Perubahan

3.5K 160 1
                                    

Sudah lebih dari 1 bulan 2 Minggu Zivanna tidak masuk sekolah selama 2 Minggu juga tuan dan nyonya besar Revander serta Wijaya bergantian menjenguk Zivanna, paman dan bibi Zivanna juga tidak lupa selalu menjenguk Zivanna dan menemani gadis itu selama penyembuhannya.

"Mom kapan aunty Anna sembuh? Cia kangen main bareng sama aunty"tanya Caca pada Fanessa.

Fanessa mengusap kepala putrinya lembut. "Sebentar lagi juga aunty Anna sembuh kok sayang"jawabnya dengan senyuman manisnya.

Fanessa tidak berbohong, dokter Dimas bilang jika Ziva hanya butuh waktu beberapa hari lagi untuk pemulihan nya setelah itu Ziva akan melakukan operasi laser untuk menghilangkan semua lukanya agar tubuh Zivanna kembali seperti semula.

Zivanna sudah bisa membuka kain kasa yang melilit tubuhnya walaupun Ziva masih belum boleh keluar dari ruangan rawatnya karna takut lukanya yang sudah mulai mengering akan terkena debu dan akhirnya lukanya kembali parah.

Besok sore dokter Dimas dan rekannya akan melakukan operasi laser karna luka Ziva sudah mulai mengering.

"Tadi gimana di sekolahnya? Ada yang nakal gak sama Cia hm?"tanya Nessa lembut.

"Gak ada mom, kan ada Abang yang jagain cia"jawabnya bangga. "Abang bilang juga kalo kita gak boleh takut kalo ada yang gangguin cia balas aja jangan takut"

Fanessa tersenyum. "Anak pinter, tadi Cia jajan apa di sekolah?"tanya Fanessa lagi.

"Tadi Cia jajan banyak mom tapi uang jajan Cia masih ada kok"jawabnya lalu merogoh saku tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan 20 ribu dan 5 ribu.

"Pinter, sisanya di tabung ya sayang! Inget kan apa yang sering mommy bilang?"Caca mengangguk.

"Sisa uang jajan cia harus di tabung kan?"Fanessa mengangguk.

"Biar kamu bisa belajar menghargai uang, biar kamu juga gak sering menghamburkan uang kalo mommy atau Daddy memberikan kamu banyak uang jajan"jelas Fanessa.

Caca mengangguk. "Iya mommy cia ngerti kok"Fanessa tersenyum.

"Pinter"pujinya lalu mengecup pipi putri bungsunya.

Ceklek~

"Kalian sudah makan siang?"pasangan ibu dan anak itu menoleh ke asal suara, di sana Dirga berjalan dengan Tio yang di gandengnya.

"Daddy"teriak Caca berlari ke arah Dirga yang segera menangkap tubuh kecil putri nya dan menggendongnya.

Dirga mencium wajah Caca bertubi-tubi. "Kenapa lari sayang? Nanti kalo jatuh gimana?"

Caca terkikik. "Kan ada Daddy"Dirga menggelengkan kepalanya.

Tatapannya beralih menatap istrinya yang melangkah mendekati nya. "Kalian sudah makan siang?"tanya Dirga sekali lagi.

"Belum, aku dan cia nunggu kamu sama Tio pulang"jawab Fanessa.

"Yaudah kalo gitu aku ke restoran depan rumah sakit dulu, beli makanan untuk kita. Kita makan di sini aja"ucap Dirga.

Fanessa mengangguk. "Biar aku dan Tio menunggu di sini"

"Kamu sama Tio mau makan apa?"tanya Dirga.

"Aku apa saja yang penting kenyang"jawab Fanessa.

"Tio juga dad, tapi jangan yang pedes"sahut Tio.

"Oke, tunggu ya Daddy pergi beli makanan dulu dengan cia"Tio mengangguk, Dirga pergi keluar ruangan inap Ziva dengan Caca di gendongan nya.

Fanessa membawa putranya untuk duduk di sofa, beberapa menit Fanessa duduk di sofa Ziva membuka matanya.

Fanessa segera mendekati Ziva. "Kamu sudah bangun sayang? Apa tidur mu nyenyak?"tanya Fanessa.

Black Diamond & ZivannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang