Mulai malam itu kerajaan seberang memutuskan hubungan mereka dengan kerajaan Zeno. Dan mereka memutuskan untuk gencatan bersenjata. Rakyat cemas, begitu juga Lucya yang sedang menatap salju yang mulai turun. Sudah seminggu sejak malam itu dan dia belum bisa bertemu dengan Zeno.
Dia sangat takut, bahkan hampir setiap malam dia menangis hingga tak nafsu makan. Bukan karena trauma akan hal yang dia lihat malam itu, tapi dia takut Zeno akan menghilang darinya untuk selamanya. Firasatnya begitu buruk, meski Zeno mengatakan semua akan baik-baik saja.
Pintu terbuka menampilkan sosok yang sedang dia pikirkan. Tanpa menunggu jeda, Lucya berlari dan menghamburkan pelukan ke suaminya. Tubuhnya gemetar membuat hati Zeno sakit dan memeluknya erat.
"Ratuku, semua akan baik-baik saja~" ucapnya lembut dan mencium rambut putih itu.
"Tidak... Kau bohong... Semua tidak baik-baik saja!" Pekik Lucya di pelukannya. Zeno menangkup pipinya dan mata merahnya bertemu dengan mata keemasan yang bergetar itu.
"Dengar~ kau tau bagaimana hebatnya aku. Aku tidak akan kalah dan ini juga salah satu langkah kita untuk membangun kekaisaran" Jelas Zeno membuat mata Lucya membulat.
"Kekaisaran? Tidak. Itu jelas lebih sulit, Rajaku... Ku mohon... Jangan mengambil resiko lagi, aku tidak ingin kehilangan mu... Kau dunia ku, Zeno..." Lirih Lucya dengan air mata menetes di pipinya. Zeno menggeleng dan menyeka air mata itu dengan jarinya.
"Tidak. Kau tidak akan kehilangan ku, aku bersumpah. Karena kita sudah berjanji untuk bersama selamanya, bukan? Lucya, kau kehidupan ku~ Selama kau ada, aku juga ada di dunia ini. Jadi percayalah padaku~" Zeno mengusap lembut pipi istrinya lalu mendekatkan wajah dan mencium bibirnya lembut.
Lucya tak dapat berkata-kata lagi, seakan dia terhanyut oleh ciuman manis itu. Dia memutuskan untuk percaya dan memberikan semua hal yang dia punya kepada lelaki yang sangat dia cintai itu. Bahkan dia rela memberikan jiwanya hanya untuk Zeno.
Hari terus berganti hari, tak terasa sekarang sudah tiga bulan kemudian. Dan Zeno sudah berhasil menaklukkan beberapa kerajaan, dia sangat cerdas dan pintar dalam memimpin perang bahkan ada beberapa kerajaan yang menyerah langsung padanya. Sejenak itu membuat Lucya lega, namun dia terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa semua baik-baik saja.
Lima bulan kemudian hal yang tidak diinginkan terjadi. Malam yang terasa sepi dan menyesakkan. Lucya terbangun dari tidurnya, dia melihat sekeliling, tak ada tanda-tanda bahwa Zeno kemari. Seharusnya malam ini dia menemui Lucya seperti janji yang dia tuliskan.
Saat Lucya keluar, dia melihat tak ada penjaga di depan pintu nya bahkan di sepanjang koridor terlihat sepi dan gelap. Lucya mengeratkan jubahnya, dia tak lagi berjalan malah berlari panik. Ada bahaya, sebagai seorang peri dia peka akan hal itu.
Lucya mencoba menemukan Zeno segera, hingga saat dia melewati simpangan koridor seseorang menarik tangannya kuat dan menutup mulutnya, tapi Lucya tidak panik karena dia tau itu Zeno. Dia langsung berbalik dan memeluknya.
"Shh... Semua akan baik-baik saja~" bisik Zeno ditelinganya.
Jantung Lucya berdetak kencang dan keringatnya bercucuran. Zeno membawanya ke suatu tempat rahasia di istana. Dia telah menjelaskan pada Lucya bahwa terjadi pemberontakan di istana membuat Lucya sangat cemas. Saat menyusuri lorong gelap bawah tanah, Lucya memunculkan cahaya dari tangannya dan membimbing mereka ke pintu keluar. Tiba-tiba mata Lucya membulat ketika mendengar banyak langkah kaki di belakang mereka.
"Sial!" Pekik Zeno lalu dengan sigap menggendong tubuh Lucya lalu berlari.
