Kekacauan

3.2K 135 0
                                    

Waktu terasa begitu lambat bagi para siswa yang mulai semakin tertekan karna pertanyaan dan soal-soal yang terus sang guru berikan pada mereka, pembahasan yang sangat amat membuat mereka pusing dan tidak bisa fokus karna perut yang kosong.

Berbeda dengan Ziva yang dengan santainya mengerjakan tugas yang di berikan guru dengan mudah tanpa berfikir dua kali, di saat semua temannya sedang sibuk menghitung dan mengeluh, Ziva sudah selesai dengan waktu kurang 1 menit.

Mereka melongo melihat Ziva yang berjalan mendekati meja guru dan menuliskan jawaban di papan tulis sesuai yang di kerjakan di bukunya atas perintah gurunya, Ziva kembali ke bangkunya setelah menyelesaikan tugasnya.

"Baik, simpan pensil kalian di atas meja. Lihat, dengarkan dan cermati jawaban yang teman kalian buat"ucap guru itu membuat mereka langsung berpusat ke depan.

Guru tersebut menjelaskan bagaimana mana cara menghitung soal yang dia berikan tadi, menjelaskan jawaban yang telah Ziva tulis di papan tulis dengan jelas.

"Apa ada yang masih tidak mengerti?"tanya guru itu setelah menyelesaikan penjelasannya.

Tidak ada yang menjawab. "Baik jika tidak ada, bapak tutup pelajaran hari ini, bel istirahat pertama sebentar lagi akan bunyi, bapak beri kalian tugas supaya kalian ada kerjaan di rumah biar gak main terus"

"Yah mr kok ada pr?"seru seorang siswa dengan lesu.

"Ya ada lah, biar kamu gak main game Mulu Fadhil"balas guru itu. "Oke lanjut, kalian buka halaman 120 kerjakan soal nomor 3 sampai 5, tuh saya baik kan ngasih pr nya sedikit?"

"Iya dikit, tapi beranak cucu"balas siswa berkulit paling hitam.

Guru itu terkekeh. "Yasudah kalo begitu saya pamit undur diri, ingat kerjakan pr kalian jika saya tau ada yang tidak mengerjakan nya, siap-siap bersihkan semua toilet yang ada di SHS, mengerti?"ancamnya.

"Mengerti Mr"

"Bagus, selamat mengerjakan tugas anak-anak sampai jumpa di Minggu depan ya"seru guru itu riang seraya keluar dari kelas.

Tak lama beberapa menit dari itu bel istirahat berbunyi, mereka berhamburan ke luar kelas. Yang tersisa hanya Ziva sendiri di kelas, dia terlalu malas untuk keluar kelas apalagi pasti di kantin ramai sekali, Ziva sangat benci keramaian.

Ziva memilih menelungkupkan kepalanya ke lipatan tangan, belum sempat dia memejamkan matanya, suara dobrakan pintu kelas membuat nya harus terpaksa mendongakkan kepalanya.

BRAK~

"ANNAAAAA"

Ziva memicingkan matanya mencoba mengingat siapa gadis yang berlari ke arahnya dengan air mata yang sudah mengalir. "Ah ternyata dia Karina"gumamnya dalam hati.

Bruk~

Karina menubruk tubuh ziva dan memeluknya erat, terdengar Isak tangis dari mulut gadis cantik itu.

"Maaf maaf Anna maafin aku hiks...hiks aku gagal jagain kamu Anna hiks sampe kamu hampir mati kebakar maafin aku Anna maafin aku hiks...hiks"Karina menangis sesegukan.

Mau tidak mau Ziva membalas pelukan Karina dan mengusap punggung gadis itu.

"Aku hampir aja nerobos masuk waktu denger kamu ada di dalem gudang waktu kebakaran itu, aku depresi denger kabar kamu gak selamat dan hanya ada sepatu kamu yang udah meleleh di sana"

"Maafin aku Anna maafin aku hiks...hiks"isaknya, perasaan bersalah karna saat itu dirinya yang meninggalkan Zivanna asli di luar toilet untuk menunggu nya.

"It's okey, semuanya udah terjadi juga gue gak papa kok"jawabnya berusaha menenangkan Karina.

Karina melepaskan pelukannya, menatap Ziva terkejut karna kosa kata Ziva yang tidak biasanya. "A-anna? G-gue?"

Black Diamond & ZivannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang