40

529 58 2
                                    


2025, Oliver's Nightclub, Canada.



"Dimana kau?"

Lisa menghela nafas ketika suara marah Joshua masuk pada pendengarannya. Kakinya melangkah cepat, menutup bilik toilet dalam klub yang ramai, berusaha meredam suara music dan kebisingan.

Lisa membenarkan letak topinya "Aku di Kanada Jo. Aku sudah mengabarimu, kan?"

"Belum!!" ujar Joshua marah "Managermu meneleponku berkali-kali untuk menanyakan keberadaanmu! Kenapa kau tidak menjawab teleponnya, huh?!"

Lisa berusaha untuk tetap tenang. "Dengar, aku minta maaf karena tidak menjawab teleponmu. Aku baru saja mendarat saat kau menelepon. Aku juga tidak bermaksud untuk mengabaikan panggilan Ailey" Dia berbohong, berharap itu akan cukup untuk menenangkannya.

"Bohong"

"Jo, sungguh"

"Bohong"

"Sungguh, aku baru saja tiba di penginapanku. Aku hanya ingin liburan"

"Bohong"

Lisa berdecak "Kau mesin pendeteksi kebohongan atau apa?!" menghela nafas, bersandar pada dudukan toilet.

Joshua terkekeh, "Marie, jujurlah, apa yang kau lakukan disana?"

Lisa menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ia beranjak dari pintu masuk klub yang berisik, mencari sudut yang tenang di luar gedung. Udara dingin menggigit pipinya saat ia melirik ponselnya, berdebat apakah ia akan menjawab pertanyaan-pertanyaan Joshua yang menuduh atau menutup teleponnya.

"Jangan pernah berfikir untuk menutup panggilan ini!" ancam Joshua membuat Lisa mendelik.

Merasa aneh karena Joshua seperti bisa membaca pikirannya.

Lisa mengambil waktu sejenak untuk mengumpulkan pikirannya sebelum membalas nada menuduh Joshua. Udara malam yang dingin merembes ke dalam tulang-tulangnya, membuatnya menggigil saat matanya mengamati jalan yang remang-remang di luar klub. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan aneh pada fakta orang-orang menatapnya, Lisa menurunkan topinya, menutupi sebagian wajahnya.

Dengan helaan nafas panjang, Lisa akhirnya menjawab "Aku ingin bertemu Rudi" ujarnya "Aku tau Rudi sempat menolak untuk andil dalam rencanaku, tapi dia merupakan salah satu orang yang memiliki koneksi dengan orang-orang itu. Aku tidak akan membiarkannya menolak begitu saja"

"Jangan mengancamnya, Marie"

Lisa memutar bola matanya malas "Aku tidak akan mengancamnya – mungkin sedikit. Tapi sungguh, aku hanya perlu berbicara dengannya, secara langsung. Mungkin dia akan berubah pikiran setelah dia melihat betapa pentingnya hal ini." Lisa berbelok di sebuah tikungan, memasuki sebuah lorong yang remang-remang, langkahnya bergema di dinding bata. Lampu jalan yang berkedip-kedip memancarkan bayangan yang menakutkan, menambah ketegangan saat Lisa melanjutkan, "Aku ingin kau mempercayaiku dalam hal ini, Jo. Aku berjanji, aku akan menanganinya dengan hati-hati."

"By the way, Jo. Aku harus pergi sekarang"

Kemarahan Joshua tampak sedikit mereda saat ia menarik napas dalam-dalam. "Baiklah. Lakukan apapun yang kau mau. Aku mengerti. Tapi lain kali kau harus lebih responsif, oke? Aku sangat mengkhawatirkanmu."

Lisa mengakhiri panggilan dan memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Melangkah kembali ke dalam klub, Lisa menavigasi melalui lautan penari dan lampu-lampu yang berkelap-kelip. Ia dapat merasakan bass bergetar di dadanya saat ia berjalan menuju bagian VIP di mana Rudi sering berada. Matanya dengan cepat mengamati kerumunan orang hingga tertuju pada Rudi - sosok yang tinggi dan kurus yang dikelilingi oleh rombongan.

Escaping the Limelight ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang