46

523 67 12
                                    



Bahkan ketika kalian melihat dari kejauhan, ekspresi kesal Kiera sangat tergambar jelas. Matanya mendelik, bibirnya terus mengeluarkan dengusan kesal. Pandangannya terarah pada pria mabuk setengah dari umurnya. Pria yang sibuk merancau dan mengutuk bagaimana kejamnya Kiera sebagai manusia. Buku-buku jari Kiera memutih karena mencengkeram erat tali tasnya.

Kalau saja pria didepannya ini bukan orang berbahaya sekaligus kekasih keponakannya. Mungkin Kiera akan memukulinya sampai tidak sadarkan diri.

Klub malam yang seharusnya menjadi tempat perempuan tua seperti Kiera bersenang-senang kini terasa seperti tempat penitipan anak. Kiera tidak lagi dikelilingi artis pendatang baru yang ingin mendongkrak karir karena Oliver duduk bersamanya. Oliver yang patah hati karena Lisa meninggalkannya justru melampiaskan kemarahan dan kekesalannya pada Kiera hanya karena Kiera pernah menulis berita negatif tentang Lisa.

Itupun karena Lisa yang menyuruhnya.

Ah ayolah! Sudah dua minggu! Kiera tidak tahan lagi. Ia menatap Oliver, yang kini berkata-kata tidak jelas, dan merasa jijik. Patah hati adalah satu hal, tapi melampiaskannya pada seseorang yang tidak ada hubungannya dengan hal itu adalah hal yang berbeda.

"Tidak bisakah kau melampiaskan kemarahanmu ke lain tempat?! Para anak baru tidak berani menghampiriku karena mereka takut padamu!" kesal Kiera yang tidak bisa menikmati waktunya seperti biasa.

Oliver menggeram sebagai tanggapan. Kemarahannya semakin memuncak setiap saat, dipicu oleh alkohol dan rasa sakit yang terus berlanjut akibat perpisahannya baru-baru ini.

"Hei nenek tua! Bagaimana bisa kau tidak jijik ketika bermain dengan anak muda?" ujar Oliver dengan nada kesal, tangannya yang tidak terkendali menunjuk Kiera sembarangan.

Kiera sangat marah saat ia mendengar Oliver menyebutnya sebagai 'nenek tua', sangat terlihat dari wajahnya "Dengar bajingan," katanya, suaranya dingin dan terkendali. "Kau mungkin sedang terluka saat ini, tapi itu tidak memberimu hak untuk melampiaskannya padaku atau orang lain. Aku datang ke sini bukan untuk dihina olehmu atau untuk mengasuhmu saat kau mengamuk."

"Aku hanya mencoba untuk bersenang-senang, dan kau merusaknya untukku dan semua orang di sini. Tidak bisakah kau lihat itu?"

Oliver hanya tertawa sebagai tanggapan, suara yang pahit dan mengejek. "Oh, aku melihatnya dengan sangat baik," katanya, matanya dingin dan kejam. "Aku melihat betapa menyedihkannya dirimu, betapa putus asanya kau tidak dapat menikmati masa mudamu. Masuk akal jika kau bermain di usiamu saat ini"

Kiera mengepalkan tinjunya. Jika saja Lisa tidak memohon padanya untuk mengamati pergerakan Oliver, dia sangat ingin pergi dari sini dan berhenti mendengar omong kosong pria itu.

"Dari pada mengurusi kehidupanku, kau lebih baik menata kembali hidupmu. Kau sangat menyedihkan. Masuk akal mengapa Lisa meninggalkanmu," kata Kiera sebelum dia bisa menghentikan dirinya sendiri. Kata-kata itu menggantung di udara di antara mereka, dan Kiera tahu bahwa dia telah melakukan kesalahan.

Kiera siap-siap melakukan pergerakan pertahanan, berjaga-jaga jika Oliver akan memukulnya.

Berbeda dengan perkiraan Kiera bahwa Oliver akan marah dan memukulnya, Oliver justru menunduk sedih. "Kau benar," katanya dengan suara lirih. "Aku minta maaf"

Kiera merasa sangat bersalah saat melihat perubahan sikap Oliver. Ia tidak menyangka bahwa kata-katanya akan menyakiti hati Oliver begitu dalam. Mata Oliver kini basah oleh air mata saat dia menatapnya.

"Aku tahu aku telah menjadi orang yang buruk selama beberapa minggu ini," lanjutnya, "Aku hanya tidak tahu bagaimana menghadapi kenyataan bahwa aku telah kehilangan Lisa. Aku minta maaf karena melampiaskannya padamu."

Escaping the Limelight ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang