"Kau tidak tenang" ujar Oliver menahan kaki Lisa yang bergetar dengan tangan kanannya, sedangkan tangan yang lain memegang setir.
Lisa menghela nafas, mengambil tangan Oliver dari pahanya untuk dia genggam. Bicara jujur, terakhir kali Lisa mengunjungi makam Kenji adalah lima tahun lalu. Terkadang, dia hanya menemani mengantar Joshua tanpa masuk kedalam pemakaman. Lisa menggigit bibirnya kaku, rasa bersalah tiba-tiba muncul membuat perutnya merasakan gerumul kacau.
Oliver melirik ke arah Lisa, keprihatinannya terlihat jelas di matanya. Dia dengan lembut meremas tangannya, memberikan ketenangan
"You can take your time, my love. Tidak perlu terburu-buru. Jangan dipaksakan jika kau belum siap" (Kau bisa mengambil waktumu)
Lisa melihat keluar jendela mobil ke arah pintu masuk pemakaman yang tidak asing lagi-barisan nisan yang sudah lapuk berjajar seperti penjaga yang tidak bersuara. Hatinya merindukan kedamaian, namun rasa khawatir menggerogotinya. Dengan beban masa lalu yang masih membayangi pikirannya, Lisa membalas genggaman Oliver dan mengembuskan napas dalam-dalam.
"Aku tahu," bisiknya, suaranya memiliki rasa ketidakpastian. "Tapi aku merasa sudah terlalu lama mengabaikan Kenji. Sudah saatnya aku menghadapi rasa bersalahku dan meminta maaf atas semuanya"
Tatapan Oliver melembut, memahami gejolak yang berkecamuk di dalam dirinya. Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman sejenak, dengungan mesin membuyarkan pikiran mereka.
Oliver memecah keheningan, suaranya penuh dengan dukungan yang tak tergoyahkan. "Jika itu yang kau butuhkan untuk menemukan kedamaian, maka aku bersamamu di setiap langkahnya." Dia mengulurkan tangan dan membelai pipinya, sentuhannya menenangkan dan menguatkan "Aku tidak mengenal Kenji, tapi dari caramu menggambarkannya, aku yakin dia pemaaf"
"Dia pasti ingin kau menemukan kedamaian di dalam dirimu, bukan berkubang dalam rasa bersalah. Kau sudah menjadi teman yang baik untuknya, bahkan jika kau tidak bisa mengunjungi makamnya. Dia tahu kau tetap mencintainya"
Saat mereka mendekati gerbang pemakaman, suasana menjadi berat dengan campuran antisipasi dan kegelisahan. Suara kerikil di bawah ban mobil bergema dalam keheningan saat kendaraan melambat hingga berhenti. Lisa menarik napas dalam-dalam, menguatkan diri sebelum melangkah keluar ke tanah yang basah kuyup oleh hujan. Tetesan air berkilauan di atas batu nisan seperti air mata yang membeku dalam waktu, mencerminkan emosi yang bergejolak di dalam dirinya.
Sinar matahari yang pucat menembus langit mendung, menimbulkan bayangan menakutkan pada nisan-nisan yang sudah bobrok. Jantung Lisa berdegup kencang, gema rasa bersalah bergema di nadinya saat kenangan itu muncul kembali.
Dengan setiap langkah yang dilalui menuju makam Kenji, beban ketidakhadirannya semakin berat, disertai dengan kebutuhan yang luar biasa untuk mencari penghiburan dalam tindakan penutupan terakhir ini. Mereka berjalan beriringan, langkah kaki mereka teredam oleh rumput yang basah. Setiap langkah terasa berbobot, seperti sebuah perjalanan ke masa lalu.
Lisa berhenti sejenak di depan makam itu. Batu nisan yang dulunya berwarna putih telah berubah menjadi abu-abu kusam, dan ujung-ujungnya terkikis. Lisa meluangkan waktu untuk membersihkan kotoran dari permukaan batu dengan punggung tangannya. Oliver berdiri dengan tenang di sampingnya, membiarkan Lisa berdamai dengan emosinya.
Lisa menatap Oliver, "Apa yang harus aku katakan?" tanyanya sungguh-sungguh "Aku terbiasa hanya diam ketika menemuinya, aku tidak tau apa yang harus aku bicarakan"
Oliver tersenyum lembut, menggenggam kedua tangan Lisa. "Bicaralah dari hatimu. Ceritakan apa pun yang membebani pikiranmu dan jangan menahan diri," jawabnya meyakinkan, sambil menatap matanya dengan saksama. "Dia masih di sini bersamamu, mendengarkan setiap kata yang kau ucapkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Escaping the Limelight ✔
FanfictionLalisa Marie Eastwood, yang dikenal dunia sebagai Lalisa Eastwood, pernah menjadi salah satu nama terbesar di dunia hiburan. Seorang penyanyi dan aktris, dia berada di pada puncak dan dipuja oleh jutaan penggemar. Tapi setelah red carpet yang membaw...