PART 3. SEBUAH PERMINTAAN.

18.8K 533 3
                                    


ASSALAMUALAIKUM, CHINGGUYA! ANYEONGHASEO🖤

KIRA KIRA DIPART KALI INI ADA APA SIH?

STAY TERUS YA YEOROBUN SEMUANYAAA!!!


~HAPPY READING ~

Cowok itu duduk meja belajarnya seraya jemari sebelah kiri tangannya yang terus berkutat pada keyboard.

Huff, helaan nafas lelah terdengar dari mulut Sagara. Matanya mulai melihat ke arah jendela menatap sang langit yang menurunkan hujan. Hingga ketukan dari arah luar kamarnya membuat dirinya menoleh.

Perempuan yang bekerja sebagai maid dirumahnya masuk setelah mendapat izin dari tuan mudanya.

"permisi tuan muda, ada tamu di bawah" beritahu seorang maid.

Keningnya mengernyit.

"siapa?" tanya cowok itu tanpa mengalihkan perhatian dari layar laptopnya.

"tuan Damian dan tuan william" balas maid tersebut lalu pamit meninggalkan kamar tuan mudanya.

Kedua orang itu adalah sosok paling berjasa dalam hidupnya. Setelah peristiwa kecelakaan orangtuanya kelam hak asuh Sagara dialihkan kepada Damian dan William selaku adik kandung dari ayahnya. Di saat itu usianya masih 8 tahun hingga beranjak remaja Sagara memutuskan untuk hidup sendiri. Setelah sekian lama akhirnya Sagara kembali pulang ke rumah. Rumah masa kecilnya yang begitu banyak kenangan indah bersama orangtuanya.

Sagara segera turun dari kamarnya setelah mengetahui siapa yang mau menemuinya.

"ini dia yang kita tunggu turun juga" ucap Damian tersenyum senang melihat keponakannya yang sudah tumbuh besar dan tampan mirip sekali dengan alm. Sang kakak.

Namun kali ini sedikit berbeda. William menatap tangan pemuda itu.

"ada apa dengan tanganmu, son?"tanyanya.

"biasa om" balasnya menggelengkan kepala kedua omnya tersebut.

Sagara menunduk menyalami kedua omnya. Sosok Sagara yang dikenal dingin dan ditakuti seantero sekolahnya ternyata bisa menjadi pribadi yang hangat ketika bersama orang tersayangnya.

"apa kabar om? "tanya Sagara kepada dua laki laki paruh baya tersebut.

"kamu tidak lihat kami baik baik saja bahkan setelah bertemu kamu om semakin semangat" ujar Damian selalu dengan lawakan.

"jangan percaya son, pinggangnya encok tadi turun dari mobil" sahut William membuat Damian menatapnya kesal.

"maklum sudah tua" tambahnya lagi.

Sedangkan Sagara tertawa mendengarnya. Mereka berdua ada ada saja jika sudah bersama.

Namun sayangnya keadaan kini dan dulu sangat berbeda. Jika dulu ada sang ayah yang selalu menengahi kini kursi itu terlihat sepi kehilangan salah satu penghuninya.

Menyadari itu William langsung menepuk bahunya seakan memberi tahu jangan terlalu berlarut larut dalam kesedihan.

"Sagara, kedatangan kami kesini mau membicarakan suatu hal penting sama kamu." ujar Damian tiba tiba menjadi serius.

"hal penting apa, om?"

Damian mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih yang sudah tampak menguning. Lalu menyodorkannya kepada Sagara.

Cowok itu menerimanya dengan raut wajah yang kebingungan.

"itu surat wasiat dari orangtua kamu." kata William. Selama sepuluh tahun lamanya surat itu tersimpan rapi di dalam laci meja menunggu waktu yang tepat untuk memberinya.

SAGARA :(He is my husband) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang