London, 2017
"Apa yang terjadi? Kau terlihat seperti tisu basah yang mengering"
Joshua bertolak pinggang, menunduk menatap Lisa yang terkapar lemas di tribun paling atas lapangan basket indoor.
"Jo, pernahkah kau berpikir bagaimana gilanya dunia ini... maksudku, gila bagaimana kita dapat melakukan apapun. Mengencani orang yang mengerikan, memilih karir yang salah. Kau bisa berjalan keluar dan mulai makan kotoran kucing dijalanan, dan dunia membiarkanmu. Bahkan tidak ada notifikasi konfirmasi seperti 'apa kau yakin?' yang akan muncul"
Joshua menatap Lisa aneh, dahinya mengerut konyol mendengar gadis itu "Kau sakit?"
"Duduklah, pinjamkan aku pangkuanmu" Lisa melirik Joshua lewat sudut matanya.
Tanpa berkata apa-apa, Joshua duduk di sebelah Lisa di salah satu area tempat duduk yang kosong di sekitar lapangan. Lisa menggerakkan kepalanya ke pangkuan Joshua, matanya menatap Joshua saat ia melakukannya. Joshua mulai memainkan rambut Lisa dengan lembut, tangannya yang lain meraih ponselnya, yang telah ia matikan sebelumnya. Dia melihat sekeliling, menyadari bahwa lapangan basket itu sekarang kosong kecuali mereka berdua.
"Mom memutuskan kembali ke Thailand, otomatis Dad mengikuti Mom. Alvaro tidak ingin pulang ke Thailand, jadi dia menetap di London bersamaku" Lisa menghela nafas "Mom mengerti kalau aku tidak bisa ikut pulang dengannya, dia mengerti karirku dan dia tidak ingin aku meninggalkannya karena aku sangat menyukainya. Jadi dia berjanji untuk mengunjungiku seminggu sekali"
"Namun aku benar-benar tidak ingin berpisah dari Mom, aku akan merindukannya setiap saat"
Joshua menatap lurus, terkekeh "Aku terkejut Mom memutuskan untuk meninggalkanmu dan Alvaro sendirian dirumah, kau tidak akan bertahan satu jam tanpanya. Masakanmu terasa seperti obat batuk, aku yakin kau akan kelaparan"
Lisa kesal, dia menepuk pelan pipi Joshua "Para pelayan tidak pergi ke Thailand!" jelasnya dengan dengusan "Aku harap Kenji yang disini, kau hanya membuatku kesal"
"Oh, get over it, Kenji sibuk" ledek Joshua membuat Lisa mendengus.
Lisa memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam. Untuk sesaat, satu-satunya suara yang terdengar adalah gemerisik jari-jari Joshua di rambutnya dan detak jantungnya yang berdegup kencang di telinganya. Ketika dia membuka matanya, dia menatap Joshua.
"Haruskah aku berhenti berakting?"
"Kau berbicara omong kosong" tatap Joshua malas "Mom akan sedih jika kau berkata seperti itu"
"No. No. No. Ini bukan karena Mom. Aku terkadang berpikir bahwa aku memilih jalan yang salah ketika memutuskan untuk berakting" bawab Lisa bersedekap dada "Jika saja notifikasi pop up muncul dihadapanku ketika mengambil keputusan itu, mungkin aku akan memikirkannya lebih baik"
"Tidak ada yang salah dengan pilihanmu untuk berakting? Bukankah kau bahagia?"
"That's the problem! Alasanku berakting hanya karena aku menyukainya, aku menyukai berada di spotlight, aku menikmati ketika semua orang memujiku. Of course, aku bahagia ketika melakukannya. But, hanya dengan alasan dan tujuan yang samar itu aku menyakiti dan banyak mengkhawatirkan orang-orang terdekatku. Bagaimana jika ketika aku memiliki tujuan yang jelas? Aku tidak memiliki perasaan yang baik tentang apa yang ada didepan, aku rasa aku akan menyakiti kalian lebih banyak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Escaping the Limelight ✔
FanfictionLalisa Marie Eastwood, yang dikenal dunia sebagai Lalisa Eastwood, pernah menjadi salah satu nama terbesar di dunia hiburan. Seorang penyanyi dan aktris, dia berada di pada puncak dan dipuja oleh jutaan penggemar. Tapi setelah red carpet yang membaw...