Lucya dapat melihat wajah panik dan cemas dari suaminya. Mereka juga tak menyangka hal ini dapat terjadi, padahal Zeno selalu dapat merencanakan sesuatu dengan mulus. Pasti ada seseorang di balik semua ini, Lucya bersumpah akan menemukan orang itu segera setelah mereka selamat.
Namun itu hanya harapan semata Lucya, karena begitu mereka tiba di luar banyak pasukan yang sudah menodong mereka dengan pedang. Mata Lucya membulat, aneh mengapa dia tidak bisa mendeteksi ini.
Zeno menurunkan Lucya dan mengatakan padanya untuk terus di belakangnya. Jika dia terluka, dia meminta Lucya untuk mengobati nya tanpa menyentuhnya. Lucya mengerti dan pertarungan terjadi.
Zeno dengan keahlian dan ketangkasan nya menangkis semua pedang yang menyerangnya dengan pedang hitamnya. Sedangkan Lucya fokus menyalurkan kekuatannya pada Zeno di belakangnya. Semakin lama pertarungan itu semakin sulit karena mereka semakin banyak, bahkan sekarang mereka menembak panah api pada Zeno membuat keadaan di sekitar perlahan menjadi lautan api.
Setiap luka gores kian pulih hanya dalam hitungan detik berkat Lucya membuat Zeno terus maju. Hingga tiba-tiba partikel putih halu berterbangan ke arah Lucya membuat dia kehilangan penglihatannya. Zeno yang merasakan gerakan melambat panik melihat Lucya yang terduduk di tanah dan meringis kesakitan.
"Lucya!" Teriaknya panik dan berlari ke arah Lucya tanpa memikirkan apapun.
"Lucya, ada apa?! Bagian mana yang terluka?!" Panik Zeno menangkup wajah istrinya. Jantung Lucya berdetak kencang ketika tau Zeno di depannya dan dia tidak bisa memfokuskan kekuatannya. Dia mengerjap berusaha melihat jelas lelaki di depannya.
"Zeno! Apa yang....!" Sebelum sempat Lucya menyelesaikan kalimatnya, suara tusukan panah terdengar jelas di telinganya.
"Lu..Cya...." Dia menatap horor Zeno, darah mengalir dari sudut bibirnya.
"Tidak... Tidak. Tidak!!!" Pekik Lucya saat tubuh Zeno jatuh lemas ke arahnya.
Lucya, merebahkan tubuh Zeno di pangkuannya. Dia menarik anak panah itu dengan kasar dan membuangnya lalu memeluk kepala Zeno dan menempatkan tangan kanannya di dada Zeno mencoba menyalurkan kekuatannya penyembuh dengan air mata mengalir.
"Bertahanlah, suamiku... Aku akan menyelamatkan mu" mata Lucya membulat dan jantung nya seakan berhenti berdetak saat kekuatan nya tak bisa ia salurkan pada tubuh Zeno seperti ada sesuatu yang menolaknya.
"Tidak! Bekerjalah, sialan! Ayolah! Ku mohon!" Teriak Lucya dengan terus mencoba mengobati Zeno namun tak kunjung berhasil.
Panik melanda Lucya, orang yang mendekati nya perlahan terbakar dan kobaran api semakin menyala. Mata Zeno tertutup dan tubuhnya mendingin membuat Lucya hancur.
"Tidak mungkin.....Zeno, ku mohon... Buka matamu... Jangan tinggalkan aku..." Lucya terisak dan terus memeluk kepala suaminya.
"Zeno.... Zeno..." Lirih Lucya berharap lelaki itu akan menjawabnya namun nihil. Dunia Lucya hancur, tangisannya meraung-raung mengutarakan rasa sakitnya. Takdir begitu kejam, dia mempertemukan mereka dengan manis dan memisahkan mereka dengan tragis.
"Terkutuk lah, kalian.... Terkutuk lah..."lirih Lucya yang perlahan diselimuti dengan dendam dan kegelapan. Dan malam itu menjadi malam yang dikenal dengan Blood fire. Karena Lucya membumikan hanguskan orang-orang yang menyerang Zeno malam itu.
To be continued
Hay, I'm back.
Flashback end chapter depan
Aku bakal usahakan update yang rajin soalnya aku hampir selesai UAS
Tolong dukungannya Minna
Salam, Istri Matthias ehek😆
Jangan lupa vote, and komen!
Wajib!
KAMU SEDANG MEMBACA
Male Lead Itu Milikku
RomanceStatus : End Male Lead itu hidupku, satu-satunya yang dapat membuat ku bertahan di dunia yang memuakkan ini. Jika dia mati maka apalagi yang harus membuat ku bertahan? Ku kira aku mati, ternyata takdir mengizinkan ku untuk tinggal di dunianya. "Gran...