Susunan Rencana

3.1K 141 2
                                    

Sepulang dari rumah sakit Theo pergi ke kantor ayahnya untuk memberitahu kan jika Ziva benar-benar pulang ke mansion utama Wijaya.

Setiap langkah nya memasuki gedung kantor bertingkat milik ayahnya, semua karyawan membungkuk hormat padanya yang hanya di balas dengan wajah datarnya saja.

"Bayu, apa papa ku ada di dalam?"tanya Theo pada sekertaris ayahnya.

"Ada, tuan muda beliau baru saja selesai meeting. Apa anda mau bertemu dengan beliau sekarang?"Theo mengangguk, Bayu mengantar Theo ke ruangan Damian.

Tok...tok...tok~

"Masuk"

Mendengar suara jawaban dari dalam Bayu membukakan pintu untuk Theo. "Tuan, tuan muda Theo datang"beritahu Bayu membuat pria itu mendongak.

"Kamu boleh kembali Bayu"titah Damian yang langsung di patuhi, pintu ruangan kembali di tutup. "Ada apa Theo? Kenapa kamu datang ke kantor papa? Apa ada masalah dengan perusahaan mu?"tanya Damian.

"Pa ini soal Anna"ucapnya membuat wajah Damian semakin datar.

"Ada apa dengan anak itu? Apa dia sudah mati?"pertanyaan itu seharusnya tidak pernah keluar dari mulut seorang ayah tapi kali ini Damian melakukan nya, rasa bencinya pada Ziva asli begitu besar sampai dia menutup fakta jika Zivanna adalah anak kandungnya.

"Pa kenapa papa berkata seperti itu? Dia putri papa juga, sejahat-jahatnya dia Anna tetap darah daging papa sendiri, bagaimana juga dia lahir di rahim mama, apa pantas seorang ayah bertanya seperti itu?!"geram Theo.

"Papa tidak mau berdebat kali ini Theo, papa tidak peduli kamu mau membela dia atau tidak. Sekarang katakan, apa yang di lakukan pembunuh itu?"

Theo menghela nafasnya. "Anna benar-benar akan tinggal di mansion utama Wijaya pa"ucapnya.

Brak~

"APA? Anak itu benar-benar akan tinggal di sana?"bentak Damian.

"Iya pa dia bahkan menolak ajakan aku untuk pulang ke mansion kita"jawabnya.

"Bagaimana bisa anak itu lebih memilih kembali tinggal di mansion utama Wijaya dari pada pulang ke mansion nya sendiri? Apa dia tidak punya rumah? Sampai harus kembali ke mansion utama Wijaya!!"Theo yang melihat ayahnya marah merasa tak nyaman.

"Papa sadar, selama ini Anna memang tidak pernah memiliki rumah ternyamannya selama di mansion. Selama ini kita tidak pernah memperlakukannya dengan baik pa, menganggap nya seolah bukan anggota keluarga kita, padahal kita tau dia adalah Keluarga kandung kita, Keluarga perempuan satu-satunya yang berbagi darah dengan kita"

"Anna tidak pernah mendapatkan hak nya menjadi seorang anak selama dia berada di mansion kita pa, di saat anak seusianya mendapatkan kasih sayang melimpah dari orang tuanya sedangkan Anna sendiri hanya mendapatkan pukulan, cacian, hinaan dan sumpah serapah untuknya, setiap hari dia harus menahan rasa sakitnya agar dia bisa mendapatkan kasih sayang kita"jelas Theo dengan air mata yang sudah meluruh.

Entah kenapa Damian merasa hatinya berdenyut nyeri mendengar ucapan Theo walaupun Theo juga sama-sama mengabaikan nya tapi Theo tidak pernah berkata kasar atau hinaan kebencian untuk Ziva asli, Theo hanya diam dan bersikap dingin pada Ziva asli.

Theo juga tidak begitu membenci adik bungsunya itu, dia mengabaikan Ziva karna gadis itu tidak berani melawan pada orang-orang yang telah menuduhnya, sebenarnya Theo tau sesuatu hanya saja dia diam menunggu Ziva sendiri yang berkata jujur.

Jika hanya dia yang berjuang maka itu akan sia-sia, mereka tidak akan percaya padanya terlebih lagi bukti belum dia dapatkan semuanya. Iya, selama 12 tahun ini Theo selalu mencari banyak bukti untuk mengembalikan nama baik Ziva asli walaupun selama ini sikap dia selalu dingin pada Ziva asli tapi percayalah, masih ada sedikit kasih sayang untuk Ziva.

Black Diamond & ZivannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang