Murka(2)

3.5K 167 2
                                    

Kini Damian berada di ruang kerjanya sendirian, dia masih memikirkan kata-kata ayahnya tadi siang. Apa dirinya sudah keterlaluan pada putrinya? Tapi putrinya lah yang telah membunuh istrinya seharusnya itu pantas putrinya dapatkan.

Ceklek~

"Pa?"

Theo masuk ke dalam ruang kerja Damian membuat pria itu mendongak dan menatap putra sulungnya.

"Ada apa papa memanggil ku?"tanya Theo mendudukan dirinya di sofa yang ada di sana.

"Tadi kakek mu menghubungi papa, kakek mu meminta kita datang ke mansion utama Revander malam ini juga"

Mendengar itu Theo hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Lalu? Apa masalah nya?"tanya Theo kembali.

Damian menghela nafasnya. "Seperti nya nenek dan kakek mu sudah mengetahui keadaan anak itu selama di mansion kita, kakek mu bilang anak itu hampir mati terbakar"

Theo cukup terkejut mendengar itu tapi dengan cepat dia mentralkan kembali raut wajahnya seperti semula. Sebenernya di antara mereka Theo tidak pernah menyakiti Zivanna asli dia diam saat Zivanna di kucilkan oleh keluarganya karna dia memiliki ego yang lebih tinggi di banding kasih sayangnya.

"Ekhem... Lalu bagaimana dengan istri papa dan putrinya? Apa mereka berdua akan ikut?"tanya Theo, belum pernah sekali pun Theo memanggil Nindy dengan panggilan mama atau mommy dia juga tidak pernah memanggil Cindy dengan namanya.

Menurutnya yang pantas di panggil seperti itu olehnya hanyalah mendiang ibunya saja dan mungkin saja nanti untuk ibu mertuanya juga.

Damian menghela nafasnya, seperti nya Theo belum bisa menerima kehadiran Nindy dan Cindy terbukti sampai sekarang putra sulungnya itu tidak pernah mau memanggil Nindy dengan panggilan yang seharusnya dan tidak pernah memanggil Cindy dengan nama gadis itu sendiri.

Walaupun begitu Theo tidak pernah menolak atau bahkan bersikap tidak sopan pada Nindy dan Cindy, Theo tampak menyayangi Cindy walaupun masih terkesan dingin.

Theo melakukan itu semata-mata agar ayahnya tidak berisik menyuruh nya bersopan santun pada Nindy dan menyuruh nya memperlakukan Cindy seperti adik kandung nya sendiri.

"Mereka berdua tidak akan ikut, kakek mu melarang papa untuk membawa mereka"jawabnya, Theo mengangguk mengerti. "Sebentar lagi Jefri akan pulang dan papa juga sudah menghubungi Mark agar cepat pulang"lanjutnya.

Theo menganggukkan kepalanya lalu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dan memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak.

*****

Sore hari di Savior's Hospital...

Nyonya Dewi sedang berada di kamar inap cucu perempuannya yang saat ini sedang terbaring, seluruh tubuh Zivanna masih di liliti oleh kain kasa Ziva sudah tampak seperti mumi.

Bedanya jika tadi kain kasa itu untuk menutupi luka-lukanya sedangkan kini Ziva memakainya karna tubuhnya telah melakukan operasi plastik karna luka di tubuhnya dengan cepat mengering.

Tinggal satu tahap operasi lagi untuk menghilangkan semua luka Ziva dengan sempurna.

Kini Ziva masih dalam pengaruh obat bius, dokter juga menyarankan agar Ziva jangan terlalu banyak bergerak lebih dulu karna bekas operasi nya masih basah.

Pukul 19.00 nanti tuan dan nyonya besar Wijaya akan pergi ke kediaman utama Revander, untuk Zivanna akan di jaga oleh Bi Rini dan pak Tatang (suami bi Rini).

"Sayang, ayo kita pulang bi Rini dan pak Tatang sudah datang. Kita harus bersiap untuk datang ke mansion utama Revander"ajak tuan Deril yang baru datang bersama bi Rini dan pak Tatang.

Black Diamond & ZivannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang