31

702 109 1
                                    



"Fuck off! Kau bajingan! Singkirkan tanganmu dariku sialan!"

Adrian berusaha melepaskan tangan-tangan yang menahannya untuk masuk kedalam ruangan petinggi agensi. Suaranya menggema dalam lorong koridor, penuh rasa marah dan frustasi. Matanya terpancar kemarahan besar, genggaman pada ponselnya mengerat membuat kepalannya memutih seiring tubuhnya terdorong kebelakang. Nafasnya terpenggal ketika mengingat berita terbaru yang dia baca.


Lalisa Eastwood Diserang Anti-fans Saat Berbelanja di Mall Kanada – The Moon Reported.


Melihat foto Lisa yang penuh luka membuat Adrian naik pitam. Membuat Lisa terluka tidak pernah masuk dalam rencana. Tangan gadis itu memar, dia terdorong dan dilempari baru yang menyayat tangannya.

Orang-orang yang Adrian temukan dalam beruta itu adalah orang bayaran yang pernah Adrian temui didalam agensi sebelumnya. Mereka adalah kumpulan aktor yang tidak memiliki keberuntungan untuk menghidupkan sebuah karakter. Mereka hanyalah anjing-anjing kelaparan milik Abo Ent, bersedia melakukan apapun hanya untuk uang.

"Biarkan dia masuk" sahut suara dari dalam membuat pegangan di tubuh Adrian terlepas.

Adrian melangkah maju ke dalam ruang yang remang-remang, matanya menyesuaikan diri dengan kegelapan saat ia memelototi Alan Joyce, CEO Abo Ent - Bossnya. Pria tua yang telah berumur hampir 70 tahun itu tidak menatap Adrian sama sekali, dia masih sibuk membaca dokumen-dokumen yang berada dimejanya.

"Apa yang sedang terjadi di sini?" tanyanya, suaranya tajam dan penuh dengan tuduhan.

Alan mendongak, tertawa kecil, senyum puas menyebar di wajahnya. "Hanya sebuah transaksi bisnis kecil. Kau tahu bagaimana kelanjutannya."

Kepalan tangan Adrian mengepal, tubuhnya menegang karena berusaha mengendalikan amarahnya. "Ini bukan yang kita sepakati," geramnya.

Alan mengangkat bahu, tangannya menyatu, menatap Adrian santai, meremehkan bentuk kemarahan Adrian. "Bisnis adalah bisnis. Dan kau, seharusnya berterimakasih padaku"

Napas Adrian tersenggal, dia benar-benar marah mendengar balasan itu. Adrian melempar ponselnya, membuat dokumen-dokumen dimeja Alan tertimbun. Dilayarnya terdapat berita Lisa yang terkena serangan.

"Kau yang melakukan ini," dia meludah, matanya berkilat-kilat penuh amarah. "Kau menyerangnya, memukulinya, menyakitinya."

Alan bersandar di kursinya, matanya berbinar-binar karena geli. "Aku tidak menyentuhnya, Adrian. Tapi harus kuakui, itu adalah sentuhan yang bagus untuk membuat para aktor bayaran itu sedikit kasar padanya. Dia hanya terluka sedikit, reaksimu terlalu berlebihan"

Adrian menerjang ke depan, tubuhnya bergetar karena marah. "Dasar bajingan gila," geramnya, meraih pembuka surat di dekatnya dan mengacungkannya dengan penuh ancaman. "Aku mempercayaimu! Aku melakukan semua sesuai perintahmu! Aku membuat karirnya hancur! Bisakah kau meninggalkannya dan membuatnya bernafas?"

Alan tetap tidak terpengaruh, masih menyeringai. "Jangan terlalu dramatis, Adrian. Itu semua adalah bagian dari permainan. Kau tidak akan bertahan dalam bisnis ini jika kau tidak belajar bermain kotor"

"Aku tidak pernah setuju tentang menyakitinya! Dia terluka!"

Alan tertawa kecil, ekspresinya berubah dari santai menjadi seram. "Aku tidak melakukan hal seperti itu," katanya. "Tapi aku punya koneksi yang mampu melakukan serangan seperti itu. Dan mengapa tidak? Bahkan ketika dia menghilang, Lalisa menjadi lebih populer daripada idola kami, dan semua orang tahu betapa kami lebih menghargai keuntungan kami daripada kesejahteraan artis-artis kami. Ini hanya bisnis, Adrian."

Escaping the Limelight ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang