Langkah Zephan tegas dan cepat menuju pintu mansion. Firasatnya tidak enak, bahkan saat dia masuk ke dalam. Dia mendapati suasana mansion sepi membuat mata merahnya menyala. Di sepanjang koridor dia tak melihat ada satupun penjaga.
"Sialan! Kemana perginya manusia-manusia tidak berguna itu!" Rutuknya dengan cepat pergi ke kamar.
Saat pintu kamar terbuka, Zephan hanya menemukan kekosongan di sana. Adrenalinnya meningkat dan jantungnya berdetak kencang. Kakinya langsung mengarah ke ruang tamu meski dia tidak tau ada apa di sana. Tapi yang hanya dia pikirkan sekarang 'Istrinya'.
Brak!
Begitu pintu terbuka, mata merah Zephan menyala-nyala melihat wanitanya berada di pelukan pria lain dan terlihat rentan dengan wajah sembab. Tanpa perlu memikirkan apapun lagi, dia mengeluarkan pedangnya dan mengarahkan ke belakang leher laki-laki berambut putih itu.
"Hari ini. Aku pastikan, akan membunuhmu karena telah menyentuh wanitaku, keparat!" Teriak Zephan dengan urat leher yang menonjol dan genggaman pedangnya bertambah erat, siap untuk memotong apapun dengan sekali tebasan.
Namun, Zephan hanya mendapati tawaan mengejek dari lawannya itu.
"Pfft~ Jangan konyol Grand Duke. Sejak awal dia milikku." Zeno berbalik dan menggendong Pricilla yang tak sadarkan diri di pelukannya.
"Bajingan!" Zephan naik pitam dan langsung menyerang Zeno dengan pedangnya.
Zeno dengan mudah menghindar meski Pricilla di pelukannya. Dia dengan gesit bergerak seakan tubuhnya seringan angin. Dia tertawa remeh saat Zephan dengan agresif menyerangnya. Namun dia terlalu meremehkan Zephan yang dikenal sebagai monster Medan perang.
Zephan menyeringai saat dia berhasil melukai bahu Zeno membuat dahi laki-laki itu berkerut.
"Sial!" Rutuk Zeno karena luka itu sangat sakit dan panas. Bahkan dia tak bisa menyembuhkannya dengan kekuatan pemulihannya.
Saat merasa mendapatkan celah, Zephan segera mengacungkan ujung pedangnya ke wajah Zeno. Dengan cepat, Zeno melemparkan tubuh Pricilla ke arahnya membuat Zephan tersentak dan membuang pedangnya lalu menangkap tubuh istrinya.
"Pricilla!" Teriaknya begitu berhasil menangkap Pricilla ke dalam pelukannya. Saat dia melihat Zeno sekali lagi, lelaki itu sudah menghilang tanpa jejak.
"Si brengsek itu! Jika sampai aku bertemu dengannya lagi aku akan benar-benar membunuh nya!" Ucap Zephan penuh tekanan dan mencium bibir Pricilla yang masih belum sadar.
________________________________
Sinar bulan masuk melalui celah-celah jendela, mata keemasan Pricilla terbuka. Dia melihat langit-langit kamarnya dan melihat sekeliling lalu menemukan Zephan yang sedang duduk di sofa dengan wajah dingin. Pandangan laki-laki itu ke arah luar jendela seakan menunggu sesuatu yang dia benci muncul. Dia meneguk wine lalu mengalihkan pandangan pada Pricilla.
"Syukurlah kau sudah bangun, istriku." Zephan berjalan ke arah ranjang dan duduk di tepinya. Pandangannya tak seperti biasanya, dia melihat Pricilla dengan tatapan posesif lalu mengusap pipi pink itu.
"Zephan..." Lidah Pricilla seakan Kelu karena tatapan Zephan yang membebaninya.
Ingatan sebelum ini terlintas di kepalanya. Mata keemasannya gemetar saat dia mengulang kembali ingatan masa lalunya. Perasaan bingung dan gelisah melandanya. Pricilla bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk bersandar di kepala ranjang.
"Ku mohon, jangan katakan apapun yang membuat kau dan aku sakit, Pricilla!" Seru Zephan lalu tangannya meraih tangan Pricilla dan menciumnya penuh pengabdian.
Zephan tau, apa yang wanita itu pikirkan dan dia juga tau itu akan menjadi menyakitkan untuk mereka berdua. Pricilla hanya bisa mengigit bibirnya tanpa bisa mengatakan apapun. Cintanya kepada sang suami diuji oleh takdir. Dia jadi bingung siapa dia dan siapa yang sebenarnya dia cintai.
Zephan dan Zeno. Dua nama yang mengguncang tubuh dan pikirannya. Beban masa lalu begitu berat hingga membuat Pricilla takut untuk maju. Padahal dia sangat percaya diri untuk mencintai Zephan seumur hidupnya, tapi bagaimana jika sebenarnya dia hidup untuk lelaki lain, bukan Zephan, melainkan Zeno.
"Cukup. Aku akan membuat mu tak bisa mengingat seseorang selain aku, Pricilla~" Zephan mencondongkan tubuhnya lalu mencium bibir Pricilla dengan penuh rasa lapar.
Dia menarik tubuh mungil gadis itu ke pelukannya lalu menekannya ke atas kasur. Pricilla sangat kewalahan oleh ciuman itu hingga rasanya pikirannya meleleh. Dia bisa merasakan sentuhan Zephan di seluruh tubuhnya. Zephan menarik diri lalu memposisikan diri di antara kaki Pricilla dan membuka kemejanya, menampilkan tubuhnya yang terpahat, hasil dari pertempuran dan pertarungan yang panjang.
Dia membungkuk dan berbisik di telinga Pricilla.
"Katakan kau menginginkan ku, Pricilla~ Hanya aku~" seringai Zephan membuat tulang punggung Pricilla merinding. Mata merahnya menyala akan nafsu yang menyeret Pricilla ke dalamnya.
"Yeah~ aku sangat menginginkan mu, Zephan~" bisik Pricilla dengan terengah-engah. Zephan menyeringai lebar dan melancarkan aksinya.
Dia mulai mengikat Pricilla dengan dirinya, rasa posesif nya kini beralih menjadi obsesi yang menggila. Dia pastikan akan mengukir tanda kepemilikannya di tubuh dan jiwa Pricilla.
"Hah... Kau milikku, Pricilla. Dan ku pastikan kau tidak akan melupakan itu!"
_________________________
Zephan duduk di tepi ranjang, dia melihat istrinya tertidur lelap dengan tubuh terbukanya di tutupi selimut setelah pertemuan intim mereka. Zephan mengancingkan kembali kemejanya lalu berjalan keluar dari kamar. Dia menutup pintu perlahan agar Pricilla tidak terbangun.
"Pastikan tidak ada lalat yang masuk lagi menganggunya. Aku memaafkan mu karena Pricilla akan sedih jika kamu tiba-tiba menghilang dari muka bumi ini." Ketus Zephan pada Marie yang menunduk ketakutan.
"Ba-baik, tuan" suara Marie gemetar dan masuk ke dalam kamar untuk mengawasi Pricilla.
Zephan pergi menuju sebuah ruangan rahasia milik keluarganya turun temurun. Tempat itu berada di ruang bawah tanah, di sana gelap dan hanya disinari oleh obor. Udara di sekitar terasa menyesakkan dan banyak jeruji besi di sana.
Zephan sampai di hadapan para penjaga mansion yang dengan tubuh bergetar merasakan aura mematikannya. Penjaga itu hanya memakai polosan kemeja dan mereka berlutut. Jika dihitung itu ada sepuluh orang dengan tubuh tegap.
"Kurasa kalian pasti sudah tau akhir dari semua ini. Untuk kedua kalinya, kalian ceroboh dan membiarkan milikku disentuh oleh lalat menjijikan." Suara Zephan dingin dan dia duduk di kursi dengan menyilangkan kaki bertanda keangkuhannya sebagai penguasa.
Tak ada satupun yang berani membantah. Sebelum di bawa kemari, mereka sudah menjelaskan bahwa mereka tiba-tiba tersadar di kamar masing-masing seakan mereka tak pernah menjaga mansion dan tertidur lelap. Zephan tau itu, selama bertahun-tahun tak ada yang bisa menerobos mansionnya seperti ini jika bukan karena sesuatu yang tak terlihat.
Tapi tetap saja, dia tak bisa memaafkan ini. Zephan sangat marah bahkan rasanya dia ingin membunuh semua orang di mansion ini karena telah teledor. Dia bahkan tidak ingat kapan dia pernah seperti ini. Mata Zephan menyala, kebencian memenuhinya saat menyadari seseorang berani mengusik apa yang menjadi miliknya.
"Habisi mereka" pintanya dengan nada dingin pada algojo lalu menyaksikan darah-darah mulai melumuri tempat itu.
To be continued
Hallo aku up lagi karena aku lagi sayang kalian ehek 😋
Siapa yang ga expect Zephan bakal gini? Angkat tangan ✋
Aku padahal udah pernah bilang kalo Zephan bakal red flag hehe
Tinggalin pendapat kalian aja deh~ kalo aku mood baca komen kalian besok Insha Allah aku up lagi wheheh
Jangan lupa Follow, Vote and komen
See you
By istri Matthias 😋
![](https://img.wattpad.com/cover/333628670-288-k517864.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Male Lead Itu Milikku
RomanceStatus : End Male Lead itu hidupku, satu-satunya yang dapat membuat ku bertahan di dunia yang memuakkan ini. Jika dia mati maka apalagi yang harus membuat ku bertahan? Ku kira aku mati, ternyata takdir mengizinkan ku untuk tinggal di dunianya. "Gran...