Flashback on.
Bel pulang sudah berbunyi, semua murid segera membereskan barang-barang mereka untuk segera pulang. Ziva dan Karina menunggu teman kelasnya keluar semua lebih dulu baru setelah nya mereka berdua keluar terakhir, Ziva sudah mengganti roknya menjadi celana jins yang tadi pagi dia pakai saat berangkat.
"Mau bareng?"tanya Ziva pada Karina.
"Enggak deh na, gue hari ini di jemput ada pertemuan keluarga juga"jawab Karina.
"Butik?"Karina mengangguk.
"Iya, semalem nyokap gue ngasih tau kalo nanti pulang sekolah gue di jemput supir buat langsung ke butik"Ziva mengangguk mengerti.
Mereka terdiam sampai suara dering ponsel milik Ziva mengalihkan perhatian kedua gadis cantik itu. Tanpa melihat siapa si penelpon pun, Ziva langsung mengangkat nya.
Selagi Karina menunggu Ziva menelpon, suara dentingan tanda notifikasi pesan masuk dari ponsel nya berbunyi langsung dia buka yang ternyata pesan masuk dari sang ibu.
"Buset cuman di read dong, emang bener-bener emak gue ya!! untung cakep"gerutunya pelan saat melihat pesan terakhirnya hanya di lihat oleh ibunya.Karina mematikan ponsel bersamaan dengan itu Ziva memutuskan sambungan nya, dia sedikit mendengar pembicaraan Ziva dengan orang di sebrang sana.
"Siapa? Kayanya Lo lagi ngintai orang?"tanya Karina penasaran.
"Nanti gue ceritain di waktu yang pas"jawab Ziva acuh, Karina hanya menganggukkan kepalanya saja, dia tidak bisa memaksa Ziva untuk menceritakan rahasianya, Karina mengerti tidak semua rahasia bisa di ceritakan dengan orang terdekat karna masing-masing orang memiliki privasi nya sendiri.
"Eh gue duluan ya na, jemputan gue udah ada di depan gerbang"ucap Karina yang di jawab anggukan kepala saja oleh Ziva, Karina lalu berlari menuju ke depan gerbang.
Terlihat di sana sebuah mobil Ferrari berwarna hitam terparkir di depan pagar sekolah, itu mobil ayahnya yang selalu di gunakan untuk antar jemput dirinya dan juga adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Diamond & Zivanna
Teen FictionAziva Nanda Wirata, seorang Queen of Black Diamond yang terkenal dengan kekejamannya, kepintaran dan ketangkasan nya dalam bertarung harus mati mengenaskan di tangan kakak tirinya sendiri. Yang dia anggap seperti kakak kandungnya sendiri, tidak pern...