Murka

3.3K 156 1
                                    

"Deril lebih baik kamu hubungi keluarga Revander sekarang saja mumpung cucu kita sedang tertidur"pinta nyonya Dewi.

Tuan Deril yang sedang memperhatikan wajah damai cucunya pun menoleh menatap istrinya. "Baiklah, aku hubungi mereka dulu"nyonya Dewi mengangguk.

Tuan Deril mengeluarkan ponselnya, mengutak-atik benda pipi itu mencari nomor besannya kemudian menyambungkan dengan tuan Hendra tidak lupa juga me-loadspiker ponselnya agar istrinya bisa mendengarkan pembicaraan Mereka.

"Selamat siang tuan Deril? Ada apa gerangan menghubungi saya? Tidak biasanya anda menghubungi saya secara pribadi seperti ini!"

"Selamat siang tuan Hendra, saya ingin memberitahukan hal penting pada anda mungkin ini akan membuat anda murka pada putra bungsu anda"jawab tuan Deril berusaha se formal mungkin dengan besannya.

Di sebrang sana tuan Hendra tampak mengerutkan keningnya bingung, entah kenapa perasaan nya tiba-tiba tidak enak.

"Apa maksud anda?"

Tuan Deril menghela nafasnya. "Ini menyangkut tentang cucu perempuan kita"

Mendengar nama cucu kesayangannya di sebut membuat tuan Hendra semakin cemas.

"Apa yang terjadi dengan cucu perempuan saya tuan Deril?"

"Saya akan menceritakannya tapi sebelumnya saya mohon anda tahan emosi anda, setelah sambungan telpon kita terputus nanti itu terserah anda ingin melakukan apa pada putra anda"

"Baik saya mengerti, jadi ada apa dengan cucu perempuan saya?"

Tuan Deril menceritakan semuanya dari mulai setelah kematian nyonya Alisa, kedatangan Nindy dan putrinya, kelakukan semena-mena Damian dan ketiga putranya, fitnah yang selalu di berikan pasangan ibu dan anak itu pada Ziva sampai akhirnya Ziva yang hampir mati karna pembullyan dan keluarganya sama sekali tidak peduli pada Ziva.

Di sebrang sana tuan Hendra berusaha menahan amarahnya mendengar cerita besannya, dia tidak menyangka putra bungsunya bisa mengingkari janjinya sendiri.

"Aku tidak menyangka putra ku sendiri melakukan hal kejam ini pada putri kandungnya sendiri dan bahkan lebih memihak dua ular itu"gumam tuan Hendra dalam hati.

"Tuan Hendra? Apa anda masih ada di sana?"tanya tuan Deril karna setelah selesai dia bercerita, tuan Hendra sama sekali tidak bersuara membuatnya khawatir takut besannya itu memiliki penyakit jantung.

"Ah ya saya masih di sini, maaf saya tidak fokus"

Tuan Deril menghela nafas lega. "Tidak masalah, saya hanya ingin memberitahukan ini pada anda dan untuk seterusnya cucu perempuan saya akan tinggal di mansion Keluarga Wijaya"

"Baik tuan Deril saya mengerti, untuk masalah Damian biar saya yang mengurus anak bodoh itu, saya akan menghukum anak tidak tau diri itu"

"Baiklah, kalo begitu saya sudahi sambungan telepon nya. Selamat siang tuan Hendra"

"Selamat siang kembali tuan Deril"

Tut~

Sambungan terputus. "Sudah aku hubungi, kamu tenang saja tuan Hendra akan menghukum menantu kesayangan kita"nyonya Dewi mengangguk.

*****

Di sisi lain, di kediaman utama Revander saat ini tuan Hendra menghela nafasnya berusaha menetralkan emosinya yang hendak meluap setelah mendengar cerita dari besannya tadi.

Ceklek~

"Ada apa dengan mu suami ku? Kenapa wajah mu tampak seperti menahan marah?"tanya seorang wanita paruh baya.

Black Diamond & ZivannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang