok keturunannya yang persis sepertinya. Ah~ kekaisaran ini akan mendapatkan sebuah anugerah paling besar jika itu terjadi" ucapnya, Zephan tak mengerti. Ia tak terlalu paham mengenai hal ini, ia hanya tau Medan perang saja.

"Bukankah putri Duke Granet adalah keturunan peri? Saya mendengar ritual itu kacau, bagaimana itu bisa terjadi?" Tanya Zephan dengan sopan.

"Entahlah~ mungkin ini salah satu keajaiban yang besar yang akan terjadi. Apa yang membawamu ke sini Grand Duke Seyla?" Tetua tersenyum ramah.

"Sebenarnya ada sesuatu yang penting yang ingin saya bicarakan" Sorot mata Zephan sangat serius, Tetua memutuskan untuk membicarakan itu di ruangannya.

Sesampainya di sana, Zephan langsung mengatakan intinya. Ia juga menceritakan apa yang dialami istrinya. Tetua membulatkan matanya tak percaya.

"Tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi!"

"Apa maksud anda?" Zephan benar-benar tak mengerti, ia sungguh khawatir sekarang.

"Aku akan membantumu, jika kamu jujur padaku. Siapa sebenarnya istrimu?" Nafas Zephan tertahan, tapi ia tak punya pilihan lain.

"Sebenarnya istriku adalah putri pertama Duke Granet. Pricilla Angel Granet. Selama ini Duke merahasiakan keberadaannya dan memalsukan kematiannya." Tetua syok mendengar hal itu.

"Baiklah. Aku akan merahasiakan ini, dan aku akan membantumu. Tapi saat istrimu bangun nanti jangan biarkan dia keluar kemana pun. Tunggu sampai ritual selanjutnya tiba dan kau harus membawanya ke sana. Kau mengerti?" Zephan berusaha mencerna apa yang dikatakan, ia menganggukkan kepalanya.

__________________________

Gadis itu sedang bersantai bermain bersama binatang-binatang yang mengerumuninya. Senyuman merekah di wajahnya, ia bersenandung di bawah pohon yang rindang. Sampai seorang lelaki datang menghampirinya.

"Lucya, aku datang" Gadis itu menoleh bahagia. Ia bangun dan memeluk lelaki berambut hitam itu.

"Zeno! Selamat datang di hutan peri, pangeranku!" Senyum sumringah terpancar dari gadis itu. Lelaki itu mengusap lembut pipi Lucya.

"Sepertinya kekasihku sangat bersemangat hari ini" Lucya mengusap pipinya di tangan Zeno. Ia sungguh merindukan lelaki itu.

"Aku sangat merindukanmu. Saat kamu tidak ada, aku kesepian. Aku hanya bisa menceritakan perasaan ku pada mereka" Lucya menunjukkan binatang-binatang yang menemaninya. Di sana ada burung, kelinci, rusa bahkan harimau putih. Zeno sudah terbiasa akan hal itu.

"Syukurlah ada mereka. Kau tau, aku akan segera membawamu ke kerajaan ku"Mata Lucya berbinar-binar.

"Benarkah? Berarti kau akan segera menjadi raja? Dan kita akan menikah?" Zeno mengangguk kecil menanggapi setiap pertanyaan kekasihnya. Ia mencium bibir gadis itu lembut.

"Ya, kita akan bersama selamanya" Zeno memeluk gadis itu erat.

"Ah! Aku tidak sabar Zeno!" Senang Lucya sambil menutup matanya membayangkan bagaimana bahagianya mereka nanti. Namun perasaannya tiba-tiba berubah menjadi rasa takut.

Saat ia membuka mata, di depannya sudah ada lautan api.

"Zeno... Apa yang..." Belum sempat kalimat Lucya selesai, gadis itu dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan.

Kekasih yang berada di pelukannya, kini dalam keadaan berdarah di sekujur tubuhnya. Aroma tubuh yang menenangkan kini menghilang hanya tercium aroma darah darinya. Tangan Lucya gemetar, mulutnya seakan membisu. Jantungnya berdetak begitu kencang, nafasnya terengah-engah.

"Zeno! Kekasihku! Bangunlah ku mohon jangan tinggalkan aku!" Teriak Lucya disertai air mata yang bercucuran.

Ia merebahkan tubuh lelaki itu di pangkuannya. Ia menatapnya dalam-dalam lalu memeriksa denyut nadinya. Dan benar saja, tak ada lagi denyut nadi di sana.

Lucya menutup mulutnya tak percaya. Ia melihat kekasihnya yang tampan kini bercucuran darah segar di wajah dan jantungnya.

"Tidak Zeno.... Tidak mungkin... Ku mohon... Bangunlah..." Lirih Lucya, ia mencoba menyembuhkan lelaki itu dengan kekuatannya namun nihil.

Lucya memeluk kepala Zeno dengan hati yang hancur berkeping-keping. Dunianya seakan runtuh sekarang. Kehidupannya sudah terenggut. Api semakin berkobar di sekelilingnya dan tangisan Lucya semakin deras.

"Zeno.... Zeno..." Lirihnya berharap lelaki itu kembali membuka mata.

"Istriku..."

DEG!

Jantung Lucya seakan berhenti begitu suara yang sangat familiar di telinganya kembali terdengar. Tangisannya berhenti, ia melihat lelaki yang di pelukannya. Tak ada tanda kehidupan darinya, jadi siapa yang bersuara itu.

"Pricilla..."

"Eh!" Lucya kenal nama itu, dan suara itu. Air matanya kembali mengalir bedanya ini bukan kesedihan tetapi kehangatan yang meleleh di dadanya.

"Zephan!" Nama itu keluar dari mulut Lucya, sosok yang menjadi pujaan hatinya.

"Pricilla..." Lucya mendongak melihat sosok itu kini tak jauh berada di depannya.

Tak ada lagi lautan api di sekelilingnya dan tak ada lagi Zeno di pangkuannya. Gadis itu tersenyum, ia sekarang ingat bahwa siapa dirinya dan tujuan hidupnya sekarang. Ia berdiri dan berlari memeluk suaminya yang telah ia rindukan.

"Aku pulang Zephan!"

To Be Continued

Hallo I'm comeback guys
Happy 6k terima kasih buat yang udah baca dan selalu stay nunggu cerita ku ini
Maaf udah lama baru up hiks
Karena aku sibuk kuliah dan pikiran ku ini baru sehat :(

Ah! Di chapter depan kita akan melihat kebucinan mereka ini ya
Hehehe

Jan lupa komen kalo bisa spam aja
Terus follow akun ku biar tau update nya
Dan vote cerita ini pokoknya

See youu :*

Male Lead Itu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang