"Nyonya? Nyonya!"
"Ah, ya!" Pricilla tersentak dari lamunannya.
Dia melihat dirinya di depan cermin. Rambut putihnya dikepang, mata keemasannya bersinar cerah dipadukan dengan gaun kuning yang berlengan pendek. Namun, bercak merah di lehernya masih terlihat jelas di leher dan tulang selangkanya.
"Hey, Marie. Mengapa kau tidak memberiku gaun yang lebih tertutup?" Tanyanya dengan rona merah di pipinya.
"Ini gaun pilihan Tuan. Maafkan saya, Nyonya. Saya tak bisa membantah beliau, lagipula mulai untuk beberapa hari ke depan anda tidak akan keluar dari mansion" jawab Marie dengan penuh hormat membuat Pricilla menghela nafas panjang.
'Sampai kapan Zephan akan mengurungku di mansion ini? Sejak hari kebangkitan, aku belum pernah keluar dari mansion ini ditambah lagi kejadian kemarin' batin Pricilla meronta-ronta ingin keluar dari mansion dan berjalan-jalan di pusat kota.
Pricilla lalu keluar dari kamar disusul oleh Marie dari belakang. Dia mengerutkan keningnya saat melihat wajah baru para penjaga mansion, pasti mereka sudah dipecat oleh Zephan karena kejadian kemarin, pikirnya.
Saat sampai di depan ruang kerja Zephan, jantung Pricilla berdetak kencang. Dia gugup dan merasa tidak yaman, padahal biasanya dia selalu senang untuk bertemu suaminya.
'Sial! Ayo jangan pikirkan hal itu lagi, Pricilla!' Yakinnya pada diri sendiri lalu mendorong pintu itu.
Pandangan Zephan yang awalnya terpusat pada dokumen di tangannya kini beralih pada wanita itu. Dia bangun dari kursinya dan menuju arah Pricilla lalu memeluknya erat.
"Maafkan aku tidak ada di samping mu, saat kamu bangun" ujar Zephan diikuti anggukan kecil Pricilla.
Zephan lalu membawanya untuk duduk di sofa dan pelayan masuk mengantarkan teh dan cemilan. Zephan menarik Pricilla untuk duduk di atas pangkuannya membuat pipi wanita itu bersemu.
"Hey, lihat~ Istriku sangat cantik, dan dia hanya milikku" Ucap Zephan dengan tangannya menyentuh lembut bercak merah yang ada di leher Pricilla yang merupakan hasil perbuatannya.
"Zephan, aku ingin mengatakan sesuatu~" Gugup Pricilla sambil mengigit bibir bawahnya. Zephan yang tak tahan gerakan menggoda itu langsung mencium bibirnya dengan lapar membuat mata keemasan Pricilla melebar.
Saat Zephan menarik diri, dia bisa melihat Pricilla yang terengah-engah dengan wajah memerah. Dia hanya terkekeh puas penuh kemenangan.
"Apa yang ingin kau sampaikan, istriku?" Tanya Zephan sambil terus melihat mata Pricilla dengan dalam.
"Ekhem. Aku ingin keluar mansion. Ini sudah hampir sebulan, aku bahkan tidak tau bagaimana keadaan dunia luar." Wajah Zephan langsung berubah menjadi muram.
"Tidak. Kau tidak akan kemana-mana, Pricilla. Apa kau ingin si brengsek itu huh?" Tuduh Zephan yang mengacu pada Zeno membuat Pricilla seperti dihantam sesuatu di perutnya.
"Zephan, tidak. Apa yang kau katakan? Aku mungkin lengah kemarin membiarkannya mendekatiku. Tapi dia hanya masa lalu bukan..." Lagi-lagi Pricilla mengigit bibir dan ragu akan apa yang dia katakan.
"Aku bersumpah, alasanku ingin keluar dari mansion hanya untuk melihat dunia luar bukan melihat dia." Sambung Pricilla dengan tegas dan yakin.
Pricilla tau, bahwa Zephan sangat protektif terhadap dirinya apalagi sejak kejadian kemarin. Bahkan dia merasakan Zephan jadi mulai aneh yang terkadang membuatnya sesak seperti tadi malam.
Tadi malam dia melihat setiap dorongan dan tatapan Zephan tak menyiratkan kasih sayang melainkan obsesi yang besar. Pricilla berusaha menepis hal itu, dia berpikir itu hanya emosi sesaat karena Zephan takut kehilangannya. Dia juga meyakinkan bahwa Zephan tidak mungkin mau mengekang dirinya selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Male Lead Itu Milikku
RomanceStatus : End Male Lead itu hidupku, satu-satunya yang dapat membuat ku bertahan di dunia yang memuakkan ini. Jika dia mati maka apalagi yang harus membuat ku bertahan? Ku kira aku mati, ternyata takdir mengizinkan ku untuk tinggal di dunianya. "Gran...