Pagi yang cerah, Ziva sudah siap dengan seragam sekolahnya dengan Hoodie biru tua yang dia kenakan dan celana jins hitam yang nantinya akan dia lepas di sekolah, rambut yang dia kucir kuda dan menyisakan beberapa helai rambut di sisi kanan kirinya.
Menyemprotkan parfum di beberapa sisi tubuhnya dan selesai, Ziva keluar dari kamarnya memasuki lift menuju lantai dasar, setelah lift terbuka Ziva keluar berjalan menuju ruang makan.
Di sana sudah ada nyonya Dewi dan tuan Deril yang menunggunya, Ziva tersenyum manis melihat itu.
"Selamat pagi Oma, opa"sapa nya mencium pipi pasangan paruh baya itu membuat keduanya tersenyum.
"Pagi sayang, tadinya Oma mau ke kamar kamu buat bangunin kamu tapi ternyata cucu Oma udah duluan turun"ucap nyonya Dewi seraya mencubit pipi ziva gemas, gadis itu hanya terkikik kecil.
"Ziva gak mau ngerepotin Oma sama opa, jadi mulai sekarang Ziva mau bangun sendiri aja, Ziva udah pasang alarm kok biar gak telat"balas Ziva membuat kedua pasangan paruh baya itu tersenyum bangga.
"Iya sayang gak papa, mending sekarang kita mulai sarapan nya yuk takutnya nanti kamu telat, Deril silahkan di mulai"ucap nyonya Dewi.
Mereka berdoa sebelum makan yang di pimpin oleh tuan Deril. Selesai sarapan Ziva pamit pergi sekolah dengan motor sport nya.
Sesampainya di parkiran sekolah, seperti biasa mereka akan heboh jika menyangkut para most wanted boy SHS, di sana mereka tampak berkerumun seperti nya para most wanted itu ada di sana.
Mereka yang mendengar suara deru mesin motor lain pun mengalihkan perhatiannya, bukan hanya Ziva dan kelima most wanted boy saja yang memiliki motor sport, siswa lain pun memiliki nya hanya saja suara motor Ziva lebih kencang dan lebih menarik perhatian mereka.
Ziva melepaskan helmnya, turun dari motor dan berjalan melewati para most wanted yang masih melongo melihatnya, padahal sudah dua kali mereka melihat Ziva datang dengan motor sport tapi tetap saja mereka terkejut.
Bruk~
Saat dia sudah lumayan jauh dari para most wanted itu dia menghela nafasnya jengah mendengar bisik-bisik dari para murid yang tertuju padanya. Ziva berjalan hendak pergi ke kelasnya tiba-tiba saja Cindy datang mendekati nya dengan berlari, menabrak tubuh Ziva lalu tiba-tiba terduduk di lantai dan menangis kencang sehingga suaranya cukup terdengar sampai area parkiran.
"A-anna aku minta maaf hiks....hiks aku minta maaf Anna, jangan marahin aku hiks jangan sakitin aku Anna hiks...hiks"
Kelima most wanted itu berjalan mendekati Ziva dan Cindy, Jevan si laki-laki kutub itu menatap Ziva tajam.
"Apa yang udah Lo lakuin sama Cindy hah?"bentak Jevan pada Ziva sedangkan Rendy membantu Cindy berdiri.
Jevan menatap Ziva nyalang, dia paling tidak suka jika gadis yang dia sukai di lukai orang lain terlebih lagi oleh Ziva.
"Gue kira Lo beneran udah berubah na, ternyata masih aja ya"ucap Rendy menatap Ziva dingin.
"Lo tuh emang dasarnya Medusa mau di gimana in aja tetep aja jadi Medusa, penampilan culun Lo itu gak menjamin Lo itu orang baik"ucap Yaksa tajam.
"Kak Jevan hiks udah jangan marahin Anna hiks...hiks a-anna gak salah apa-apa dia gak sengaja dorong Cindy kok"ucap Cindy, Ziva menaikan sebelah alisnya.
"Dorong?"pernyataan Ziva barusan membuat mereka mengalihkan tatapannya pada gadis itu. "Kapan gue dorong Lo? Tangan gue aja dari tadi gue masukin ke dalam saku Hoodie, pake apa gue dorong Lo? Kaki? Bahu? Pasti kalian liat lah gue aja dari tadi nunduk gimana mau dorong dia"balas Ziva masih dengan wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Diamond & Zivanna
Teen FictionAziva Nanda Wirata, seorang Queen of Black Diamond yang terkenal dengan kekejamannya, kepintaran dan ketangkasan nya dalam bertarung harus mati mengenaskan di tangan kakak tirinya sendiri. Yang dia anggap seperti kakak kandungnya sendiri, tidak pern...