Sudah dua hari Pricilla tidak keluar dari kamarnya. Dan tak terasa sudah sebulan sejak di datang ke sini. Pricilla melihat dirinya di pantulan cermin. Dia sedang didandani oleh Marie.
'Uwah. Pricilla terlalu cantik sih untuk dikatakan sebagai figuran' Bangga Pricilla menatap dirinya sendiri cukup lama.
"Sudah selesai Nyonya" Ucap Marie yang terlihat puas dengan mahakaryanya. Memang tak dapat dipungkiri bahwa penampilan Pricilla cukup menawan.
"Terima kasih Marie" Senyum puas Pricilla.
Rambut yang dibiarkan tergerai, dengan hiasan kepala permata biru serta aksesoris dengan warna permata yang sama. Dipadukan dengan gaun biru juga, tampak begitu menawan.
Sebenarnya hari ini Pricilla akan pergi menemui Permaisuri. Kemarin dia mendapatkan undangan untuk ke istana dan Zephan sudah memberikan persetujuannya. Sayangnya, dia harus pergi sendirian. Zephan sibuk dengan pekerjaannya, Pricilla pun masih belum berani bertemu dengan Zephan.
Ia juga agak ragu untuk pergi. Tetapi itu adalah perintah yang mutlak berbentuk undangan. Pricilla sudah menyiapkan hati dan mentalnya untuk pergi ke sarang musuhnya. Mungkin saja dia akan bertemu si female lead di sana.
"Ayo kita berangkat, Marie!"
_______________________
Mata Pricilla membulat, dugaannya tidak salah. Ia sekarang duduk semeja dengan Lyli yang juga diundang. Gadis itu tampak canggung, matanya tak berani bertatapan langsung dengan Pricilla.
'Ck. Dimana-mana ada tokoh utama. Menyebalkan!' Rutuk Pricilla dalam hati.
Padahal dia cukup deg-degan menghadapi Permaisuri. Sekarang ditambah lagi dengan adanya gadis itu. Lyli, gadis yang sangat disayangi oleh keluarga kekaisaran. Setiap ada acara yang dibuat di istana pasti dia selalu ada di sana. Karena apa? Karena dia tokoh utamanya.
"Anu..." Kini Lyli buka suara. Pricilla tak melihat ke arahnya, dia meminum teh yang telah disediakan.
"Ada apa Lady?" Tanya Pricilla yang masih dengan tehnya.
Namun, belum sempat Lyli melanjutkan kata-katanya. Permaisuri sudah tiba. Pricilla dengan cepat bangun dan menunduk hormat pada wanita berambut pirang itu.
"Maaf membuat kalian menunggu cukup lama" Ucap Permaisuri setelah menerima salam dari mereka.
"Tidak Yang Mulia. Kami tak menunggu lama" Lyli menyanggah dengan senyuman cerianya. Dia tampak sudah sangat akrab dengan Permaisuri.
"Ah, Lyli ku yang manis. Aku mengadakan pertemuan ini untuk lebih mengenal Grand Duchess Seyla. Terima kasih sudah hadir" Permaisuri tersenyum ramah pada Pricilla, mau tak mau gadis itu juga memberikan senyumannya.
"Saya merasa sangat terhormat Yang Mulia" Balas Pricilla yang tak mau kalah dari Lyli.
"Aku dengar kau berasal dari negeri lain, apakah itu benar? Jika boleh tau dimana negeri itu?" Pricilla panik untuk sesaat tetapi dia tau ini pasti akan terjadi. Hanya satu hal yang bisa dia lakukan yaitu bersandiwara.
"Mohon maaf Yang Mulia. Tetapi jika saya mengingat nama itu lagi maka hati saya terasa sangat perih..." Lirih Pricilla dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Bagaimana dengan kehidupan di sini? Saya rasa pasti sangat menyenangkan bukan?" Tanya Lyli yang mulai mengalihkan topik.
"Tentu. Kekaisaran ini begitu makmur, saya berterima kasih sudah diizinkan untuk tinggal di sini" Jawab Pricilla sambil menyapu pipinya dengan sapu tangan, padahal tak ada air mata di sana.
"Syukurlah. Zephan sangat beruntung bisa menikahi wanita cantik seperti dirimu. Meski asal usulnya belum diketahui" Kini Permaisuri mulai menyindirnya.
"Lihatlah seperti Lyli yang merupakan gadis yang istimewa. Keluarganya sangat terhormat, tinggal menunggu saja dia menerima hati Putra mahkota" Permaisuri terkekeh kecil sambil memegang tangan Lyli.
'Ck. Wanita tua dengan mulut yang begitu pedas ya. Belum saatnya menyerang balik' Pricilla kembali mengangkat cangkirnya.
"Anda benar. Saya juga bersyukur Grand Duke begitu mencintai saya, dia bahkan lebih memilih gadis yang berasal dari negeri lain dari pada di sini. Saya kurang tau alasannya, tapi saya selalu mencintai dia apa adanya bukan kedudukannya" Pricilla memamerkan senyuman dengan polosnya seakan tak tau apa-apa.
"Grand Duchess pasti tau bahwa Zephan memiliki darah Keluarga kekaisaran. Tapi entah mengapa seleranya begitu rendah. Aku padahal sudah memperkenalkan banyak gadis padanya tapi dia menolak. Apa itu karena ada darah rendahan padanya?" Ah, kali ini rasanya Pricilla ingin menggebrak meja. Kesabarannya diambang batas, ia mengepalkan tangan.
"Apakah kehidupan yang dihabiskan suami saya di Medan pertemuan belum cukup untuk membuat keluarga kekaisaran puas?" Kini Pricilla menatap tajam Permaisuri.
"Apa?!" Permaisuri tak percaya gadis itu seakan menusuknya dengan tatapan itu.
"Mohon maafkan saya Permaisuri. Saya nampaknya terlalu emosi saat suami dihina. Jika seluruh dunia menghina bahkan mencaci maki saya itu tak apa. Tapi jika sampai itu terjadi pada suami saya, itu tak bisa dibiarkan. Saya permisi, saya tidak ingin mengeluarkan omong kosong lagi." Pricilla pergi dari sana dengan amarahnya. Permaisuri tampak kesal akan sikap Pricilla. Dia cukup membenci Zephan dan sekarang gadis itu yang selanjutnya.
"Wanita kurang ajar" Gumam Permaisuri. Lyli dengan cepat berusaha menenangkan amarahnya.
"Permaisuri maukah anda mencoba kue ini?"
___________________________
Pricilla tak tau lagi kemana yang dia tuju. Dia sampai di lorong yang sepi.
"Sialan! Jika saja dia bukan orang penting akan kucabik-cabik mulutnya itu! Beraninya dia menghina suamiku!" Ucap Pricilla dengan sedikit berteriak.
Dia harus menenangkan amarahnya dulu. Pricilla menarik nafas, lalu menghembuskan dengan perlahan. Saat dirasa sudah cukup tenang, Pricilla baru saja tersadar.
"Dimana ini?"
To Be Continued
Hay guys aku up lagi hehe seperti janji bakal aku kejar sampe end
Doakan semoga lebaran kalian bisa baca lengkap cerita ini😫✋
Follow ig aku wp_pencintafiksi
Follow juga akun Wattpad ku ini
Jangan lupa vote and komen
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Male Lead Itu Milikku
RomanceStatus : End Male Lead itu hidupku, satu-satunya yang dapat membuat ku bertahan di dunia yang memuakkan ini. Jika dia mati maka apalagi yang harus membuat ku bertahan? Ku kira aku mati, ternyata takdir mengizinkan ku untuk tinggal di dunianya. "Gran...